Hai! Selamat malam :3 Apa kabar? Baik yaaa hehe silahkan dibaca ceritanya :3
Natal tahun ini gila. Aku benar-benar harus membantu di toko karena kami kekurangan orang. Mungkin tidak, hanya kelebihan pelanggan. Entah berapa ratus roti yang kami produksi setiap harinya, tapi aku senang banyak orang yang membeli roti pohon itu. Untuk tahun baru, mereka menambahkan beberapa rasa, tentu saja harus menyesuaikan komposisi gulanya karena setiap selai memberi rasa manis yang berbeda.
"Hah...," aku bersender malas ke kursi kerjaku dan menatap jam dinding yang menunjukkan jam 11 malam.
"Nona," Mike muncul didepan pintu. Aku berbalik menatapnya. "Nona, sudah jam 11. Saya rasa Nona harus segera pulang," kata Mike khawatir.
"Ya aku lelah," kataku lalu berdiri. Mike bangun dan membantuku beres-beres. "Review itu sepertinya tidak akan habis," kataku pelan.
"Masih ada hari esok, Nona," kata Mike sopan.
"Ya, ayo kita pulang," kataku lalu berjalan mengikuti Mike.
~~~
Seperti yang kubayangkan, Ibu menungguku dengan wajah cemberut di ruang tamu. "Maaf, Bu," kataku tidak enak.
"Jangan paksa dirimu bekerja terlalu keras. Ayahmu bahkan sudah pulang daritadi," kata Ibu merajuk.
"Itu karena Ayah datang jam 6 pagi," kataku berusaha menenangkan Ibu.
"Kapan kamu akan mulai kuliah?" Ibu mengikutiku ke lantai atas.
"Awal Maret, ada apa, Bu?" tanyaku didepan pintu kamarku.
"Tidak apa-apa. Ibu pikir kita harus punya waktu keluarga," kata Ibu berseri.
Aku menatap keatas. "Ya, Ibu benar. Kemungkinan besar semester-semester berikutnya, aku akan pulang sedikit telat. Ibu rencanakan," kataku senang.
"Baiklah!" kata Ibu.
"Bu," aku menahan Ibu yang hendak berbalik pergi.
"Ya?" tanya Ibu.
"Aku akan pergi ke makam Niall besok," kataku.
"Baiklah," wajah Ibu mengencang tapi beliau berusaha tersenyum.
"Selamat malam, Bu," kataku.
"Selamat malam," terdengar suara langkah Ibu yang menjauh.
Aku menutup pintu kamarku, tak lupa menguncinya. Lucky yang sudah tidur terbangun dan menunjukkan rasa sayangnya sebelum kembali tidur di atas tempat tidurnya yang nyaman.
~~~~~
"Mike," panggilku pelan.
"Ya, Nona?" tanya Mike.
"Kamu sudah makan siang?" tanyaku.
"Sudah, Nona," jawab Mike sopan.
"Bisa antar aku ke makam Niall?" tanyaku.
"Ya, jika Nona sudah makan," Mike tersenyum formal.
"Sudah, ayo," kataku.
Aku menatap pemandangan sepanjang jalan. Tadi malam turun salju sebentar dan itu alasan kenapa hari ini begitu dingin. Aku merindukan Niall, sangat. Apa aku juga merindukan Justin? Ya, sangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost Stars
FanfictionTidak ada yang ingin menjadi bintang yang tersesat. Tidak pernah terbersit dalam pikiran seorang Ashley Treslin kalau dia akan menjadi salah satu bintang itu. Hidupnya sempurna, keluarga bahagia, populer, pintar, dan harta yang paling berharganya, N...