Part 12 : Quality Time With Tamara

263 20 0
                                    


            "Hoaahhmm!" Justin meregangkan badannya dan aku menutup buku yang dari tadi kubaca.

Aku dan Justin sudah belajar selama beberapa jam dan perpustakaan hampir tutup sekarang. Kami membereskan barang-barang kami dan berjalan keluar perpustakaan.

"Aku lelah," kata Justin.

"Aku juga...," kataku pelan.

"Jalan disini," Justin menukar posisinya jadi dia yang berada di pinggir. Jantungku berdegup lagi. He is such a gentleman.

"Besok... kita mau kemana?" tanyaku.

"Ayo kita belajar lagi," kata Justin.

"Yakin?" tanyaku, sebenarnya senang dengan perubahan Justin ini.

"Yakin," jawab Justin santai.

"Oke, kita belajar di apartemenku," kataku.

"Yakin?" tanya Justin.

"Yakin," aku tersenyum kecil.

"Baiklah...," kata Justin senang.

Kami menaiki kereta menuju ke perpustakaan dan meninggalkan mobil Justin di apartemenku. Sekarang, kereta ramai sekali astaga...

"Ah...," aku mendesah kecewa ketika aku tidak mendapatkan pegangan yang rendah. "Aku benci pendek," kataku sedih.

"Pegang jaketku," kata Justin.

Aku menurut lalu memegang jaket Justin. Tangan kanannya merengkuh pinggangku dan aku merasa aman sekali. Aku menatap ke atas dan mataku bertemu dengan mata Justin. Jantungku langsung berdegup kencang.

Aku menuduk lalu memejamkan mataku dan tiba-tiba Justin menyumpal telingaku dengan earphone-nya. Lagu Frank Sinatra langsung terdengar dan aku tersenyum.

"Aku ingin bernyanyiii," kata Justin.

"Tidak!" kataku geli dan Justin ikut tertawa. Well, sebenarnya aku penasaran sih apa Justin bisa bernyanyi atau tidak.

~~~

Aku bersiul sambil mengeringkan rambutku yang basah. Justin membuatku senang hari ini dan...

'Triinng...," HP-ku berbunyi dan kali ini Tam menelpon.

"Hai, Tam. Ada apa?" tanyaku.

"Hey. Datanglah ke mall X. Temui aku di salon. Aku sehabis mewarnai rambutku dan aku dapat kupon potong rambut gratis. Sekarang ya? Bye...," Tam langsung menutup telponnya.

"O... oke," kataku meski Tam tidak lagi tersambung diujung sana.

Aku mengambil topi untuk menutupi rambut basahku dan langsung bersiap-siap menuju mall yang dekat dengan apartemenku itu.

~~~

"Duduk disini. Aku lelah mendengar omongan Melissa mengenai gaya rambutmu yang dianggapnya kuno. Jadi aku sudah memutuskan untuk merubah gaya rambutmu," kata Tam begitu aku datang.

"Tam, aku belum memilih gaya rambutku dan aku juga..."

"Aku akan tunjukkan kecantikan asli seorang Ashley Treslin!" kata Tam bersemangat.

"Hallo, Tam!" sapa seorang lelaki yang... agak agak lembut. "Hallo, namaku Andrew. Namamu, Sayang?" tanya Andrew.

"A... Ashley. Mohon bantuannya," kataku.

"Potong rambutnya sesuai dengan rencana kita tadi," kata Tam lalu menunggu dibelakang.

"Oke. Tutup matamu, Ashley. Kita akan mulai," kata Andrew.

Aku berdoa dalam hati. Andrew menyibakkan rambutku kedepan dan aku menutup mataku. Terdengar suara gunting yang memotong rambutku, diiringi dengan suara sisir rambut.

"Kapan terakhir kamu potong rambut?" tanya Andrew.

"Entahlah... aku lupa," jawabku jujur.

"Ini tidak akan lama. Sekitar 10 menit ya, Cantik," kata Andrew ramah.

"Tentu," jawabku.

Andrew tidak bohong. Aku hanya menutup mataku sekitar 10 menit. Setelah itu, dia mengeringkan rambutku dan aku tersenyum melihat pantulan diriku di cermin. Rambutku jadi sedikit lebih pendek tapi ada layer dibawah dagu sekarang. Aku menyukainya!

"Selesaiii...," Andrew melepas jubahku dan mengelus rambutku lembut.

"Sial! Kamu cantik sekali!" kata Tam senang lalu mencubit pipiku.

"Benarkah?" tanyaku malu.

"Iya! Aku serius! Melissa tidak akan protes lagi sekarang," kata Tam.

"Aku rasa seharusnya begitu...," kataku sambil menatap takut-takut ke cermin.

"Yasudah. Thanks, Andrew! Ayo kita pergi, Ash. Aku traktir es krim," kata Tam.

"Asik," kataku senang.

~~~

"Kamu tau, Ash? Di sekelilingmu banyak orang yang peduli denganmu," kata Tam.

"Aku tau itu," jawabku lalu tersenyum.

"Aku cuma ingin kamu merasa senang. Mengenai kehilangan, semua orang akan mengalaminya, cepat atau lambat," kata Tam lalu menepuk kepalaku. Aku menatap Tam lalu tersenyum.

"Iya, Tam...," jawabku.

"Semuanya akan baik-baik saja," kata Tam.


Jangan lupa vote and commentnya ya :3

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang