Jessica membanting tasnya ke atas lantai dengan kesal, serta menutup pintu kamarnya dengan satu hentakan, membuat suara berisik pintu tertutup terdengar.
Jessica membuka seragamnya kemudian melemparnya kesembarang tempat, kini Jessica hanya sedang memakai tank-top berwarna putih dengan celana pendek ketat.
Rasanya Jessica ingin membuang baju lusuh dan kotor itu.
Tok tok tok..
"Iya bi?" Tanya Jessica.
"Non, saya boleh masuk nggak non?" Tanya Bi Inah di depan pintu kamar Jessica.
"Ya. Masuk aja bi." Jawab Jessica. Dia sedang membenamkan wajahnya di atas bantal, kemudian bi Inah masuk.
"Non, tadi ada temen non Jeje yang kesini, dia nganterin ini ke non." Kata Bi Inah membawa satu kantong paperbag.
Jessica tidak ingin melihat Bi Inah sekarang, "temen Jeje cewek apa cowok Bi?"
"Cowok non." Jawab Bi Inah.
Cowok?
Jessica langsung bangkit dari ranjangnya, mengambil paperbag yang ada di tangan Bi Inah. Kemudian Bi Inah pergi dari kamar Jessica.
Jessica duduk ditepi ranjang memandangi paperbag berwarna hijau tosca itu. Darimana cowok itu tahu kalau Jessica suka warna hijau.
Jessica membuka paperbag itu, kemudian melihat isinya. Mata Jessica terbelalak ketika melihat sebuah seragam sekolah baru, beserta pakaian dalamnya.
"What the f*ck?!" Jessica mengeluarkan semua barang yang berada di dalam paperbag, kemudian mengambil sebuah kertas yang ada di dalamnya.
F
Jessica begitu geram. Apa sih maunya laki-laki itu? Jessica menghembuskan napas.
Sabar Je, lo pasti bisa membalas perbuatan banci sialan itu. Sabar je.
***
Fandy baru saja sampai dirumahnya, mendapati kedua orang tuanya yang sedang bercanda di ruang televisi, sambil sesekali mencium pasangan satu sama lain.
"Ck... Always deh mesra-mesraan." Gumam Fandy. Dia kemudian melewati orang tuanya menuju kamarnya.
Bagaimana tidak bermesraan setiap hari? Papa Fandy merupakan seorang pengusaha besar yang sangat sukses dan sekarang hanya menikmati masa tuanya bersama isteri dan anak laki-lakinya, Fandy.
Namun sewaktu waktu Papa Fandy masih harus menghadiri beberapa perusahaan, karena pemilik perusahaan belum jatuh di tangan Fandy.
Fandy sangat tidak menyukai jadi seperti papanya. Dia hanya ingin menjadi seorang dokter. Dokter merupakan impiannya sejak kecil, dan dia yakin akan bisa menjadi dokter.
Mama Fandy mengetuk pintu kamar Fandy kemudian memanggil nama Fandy.
"Iya ma, masuk aja." Balas Fandy.
Mama Fandy masuk ke dalam kamar dengan nuansa cokelat. Fandy sangat suka warna cokelat sejak kecil. Dinding cokelat yang dilapisi poster poster band-band terkenal seperti Maroon5, Coldplay, Secondhand Serenade, Avenged Sevenfold. Ada poster Albert Einsten, dan banyak para ilmuan yang di tempel posternya. Sebuah lemari yang sangat besar ada di pojok samping kamar mandi. Yang di dalamnya ada berbagai macam isinya. Ranjang king size. Di depan ranjang ada televisi. Di samping ranjang ada komputer. Kemudian di lantai ada laptop, ps, dan stik ps yang berserakan beserta kaset kasetnya.
"Gimana sekolah barunya Fan?" Tanya Miranda, mama Fandy.
"Yah gitu deh ma. Udah sih mama nggak usah kepo gitu. Aku ngantuk tau." Bales Fandy kemudian menenggelamkan kepalanya di bantal.
KAMU SEDANG MEMBACA
EVERLASTING LOVE
Novela Juvenil"Gue kira hidup gue bakal gini-gini aja. Sekolah, bolos, tidur, makan, tidur, sekolah lagi, bolos lagi, hunting foto, dan yah gitu gitu doang deh. Tapi pas ada dia lagi, kok gue ngerasa beda yah? Rasa yang dulu itu hadir lagi. Bahkan tidak pernah be...