Part 26 : Is It Too Late Now To Say Sorry?

259 23 0
                                    

Halo apa kabar :3

Sudah 2 hari semenjak hari terakhir aku bicara dengan Justin. Sekarang hari Minggu dan aku masih tidak menjawab telpon atau membalas pesan Justin. Aku benar-benar kesal dengannya! Bagaimana bisa dia seegois itu dan tidak memperdulikan keselamatannya sendiri? Bagaimana juga dengan reputasinya? Aku rasa itu adalah salah satu saat teregois Justin semenjak aku kenal dia.

"Ashley...," suara Justin terdengar didepan pintu kamarku, disusul dengan suara ketukan pelan. "Ashley, aku ingin bicara denganmu, kumohon," lanjutnya. Suaranya terdengar sangat putus asa. "Ashley...," panggil Justin.

Aku berjalan dengan cepat lalu membuka pintu. "Apa??" hardikku kasar.

Sekilas matanya tersenyum tapi dia langsung memasang muka sedih. "Ashley, maafkan aku. Kumohon. Aku tidak akan seperti itu lagi," kata Justin.

"Masuk," kataku lalu meninggalkan Justin didepan pintu.

Dia masuk lalu menutup pintu dengan perlahan. Suasana masih hening. Aku membereskan buku-buku yang sedang kubaca tadi.

"Ashley, bicaralah...," kata Justin sambil mendekat kearahku.

"Kamu yang bicara!" kataku kesal.

Justin menghela nafas lalu menatapku. Tangannya memegang daguku lalu mengecup bibirku. "Pipimu tidak apa-apa?" tanya Justin.

"Baik," kataku. Ciumannya langsung membuatku sedikit tenang, tapi aku tidak boleh semudah itu. "Aku benci laki-laki kasar, kamu tau?" tanyaku.

"Aku janji tidak akan begitu lagi, Ashley," Justin mengelus pipiku.

"Janji?" tanyaku sambil mengelus disekitar luka diwajah Justin.

"Aku bersumpah," kata Justin lalu memelukku.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu. Kamu bodoh. Tergoda oleh ucapan orang seperti Dylan," kataku lirih.

"Dia mengatakan sesuatu yang kurang ajar tentangmu. Aku tidak bisa tinggal diam," kata Justin. Ada ketegangan dalam suaranya.

"Aku menyayangimu," kataku pelan.

"Aku juga," Justin mencium kepalaku.

"Kamu mau makan sesuatu?" tanyaku.

"Ya, jika itu masakanmu," kata Justin. Dia melepas pelukannya lalu aku tersenyum.

~~~~~

Alarm-ku berbunyi dan langsung membangunkanku dari alam tidurku. Aku mengerjap-ngerjapkan mataku, berusaha mengumpulkan kesadaranku. Tiba-tiba terdengar suara dari arah dapur.

Oh ya... Justin menginap tadi malam. Setelah 2 hari tidak bicara, aku benar-benar merindukannya. Sepertinya dia juga merasakan hal yang sama.

Aku berjalan ke arah dapur dan menemukan Justin sedang memasak. Dia hanya mengenakan celana pendek dan bertelanjang dada. Aku bisa melihat dengan jelas tatonya yang membuatnya sangat seksi. Perlahan, aku menghampirinya dan memeluknya dari belakang.

"Selamat pagi," kata Justin lembut.

"Pagi," aku mencium punggungnya.

"Aku membuat pancake, bacon, dan... banyak," kata Justin.

"Aku lapar," kataku manja.

"Aku juga," kata Justin geli.

"Justin?" panggilku. Dia bergumam dengan merdu. "Apa tato ini punya arti? Semuanya?" tanyaku.

"Ya, tentu saja. Ada apa?" tanya Justin.

"Boleh aku minta satu?" tanyaku.

Justin berbalik dan menatapku bingung. "Kamu ingin aku membuat 1 tato yang melambangkanmu?" tanya Justin.

"Iya," aku mengangguk.

"Aku tertarik," katanya.

"Kecil saja. Sebuah clover berdaun 4. Itu melambangkan keberuntungan. Aku rasa kamu membutuhkannya," kataku.

"Hmm... aku rasa aku sudah cukup beruntung memilikimu. Tapi... ya... baiklah. Aku butuh suntikan keberuntungan setiap saat," kata Justin.

Aku tertawa geli. "Masakan! Masakan!" kataku pura-pura panik.

"Woooww...," Justin berbalik dan langsung memasak lagi.

Warning! Part akan berakhir di 33. Jadi mulai sekarang Author update 2 part aja ya muahahaha :3

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang