Part 23 : Birthday Sex

967 22 0
                                    

SMUTTY ALERT! Adegan ini terlalu dewasa >_<

Aku membawa kue kecil yang baru saja kubuat kearah kamar kami di lantai dua. Jubah tidurku menyeret lantai kayu, menimbulkan bunyi gesekan lembut sepanjang jalan. Perlahan, aku menapakkan kakiku ke tangga, menaikiknya satu persatu.

Aku membuka pintu kamar kami perlahan dan dia masih tertidur dengan tenang, tanpa baju karena heater ruangan menyala. Selimut menutupi separuh dadanya dan aku semakin mendekat. Justin bergerak sebentar ketika aku meletakkan kueku di atas meja kecil sebelah tempat tidur kami, tapi dia masih tertidur.

Aku menyalakan lilin yang tertancap di atas kue itu. Perlahan-lahan, aku menaiki badannya dan duduk diatas perutnya yang terawat itu.

"Justin, bangunlah...," bisikku lembut.

Justin masih tidur dengan tenang. Aku menempekan jari telunjukku ke atas kening Justin dan melingkarkannya perlahan-lahan.

"Hmm..," dia mengerang dan membuka mata karamelnya, menatap lurus kearahku.

"Ada apa, Ashley?" dia menyentuh lenganku, menahanku supaya tetap diatas. "Kenapa kamu duduk disitu?" tanyanya lagi, mencoba duduk kali ini dan aku otomatis ada di pangkuannya. Aku hanya tersenyum dan nyala redup dari lilin kue ulangtahun Justin membuatnya tersadar. "Astaga, Ashley," dia tertawa senang lalu memelukku erat.

"Selamat ulang tahun, Justin!" kataku senang.

"Terimakasih!" Justin tersenyum senang. Aku penasaran dari binar matanya, apa dia tidak pernah dibuatkan kue seperti ini?

"Ucapkan doa sebelum meniup," kataku sambil menyodorkan kue itu didepan wajahnya.

Dia menutup matanya, bibirnya bergerak pelan. "Amin!" katanya lalu meniup lilin itu. Dia mengambil kue itu lalu menaruhnya diatas meja lagi. "Itu kue yang indah, aku yakin enak. Tapi sekarang aku ingin yang lain," kata Justin lalu menciumku.

Dia mengangkat badanku dan membalikkannya. Sekarang dia berada diatasku. Lidahnya menjalari mulutku dengan liar dan aku bersusah payah mengatur nafasku dibawahnya. Tanganku meraba-raba perutnya dan sepertinya Justin sangat menikmati sentuhan.

"Bolehkah aku minta kamu untuk bercinta sekarang?" goda Justin dengan suara seraknya.

"Ini ulangtahunmu, kamu bisa minta apa saja," kataku balas menggoda. Aku menjalankan telunjukku di pipi kirinya.

"Apapun?" dia membuka jubahku. "Aku sudah menahan diriku untuk tidak menyetubuhimu tadi malam. Tapi sekarang sudah pagi buta," kata Justin, melirik ke jam yang menunjukkan jam 12.05 pagi.

"Jangan ditahan," desahku, merespon sentuhan Justin.

"Baiklah, ini hariku," Justin meremas dada kananku dan menjepit putingnya dengan lembut. Aku mengangguk dan tersenyum. "Oke," dia menjilat puting kiriku dan badanku langsung bergetar.

Aku menutup mataku, merasakan lidahnya di dadaku. Dia luar biasa ahli dalam hal ini. Setiap sentuhannya membuatku bergetar. Aku sangat menginginkannya, tapi aku tidak bisa meminta. Ini malamnya.

"Ada apa dengan celana dalam mu?" tanya Justin merengut.

"Apa?" tanyaku bingung.

Dia mendekat dan berbisik. "Le-pas-kan," ejanya yang membuat jatungku meloncat-loncat.

"Silahkan," aku meluruskan kakiku dan dia tersenyum nakal. "Terserahmu, Justin," aku tersenyum dan melingkarkan tanganku dilehernya.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang