Part 6 : Meet His Little Girl

274 24 0
                                    


Enjoy <3

Aku membawa nampan makananku lalu celingukan mencari tempat duduk. Hampir semuanya penuh. Aku memang sangat buruk dalam hal-hal seperti ini.

"Aduh...," desahku khawatir.

"Hey," Tam memanggilku dan senyumku merekah.

"Terimakasih, Tam," kataku lalu duduk diseberan Tam.

"Jangan celingukan seperti itu. Kamu bisa dibully," kata Tam.

"A... aku kira aku aman karena punya Buku Emas," kataku gugup.

"Iya, bagi Buku Perak dan Buku Perunggu, kamu aman. Tapi tidak bagi pemilik Buku Emas lainnya," kata Tam serius.

"Iya...," kataku pelan.

"Kamu harus kuat. Jangan seperti itu. Kamu seperti tidak punya jiwa," Tam kembali muncul dengan ke-sarkas-annya. Aku menatapnya kagum, karena berani jujur seperti itu. "Kamu menggunakan jabatanmu untuk melindungi diri, itu bukan hal yang jahat. Kamu tidak akan menyakiti siapa-siapa," kata Tam tenang.

"Terimakasih, kamu baik sekali," kataku tulus. "Semasa SMA, aku memang tidak punya teman dekat, hanya teman disekolah saja. Aku bersekolah di sekolah negeri, jadi kebanyakan mereka hanya memanfaatkan popularitas ayahku saja untuk mendongkrak diri mereka sendiri," kataku menjelaskan.

"Justin bisa mengajarimu cara bergaul lebih baik," kata Tam lalu tersenyum.

"Apa kalian berteman? Atau... keluarga? Atau...,"

"Dia temanku dari kecil. Kami tumbuh bersama," kata Tam memotong.

"Dia menarik," kataku.

"Jika wajahnya, iya aku akui. Tapi tidak dengan kepribadiannya. Dia playboy tingkat tinggi. Tidak pernah punya pacar dan hanya ganti-ganti wanita saja. Dia orang brengsek kalau untuk urusan seperti itu, tapi jika urusan persahabatan, dia salah satu teman terbaikku yang aku kenal," kata Tam.

"Oh ya?" tanyaku.

"Ya, tapi dia cerita, ketika liburan kemarin, dia mengunjungi ayahnya dan dia berjanji ke ayahnya kalau akan mencoba berhenti bermain-main seperti itu," kata Tam.

"Kalau begitu kita lihat hasilnya," kataku lalu tersenyum kecil.

"Ya, kuharap juga begitu," kata Tam. Dia mengeluarkan HP-nya. "Ayo kita bertukar nomor HP," kata Tam.

"Iya!" kataku senang.

Yeah! Hari pertama dan aku sudah berkenalan dengan 2 orang yang menarik. Aku harap hari-hari selanjutnya akan jadi baik.

~~~~~

Aku mengunci mobilku lalu masuk ke supermarket. Aku harus berbelanja untuk keperluanku sendiri. Kulkasku masih kosong dan harus segera mengisinya. Aku langsung mengambil keranjang dan menyusuri koridor satu persatu, mengambil apa saja yang sekiranya aku butuhkan.

"Hey! Ashley!" seseorang menyapaku dan aku menengok.

"Justin," aku tersenyum kecil dan menunduk, menatap gadis kecil manis yang digandeng Justin. "Adikmu?" tanyaku.

"Iya! Jazmyn, ini temanku, Ashley," kata Justin memperkenalkan.

"Hallo, Jazmyn Bieber," katanya lalu kami bersalaman. Dia trlihat sangat cantik dengan rambut cokelatnya seperti Justin.

"Lucunya... Ashley Treslin, senang bertemu denganmu," kataku senang. "Aku baru tau kamu punya adik," kataku.

"Oh ya, aku punya 2. Jazmyn, dan adiknya, Jaxon," kata Justin.

"Pasti asik ya punya saudara yang bisa diajak main dirumah," kataku.

"Ya, terkadang mereka juga berisik," kata Justin lalu kami tertawa. "Omong-omong, kamu tinggal dimana?" tanya Justin.

"Palavery Palace, tidak jauh dari sini," kataku.

"Woah, itu apartemen yang besar!" kata Justin kagum.

"Ya, dengan desain yang unik pula," kataku setuju.

"Aku pernah punya teman tinggal disitu dulu," kata Justin. Otakku langsung membayangkan itu salah satu teman perempuannya. Ini gara-gara perkataan Tamara. Astaga!

"Apa yang ingin kamu beli disini?" tanyaku, berusaha menolak Batin-ku yang ingin tau lebih lanjut.

"Oh haha sebenarnya.. sereal untuk... Jazzy?? Dimana kamu??" tanya Justin panik.

Justin langsung berlari dan aku menarik lengannya. "Tenanglah," kataku pelan.

"A... aku bisa mati kalau Jazmyn hilang," kata Justin gugup.

"Sini," aku memintanya mengikutiku.

Kami pun berjalan ke arah lorong mainan dan melihat Jazmyn sedang berjongkok di daerah boneka-boneka. Justin menghela nafas lega lalu menggendong adiknya.

"Apa yang aku katakan tentang tidak pergi sendirian?" tanya Justin dengan wajah khawatir. Aku terdiam melihat wajah Justin. Tatapannya menunjukkan betapa dia menyayangi adiknya itu.

"Maaf...," Jazmyn tersenyum manis lalu memeluk leher Justin.

"Kamu mau boneka itu?" tanya Justin.

'Tidak usah. Ayo kita makan sesuatu," ajak Jazmyn.

"Oke," Justin berbalik ke arahku. "Thanks, Ash," kata Justin senang.

"Ayo, Ashley, ikut," ajak Jazmyn.

"Wah aku mau... tapi aku harus segera sampai dirumah dan merapikan barang-barangku. Kamarku masih berantakan sekali. Lain waktu ya?" kataku lembut.

"Oke," Jazmyn mengacungkan jempolnya dan kami berdua tertawa melihat tingkah Jazmyn yang lucu.

Justin dan Jazmyn akhirnya berpamitan dan mereka berjalan ke arah Food Court. Aku sendiri menyelesaikan belanjaku dan membayar ke kasir. Ketika sedang mendorong keretaku ke arah parkiran, aku melihat bus lewat.

"Hemm... aku ingin naik bus saja besok," kataku dalam hati.

"Triingg...," HP-ku berbunyi.. Dari Ayah!

"Hai, Ayah," sapaku senang.

"Ashley! Bagaimana hari pertamamu?" tanya Ayah.

"Keren, Yah! Kami akan mulai belajar besok. Aku sedang di supermarket, berbelanja untuk kebutuhanku dan habis ini aku berencana untuk beres-beres kamar," kataku senang.

"Bagus bagus... Kalau ada apa-apa, kamu bisa bilang Ayah, oke?" tawar Ayah.

"Oke... Tapi, Yah. Aku ada sedikit masalah," kataku.

"Apa itu?" tanya Ayah cepat.

"Aku rasa aku ingin naik bus saja mulai besok. Bisakah Ayah meminta Nyonya Willberg untuk mengambil mobil ini?" tanyaku.

"Memang ada apa?" tanya Ayah.

"Tidak apa-apa. Aku hanya merasa lebih nyaman untuk naik bus," kataku.

"Hemm.... baiklah. Ayah senang kamu tidak manja. Ayah akan menelpon Nyonya Willberg. Hati-hati dijalan, Sayang," kata Ayah.

"Thanks, Yah. Bye," kataku lalu menutup telponnya.

Aku memasukkan barang-barang belanjaanku ke dalam bagasi dan mendorong keretanya ke pinggir. Aku senang Ayah mengizinkanku naik bus. Aku kira Ayah akan sedikit posesif.

Jangan lupa vote and comment ya <3

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang