Part 7 : Curiousity

301 27 2
                                    

Enjoy <3

"Hatchi!!!" aku bersin lagi untuk yang kesekian kalinya. Aku menutup hidungku dengan tangan kiriku lalu tangan kananku sibuk memegang kertas peta. Aku sedang mencari dimana UKS.

"Belok sini, hatchi!" aku bersin lagi.

Aku berlari kecil dan bersin-bersin lagi. Hari ini buruk! Sepertinya alergi dinginku kambuh lagi. Aku sudah bersin-bersin sejak bangun tidur tadi pagi.

"Ketika kamu berjalan diluar, gunakan jaket tebal dan masker ya? Untuk sementara bersinmu akan sembuh. Ini vitamin yang harus diminum," kata Dokter itu dengan ramah.

"T.. terimakasih," kataku sambil mengusap hidungku yang gatal. Aku mengambil obat yang diberikan lalu berjalan keluar.

"Semoga cepat sembuh...," katanya lembut.

"Thanks," aku menutup pintu UKS.

"Ash," Justin menyapaku.

"Justin? Kamu disini?" tanyaku.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanya Justin.

"Oh ya! Aku hanya umm... alergi dinginku kambuh," kataku sambil menunjuk hidungku.

"Kenapa bisa? Penghangat ruanganmu rusak? " tanya Justin bingung.

"Oh tidak. Sebenarnya tidak terlalu parah. Tapi aku naik bus tadi pagi, jadi mungkin semakin memburuk," jawabku lalu mengusap hidungku lagi.

"Sangat mandiri, Treslin! Anyway, kelas kita sama kan? Ayo kita jalan bersama," kata Justin.

"Iya," jawabku lalu berjalan di sebelah Justin. Aku sekilas melirik Justin dan sadar di bibir kirinya ada luka. Sepertinya luka itu masih baru.

"Hai, Justin," sapa seorang perempuan.

"Hai," Justin tersenyum.

"Pagi, Justin," sapa seorang perempuan lain lagi.

"Pagi," Justin tersenyum kecil.

"Kamu populer sekali," kataku jujur.

"Mereka menyapaku karena aku anak orang kaya. Itu saja. Bukankah itu kekuatan dari uang? Lebih mudah mendapatkan apapun yang kamu inginkan?" tanya Justin.

"Hemm... aku setuju," kataku lalu mengangguk. Ada sedikit nada dingin dari perkataan Justin. Tapi aku mengerti maksudnya. Toh aku mengalami hal yang sama.

"Tam pasti sudah bercerita sedikit tentangku," kata Justin.

"Yap, sedikit. Tapi aku bisa menyimpulkan kamu orang seperti apa," kataku.

"Oh ya tentu," Justin tertawa lalu membukakan pintu kelas. Tepat sekali, dosen baru saja duduk.

"Apa ini kelas artis?" dosen itu bicara. Aku dan Justin saling melirik lalu duduk di bangku depan. "Kita punya dua artis disini. Treslin dan Bieber. Selamat datang di kelas," kata dosen itu.

"Ya, Pak," jawab aku dan Justin bersamaan.

"Persiapkan, kita akan mulai pelajaran 2 menit lagi," kata dosen.

"Astaga, aku akan melakukan apapun untuk memiliki Buku Emas," bisik orang dibelakangku.

"Iya aku juga," bisik yang lainnya.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang