"Luckyyy!!!" aku berteriak senang. Lucky yang sedang menikmati makan siangnya langsung berbalik ke arahku. Dia memohon untuk digendong dan menjilat-jilat wajahku sambil mengibaskan ekornya. "Siapa anak tampan ini??" tanyaku gemas dan aku tertawa mendengar deru nafas Lucky yang terengah-engah karena senang.
"Lucky, Ashley sangat lelah, Sayang. Biarkan Ashley istirahat," kata Ibu senang.
"Ayo ikut aku keatas," aku mengajak Lucky ke atas dan dia berlarian dengan senang di lantai kamarku.
Aku menatap ke sekeliling kamarku. Ada banyak perubahan disini. Ah ya... foto-fotoku dan Niall, banyak yang hilang, hanya foto terakhir kami ketika wisuda.
"Ash," Ibu berdiri di ambang pintu. Aku berbalik dan melihat wajah bersalah Ibu. "Ibu kira... akan baik kalau Ibu menyimpan foto-foto kamu dan Niall di tempat lain," Ibu menunjuk sebuah kotak putih diatas meja belajarku.
"Tidak apa-apa, Bu. Aku sudah berencana melakukan itu sebelumnya," kataku lalu tersenyum. "Terimakasih."
"Sama-sama, Ibu tersenyum lega lalu meninggalkanku sendiri.
Aku membuka tas tanganku dan mengambil 3 lembar foto yang sengaja kucetak. Fotoku dan Tam, aku dengan Justin, dan foto kita bertiga. Dengan cekatan, aku menempel foto itu dan terssenyum puas.
"Sekarang... lebih berwarna," aku mengelus fotoku dengan Niall dan tersenyum manis.
~~~~~
"Kamu hari ini ke kantor Ayah?" tanya Ibu ketika kami sedang sarapan keesokan harinya.
"Iya, Ayah meminta bantuan untuk roti baru di Natal ini," kataku lalu menyuap pancake-ku.
"Apa kamu senang kembali ke dapur???" tanya Ibu.
"Maksud Ibu, ke depan panggangan," aku menyeringai.
"Apa kamu baru saja tersenyum nakal?" tanya Ibu kaget, tapi senang.
Aku tersenyum lebar. "Makanlah, Bu," kataku.
~~~
"Ya ya aku merindukan tempat ini," aku menepuk bahu Mike, supir pribadiku selama disini. "See ya, Mikey," kataku.
"Sampai jumpa lagi, Nona Treslin," kata Mike sopan.
Aku melangkah keluar mobil dan menutup pintunya dibelakangku. Aku melambai ke Adam, Kepala Dapur atau orang kepercayaan Ayah yang menjaga dapur tetap bersih, aman, dan.
"Adam," aku memeluknya erat. Pria setinggi 198cm itu dengan mudah mengangkat badanku yang kecil.
"Aku bisa lihat kamu kembali ke berat badanmu yang normal yah," kata Adam senang.
"Kuliahku menyenangkan," kataku dan otakku memaksaku untuk me-rewind momen momenku dengan Justin, diatas ranjang. Aku tersenyum kecil dan berusaha fokus dengan misiku disini.
"Tentu saja. Mari kita ke Dapur, Ashley," ajak Adam. Aku mengikuti langkah panjangnya dan melambai pada barisan pekerja yang menyambutku.
"Apa yang kukatakan tentang penyambutan normal?" tanyaku.
"Maaf, Ash. Mereka bersemangat," kata Adam. Aku mengangguk lalu mengedarkan pandanganku ke sekeliling pabrik. Ayah selalu menyebutkan Dapur.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars
FanfictionTidak ada yang ingin menjadi bintang yang tersesat. Tidak pernah terbersit dalam pikiran seorang Ashley Treslin kalau dia akan menjadi salah satu bintang itu. Hidupnya sempurna, keluarga bahagia, populer, pintar, dan harta yang paling berharganya, N...