PART 34: End.

5.2K 176 0
                                    

Jessica menatap wajah Faricha dengan tatapan kosong. Kemudian Faricha langsung bergelayut manja di lengan Fandy.

"Dan Fandy akan tanggung jawab." Kata Faricha.

Air mata Jessica turun. Kok rasanya sakit banget yah?

"CHA! Gue gak pernah ngehamilin lo!" Sanggah Fandy, "Je, Faricha bohong. Jangan dengerin apa yang dia omongin yah, Je. Please."

"Enough." Kata Jessica kemudian membuang wajahnya, "oh iya, by the way, Cha."

"Hm? Iya ada apa, Je?" Tanya Faricha dengan nada sok imut.

Jessica tersenyum pahit, "selamat atas kehamilan lo."

Jessica langsung berbalik, pergi meninggalkan Fandy dan Faricha.

"Je... Jeje!" Panggil Fandy, kemudian Faricha menahannya.

"Fandy..." Lirih Faricha.

"Apa yang lo mau, ha?!" Tanya Fandy sambil berteriak di wajah Faricha. "Sejak kapan anak yang lo kandung itu anak gue?!"

"Itu yang gue mau." Jawab Faricha. "Sejak lo perhatian sama gue juga."

"Lo bener-bener gak punya hati yah, cha!" Fandy meninggalkan Faricha. Tentu saja untuk mengejar Jessica.

Meskipun berkali-kali Faricha memanggil nama Fandy.

Jessica terus berlari. Fandy pun mengejarnya sambil memanggil nama Jessica.

Karena tidak melihat Jessica main menyebrang zebra cross. Dia tidak tahu kalau ada truk besar yang sebentar lagi akan melintas.

TIN TIN!

Fandy berteriak nama Jessica, "JEJE!" Kemudian dia ikut berlari menyelamatkan Jessica.

Namun nasib berkata lain.

Jessica bisa di selamatkan, namun Fandy tidak.

NGIUNG!!! NGIUNG!! NGIUNG!!!!

Suara sirine mobil ambulance datang, tentu saja itu mobil ambulance dari hotel Fandy.

"FAN!!! FAN!!!! FANDY!!!! BANGUN..." Jessica duduk memangku kepala Fandy, kemudian dia melihat dress putihnya berubah menjadi dress merah putih. Merah dari darah yang keluar dari kepala Fandy.

"Darah..." Gumam Jessica sambil melihatnya.

"FANDY!!!! BANGUN!!!! FANDYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYYY!!!!!!!!!!!!!!!!!!" Teriak Jessica kencang sampai pita suaranya serak.

***

Jessica sedang duduk diruang tunggu. Kakinya lemas, tangannya gemetar. Miranda sedang dalam perjalanan kesini.

Fandy harus segera di operasi karena kepalanya bocor. Kepalanya harus di jahit, kakinya juga patah.

Jessica begitu kusut dengan dress putih yang berbalut darah seperti itu. Bahkan Jessica sama sekali tidak memikirkan kehamilan Faricha. Dia tidak peduli.

Tidak apa-apa jika pria itu memiliki perasaan atau berhubungan dengan wanita lain, tidak apa. Asalkan pria itu tetap selamat, Jessica sudah bahagia.

Serius. Jessica tidak ingin apa-apa saat ini.

Dia hanya ingin, Fandy bisa kembali sehat.

Miranda datang kemudian memeluk tubuh Jessica.

Jessica menangis tersedu-sedu di pundak Miranda. Kemudian mengatakan kalau semua ini adalah kesalahan dirinya.

"Bukan salah kamu. Ini semua sudah takdir, sayang." Ucap Miranda lembut.

Jessica nenangis lagi, "ini semua salah aku... salah aku..."

EVERLASTING LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang