Part 5 : New Friends

261 23 0
                                    

Guys, maafkan yaa karena nunda lama bangeeett :( A bit busy with life >_< Enjoooy <3


Beberapa bulan kemudian...

"Woah...." aku tertawa melihat apartemen besar yang dbelikan Ayah.

"Menarik kan? Tidak ada sekat. Tempat tidur disini, dapur disini, kamar mandi disini. Semuanya disini!" kata Nyonya Willberg senang.

"Woah! Kamar mandi disini. Tidak ada sekat sama sekali," kataku geli melihat kamar mandi yang berada didekat dapur. Hanya toiletnya saja yang terpisah sendiri.

"Ini kamar yang khusus di desain untuk 1 orang, atau 2 orang yang tinggal bersama," kata Nyonya Willberg.

"Keren," aku tersenyum kagum.

"Baiklah, ini kartu nama saya. Kalau ada apa-apa, Anda bisa menelpon ke nomor saya. Untuk sekarang, saya akan meninggalkan Anda untuk beristirahat," kata Nyonya Willberg.

"Oke! Terimakasih, Nyonya Willberg," kataku lalu mengantarnya keluar.

Setelah itu, aku mengunci pintu dan menatap seisi kamar ini. Sangat bagus dan unik. Aku senang sekali. Plus, meja belajarnya yang tanpa kursi, hanya dengan tatami (semacam karpet duduk yang biasa digunakan orang Jepang).

Aku langsung membuka HP-ku, menyiapkan apa saja yang kubutuhkan besok untuk hari pertamaku di VU. Setelah ini aku berencana langsung tidur karena lelah sekali rasanya.

~~~

"Ya sebentar," kataku lalu berlari kecil begitu ada yang mengetuk pintuku. "Oh, Nyonya Willberg," kataku.

"Ini mobil dari Ayah Anda," kata Nyonya Willberg sambil menyerahkan kunci mobil.

"Oh, aku kira... aku kan naik bis," kataku lalu mengambil kunci mobil itu.

"Ayah Anda berpikir akan lebih baik untuk menggunakan mobil untuk beberapa hari pertama," Nyonya Willberg tersenyum manis.

"Oh... oke... Terimakasih, Nyonya Willberg. Maaf merepotkan," kataku lalu tersenyum kecil.

'Tidak sama sekali. Semoga beruntung di hari pertama," kata Nyonya Willberg.

"Terimakasih," aku melambai lalu menutup pintu. "Huh," aku menatap kunci mobil dari Ayah. Tiba-tiba aku tidak merasa merantau sama sekali. Ayah menyediakan semuanya. Padahal aku berharap akan ada sedikit usaha bagiku disini.

Aku akhirnya mengecek perlengkapanku sekali lagi lalu mengancingkan tasku dan bersiap-siap pergi. Biasanya ada Lucky yang selalu sibuk berlarian di antara kakiku sebelum aku pergi, tapi sekarang Lucky sudah jauh denganku. Kuharap dia baik-baik saja. Tadi malam Ibu mengirimkan video Lucky yang sedang makan dengan lahapnya. Ketika sadar ada wajahku di layat HP, dia langsung menggonggong. Aku hampir saja menangis saking merindukannya.

Aku memasuki Audi yang diberikan Ayah lalu menyetel GPS-nya. Aku berdoa lalu menggas mobilku. Aku menyalakan radio lalu sing along dengan lagu-lagu hits yang sedang diputar. Aku menatap kekiri kanan, mengingat tempat-tempat yang sekiranya butuh kudatangi selama ada di Kanada ini. Toko baju, supermarket, kafe, semacam itulah.

Ternyata tidak membutuhkan waktu terlalu lama, sekitar 20 menit untuk tiba di kampus. Mungkin jika aku menggunakan angkutan umum, maka akan lebih lama sekitar 10 menit karena rutenya agak berputar.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang