Part4 is out! Anggap saja itu rumahnya Narrow :))
Narrow's pov
Vesper. Dia ingin pulang bersamaku. Haruskah Aku menerimanya? Atau menolaknya? "Row, jawab aku. Dan, ngomong-ngomong kue itu untuk siapa?" Aku pun menjawab sambil tergagap, "a-ah iya, kau boleh pulang bersamaku dan I-I-itu kue-" Vesper menginterupsi pembicaraanku. "Bolehkah Aku memakan kue itu?""ah! Tentu saja!"
Akhirnya, kue yang berharga cukup mahal itu dimakan juga. Perasaanku ketika melihat Vesper memakan kue itu adalah... Senang. Ya, Aku senang melihat Vesper bisa memakan kue yang kubeli. "Row, bagaimana kau tau kalau Aku sangat suka kue dari toko ini?" Dia mengucapkan itu selagi mengunyah makanan yang ada di mulutnya. Menggemaskan.
"A-a-Aku tidak tahu jika dirimu suka dengan kue dari toko itu. Sungguh, aku tidak tahu sama sekali." Ya, aku mecoba untuk melawan ketakutanku saat ini. "Apa ini adalah toko kue yang sering kau datangi saat kecil?" Bagaimana Dia bisa tahu? Itu memang toko kue favorit keluargaku. "Iya, itu memang toko kue yang selalu kudatangi dari dulu." Ketika ayahku masih ada, aku dan keluargaku sering beli kue di toko ini.
Apakah itu toko kue favoritnya juga? "Aku sering datang ke toko kue itu!"
Kita mempuanyai beberapa Hal kesukaan yang aama! Ah, aku aenang sekali! Sangat senang.
"Row, ini sudah jam setengah 5 sore. Sebaiknya kita pulang." Sekarang dia mengajakku untuk pulang bersama. Ya, Tuhan. "Um.. Memangnya kau tahu dimana rumahku?" Vesper tertawa ringan, "tentu saja aku tahu, Row. Ayo kita pulang, ini sudah sore. Nanti hujan." Aku hanya mengangguk sebagai jawaban Iya. Karena aku terlalu senang untuk berbicara kepadanya.
------------------
Kita memilih untuk berjalan dibanding menggunakan kendaraan. Entah kenapa Kita lebih memilih untuk berjalan kaki. Berjalan kaki tanpa ada sebuah alasan."Row, kau tahu kenapa Kita jalan kaki?"Suaranya, aku suka sekali. "Um..tidak" Jawabku denga suara yang lembut, berharap ia tidak mendengar. "Aku juga tidak tahu-" Bodoh! "-Tapi, aku merasa nyaman berjalan kaki dengan seorang teman." Setidaknya ia menganggapku sebagai temannya. "Ya, memang. Berjalan kaki dengan seorang teman memang menyenangkan. Lebih santai dan bebas. Karena kita tidak terhalangi oleh mesin apapun" setelah ku jawab dengan kalimat-kalimat itu, Vesper langsung tersenyum dengan lebar. Aku sangat suka dengan senyumannya. Manis.
Hujan pun kembali mengguyur Kota Seattle. Aku ingin mengeluarkan payungku Tapi, Vesper bilang tidak usah. "jangan keluarkan payungmu Row." "kenapa jangan?" "lebih Baik Kita nikmati saja hujan ini. Mumpung Kita berdua tidak terlihat ketika hujan turun."
'Kita' apa itu artinya Vesper Sama sepertiku? Kita tidak terlihat ketika hujan turun. "Row, ayo lari! Hujannya semakin deras!" bisa-bisanya Dia lari di situasi seperti "Iya! Vesper jangan cepat-cepat!"
Tak terasa Aku Dan Vesper berjalan terus hingga Akhirnya Kita sampai di rumahku. "Kita sampai row," "ah, terima kasih." "Iya, Sama-Sama. Cepat masuk, kasihan ibumu sudah nunggu" Aku mengangguk. "daah~ sampai jumpa" "dah" Aku jawab dengan Suara kecil. Sungguh Hari yang menyenangkan.
Keluar jugaa..
Maaf, klo Aku apdet nya malem"
Woohoo
Don't forget to vomment;)

KAMU SEDANG MEMBACA
Invisible
Teen FictionNarrow Aagart. Perempuan SMA tingkat akhir yang berbeda dengan murid-murid lainnya yang di sekolah. Ada satu murid lelaki yang bernasib sama dengannya. Kalian tahu apa? Mereka tidak terlihat ketika terkena air hujan. Berharap kalau hidupnya...