Part 13 : The Beginning

360 22 0
                                    

Haiii ini akan jadi part terakhir buat hari ini ya :3


"Woah...," Justin berhenti mengunyah makanannya begitu aku membukakan pintu. "Rambutmu... wow!" kata Justin senang.

"Masuklah," kataku malu.

"Hey, gaya rambutmu bagus sekali," puji Justin lalu aku tersenyum.

'Terimakasih... Apa yang kamu makan? Takoyaki?" tanyaku.

"Iya! Kamu mau?" tanya Justin lalu makan lagi.

"Tidak, terimakasih. Kamu habis darimana?" tanyaku bingung. Justin memang datang siang ini dengan tuksedo dan kemeja, sangat rapi.

"Pemakaman," jawab Justin lalu meminum jus jeruk yang sudah kusediakan.

"Siapa?" tanyaku hati-hati.

"Mengunjungi makam temanku. Dia sudah lama meninggal," kata Justin. Aku mengangguk, merasa tidak enak. "Tam sangat menyukainya dulu. Sangat sangat menyukainya. Dia sahabat kami, anak baik," kata Justin.

Tiba-iba aku teringat kata-kata Tam mengenai kehilangan. Benar, semua orang akan kehilangan seseorang dalam hidupnya dan... memikirkan orang itu adalah orang yang sangat di sukai Tam, aku jadi ingin memeluk Tam sekarang.

"Tam tidak pernah cerita," kataku pelan.

"Dia terlalu sibuk mengkhawatirkan orang. Dia selalu begitu," kata Justin.

"Aku bersyukur mengenal kalian disini," kataku.

"Aku juga bisa berkata begitu. Apa kamu siap belajar?" tanya Justin lalu melepas tuksedo dan menggulung lengan kemejanya.

"Siap!" kataku bersemangat.

"Aku harap aku Tam yang tidak perlu belajar," kata Justin.

"Aku juga," kataku jujur.

Seperti biasa, kami mulai belajar siang itu. Kami sendiri lebih banyak membaca buku dan saling diam satu sama lain. Sesekali, Justin bertanya dan aku berusaha menjawabnya kalau aku bisa.

2 jam kemudian...

"Makananku habis," kata Justin lalu menghela nafas.

"Ayo kita istirahat dulu," ajakku.

"Ayo," kata Justin lalu menutup bukunya. Kami berdua bertatapan dan dia tiba-tiba memegang kalungku yang berliontin huruf N. "Siapa namanya?" tanyanya.

"Niall," jawabku.

"Pacarmu?" matanya menatap liontin itu.

"Dulu," aku menelan ludahku.

"Apa yang terjadi?" tanyanya lalu melepas pegangannya.

Aku menjilat bibirku lalu menghela nafas. "Sakit," jawabku pelan.

"Sayang sekali," dia mengelus rambutnya. "Meninggalkan gadis sepertimu didunia ini," kata Justin. Aku tersenyum kecil. "Terkadang kematian bukanlah hal buruk, bagi beberapa orang," kata Justin.

"Menurutku juga begitu," jawabku.

"Kita semua pasti akan kehilangan seseorang. Itulah yang membuat kita jadi lebih kuat, lebih mensyukuri," kata Justin.

"Iya...," kataku lalu tersenyum, yakin kalau Justin dan Tam memang bersepupu. Pikiran mereka hampir sama. "Terimakasih," kataku.

"Untuk apa?" tanya Justin.

"Tidak mengasihaniku," kataku.

'Tentu," kata Justin.

Aku mengajak Justin untuk membuat makan siang. Dia banyak sekali membantu meski ujung-ujungnya mengangguku dengan main gitar sambil bernyanyi. Well, ternyata dia memang bisa bernyanyi. Meski tidak serius. Aku tertawa terbahak-bahak ketika dia menggodaku. Dia juga menceritakan masa kecilnya dengan Tam yang super lucu. Sangat berbeda dengan Tam yang kukenal.

~~~

"Hujan...," kataku pelan sambil melihat ke luar jendela. Aku menatap Justin yang tertidur lelap di atas tempat tidurku. Sepertinya dia kelelahan hari ini. Aku membuka buku pelajaranku lagi dan mulai membaca lagi.

"Yah hujan...," terdengar suara serak Justin.

"Ada apa? Kamu naik mobil kan?" tanyaku.

"Iya. Tapi pintu depan sedang diperbaiki, jadi aku harus parkir dibelakang dan masuk lewat pintu belakang. Aku pasti basah nanti," kata Justin.

"Kalau begitu tunggu saja sampai hujannya reda," kataku lalu Justin duduk disebelahku.

"Kalau berhentinya besok?" tanyanya.

"Menginaplah," kataku melucu.

"Ashley," Justin tertawa geli. Dia menatapku lalu memegang pipiku. "Ash?" panggilnya.

"Ya?" tanyaku.

"Boleh aku menciummu?" tanya Justin.

Aku terdiam dan menatap mata cokelat Justin yang indah. "Ya," kataku lalu Justin perlahan mendekatkan bibirnya dan menciumku lembut.


Cieee dipotongnya pada waktu yang tidak tepat wkwkwkwk Stay Tuned! Jangan lupa vote and comment, okay? 

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang