Chapter 32
Author's POV
Masih ada beberapa hari lagi menuju ke acara prom. Row sudah memutuskan kalau promdatenya itu Vesper. Sebenarnya, Vesper yang memaksa Narrow untuk menjadi promdatenya.
Sekarang hari Minggu. Ia tak tahu harus melakukan apa. Sekarang, Row hanya duduk di sisi tempat tidur miliknya dan tidak melakukan apa-apa. Sesekali ia melirik jam yang ada di sampingnya. Ini masih menunjukan jam 7 pagi. Terlalu pagi pikirnya.
Row pun memutuskan untuk keluar kamar. "Ibu, Ibu dimana?" Tak ada jawaban. Row pun turun dan tidak menemukan ibunya.
"Ibu dimana? Apa mungkin masih ada tugas kantor? Tapi, sekarang kan hari minggu. Tunggu, ada surat." Row menemukan sepucuk surat di counter dapur. Berharap itu dari ibunya.
Di surat itu tertulis,
Dear Narrow Aagart,
Ibu yakin kau sudah membacanya. Tentang kepergian itu. Dan jika kau membacanya, ini adalah surat terakhir dari ibu. Ibu harap, kamu rela dengan kepergian ibu. Ibu ingin kau menjadi anak yang ibu inginkan. Kamu masih ingat kan apa yang dulu ibu ucapkan kepadamu?
Ibu masih ingat dimana kau selalu bertanya dimana ayahmu. Waktu itu kau itu masih belum tahu kalau ayahmu sudah pergi. Beberapa hari sebelum kau ada di dunia. Ayahmu itu sosok yang pemberani, bijaksana, tampan, pokoknya sangat sempurna. Hingga semua orang tahu bahwa ia sudah pergi, semua turut berduka. Ibu juga kaget dengan kepergian ayah. Saat itu dia adalah ikon keluarga Aagart. Dialah yang membuat nama Aagart melambung tinggi.
Jadilah perempuan yang kuat. Jangan menangis karena hal-hal yang sepele. Ingat itu. Ibu tahu kepergian ibu mungkin terlalu cepat untukmu. Aku harap kamu bisa tahu apa arti kasih sayang. Ibu sudah bilang kepada Vesper untuk sesekali menengokmu. Jika kamu bertanya mengapa tidak Carlos saja, ibu sudah tahu kalau dia sudah memiliki pacar. Mungkin sekarang ia lagi sibuk dengan urusannya sendiri.
Tolong, jangan kau benci seorang Vesper Botch. Ibu tahu kau membencinya kan? Kau membencinya karena dia sempat bermesraan dengan Ziella, teman baikmu sendiri di club waktu itu. Ibu tahu semua hal yang kau simpan, Row. Ibu tahu hal-hal seperti itu bukan bermaksud untuk membongkar privasimu. Itu karena ibu sayang padamu.
Ibu harap, kedepannya kau bisa lebih kuat lagi. Dan, jika kau mempunyai masalah, cerita saja kepada Vesper. Untuk ibu, dia adalah tangan kanan ibu. Jadi, kau boleh bercerita tentang keluh kesalmu. Jadilah teman yang akrab dengannya. Kau tahu, waktu itu dia sempat cerita kalau dia itu tersiksa denganmu. Katanya, kau sungguh egois, tidak pernah menghargainya, keras kepala, menyebalkan, dan lain-lain. Namun, di sisi baiknya, dia tetap menyayangimu.
Dia juga bercerita kalau kau akan menjadi pasangan promnya nanti. Ibu senang mendengar hal itu. Oleh karena itu, ibu sudah siapkan dress yang nanti akan kau pakai. Ibu tahu ini sedikit berlebihan tapi, ya... Ibu senang melihat kalian akur.
Mendengar cerita kalian selalu mengingatkan ibu pada masa ibu masih berpacaran dengan ayah. Ya, selalu saja ada masalah. Tapi, setiap masalah kita lewati bersama. Ibu harap kau dan Vesper akan seperti itu. Menyelesaikan semua masalah bersama dan mengukir kenangan indah bersama. Ibu tidak tahu kapan Vesper akan pergi. Tapi, jika kalian memang berencana untuk menikah, ibu doakan yang terbaik untuk kalian. Mendengar kabar kalian menikah pasti akan membuat ibu senang :)
Jadi, ingat pesan ibu baik-baik. Kau harus baik kepada Vesper. Untuk masalah waktu itu, tolong jangan diingat-ingat lagi. Biarkan masalah itu terbawa oleh waktu. Tanpa sadar suatu saat kau akan lupa akan masalah yang pernah kau alami dulu.
Jadilah gadis yang baik
Mom x
setelah Row membaca surat dari ibunya, ia langsung menelfon Vesper. Row menangis. Isakan tangisannya terdengar di seisi ruangan. Kalian bisa membayangkan betapa sedihnya Row saat ini. Sekarang yang Row butuhkan hanyalah satu, Vesper. Ia membutuhkan Vesper. Namun, yang ia dengar hanyalah suara operator. "Nomor yang anda tuju, tidak dapat dihubungi, cobalah beberapa saat lagi. Your number-"

KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible
Teen FictionNarrow Aagart. Perempuan SMA tingkat akhir yang berbeda dengan murid-murid lainnya yang di sekolah. Ada satu murid lelaki yang bernasib sama dengannya. Kalian tahu apa? Mereka tidak terlihat ketika terkena air hujan. Berharap kalau hidupnya...