Part 8 : Breaking Secret

247 25 0
                                    

Hai! I am really sorry! Laptop berpisah dengan saya hiks. Maafkan ya :3

            Aku membuka mataku karena alarm-ku berbunyi. Ternyata aku benar-benar langsung tidur sampai pagi. Lagi, aku melewatkan makan malamku. Aku menghela nafas malas lalu menyalakan HP-ku. Tepat saja, seperti pikiranku, ada beberapa misscall dan SMS dari Ayah yang meminta maaf. Aku menghela nafas lalu membalas SMS Ayah.

To : Daddy

Sub : Aku tidak apa-apa. Semalam aku langsung tidur. Aku menghargai niat baik Dad, tapi aku bisa urus ini sendiri. Thanks, Dad.

Aku menaruh HP-ku dan bersiap-siap ke kampus. Setelah mengecek semua barang-barang dan perlengkapanku, aku pun berjalan keluar kamar.

"Kamu telat 5 menit dari biasanya," kata Justin.

Aku menatapnya lalu tersenyum. "Apa kamu tidak ada kerjaan lain selain menjemputku?" tanyaku.

"Ada. Tapi yang ini lebih menarik," dia membukakan pintu dan memastikan aku duduk dengan nyaman. Dia berjalan memutari mobil lalu masuk dan duduk disebelahku. "Lagipula, ini permintaan Tam," dia berkedip.

"Kamu selalu menurut apa kata Tam?" tanyaku bingung.

"Dia sepupu terbaikku," kata Justin lalu menggas mobilnya.

"Sepupu??" tanyaku kaget.

"Oh ya, kenapa?" tanya Justin.

"Tam bilang dia temanmu!" kataku tidak bisa menyembunyikan kekagetanku.

"Iya, dia memang suka begitu. Dia memperkenalkan dirinya sebagai teman dari kecil. Padahal dia sepupuku sendiri. Mungkin dia malas berurusan dengan perempuan-perempuan yang mengejarku," kataku.

"Oh begitu...," kataku lalu mengangguk-angguk, mulai mengerti jalan ceritanya.

~~~

"Minta pudingnya," kata Tam lalu mengambil pudingku.

"Iya," kataku lalu pasrah saja menerima sayuran dari Tam. "Kamu jarang makan sayur, tapi badanmu tinggi. Berapa tinggimu?" tanyaku.

"Entahlah, terakhir kali aku mengukur 173cm. Wajar saja, ayahku 192cm dan ibuku 170cm," kata Tam.

"Terakhir kapan?" tanyaku kagum.

"SMA kelas 1," katanya cuek lalu memakan pudingku. "Berapa tinggimu?" tanya Tam.

"Kurasa 162cm," kataku malu.

"Normal," timpal Tam singkat.

Aku mengangguk lalu fokus lagi ke makananku. "Tam...," panggilku.

"Ya?" sahutnya cepat.

"Kamu sepupu Justin?" tanyaku pelan.

Dia mengangguk. "Aku tidak suka banyak orang yang tau. Perempuan-perempuan gila itu akan mulai meminta bantuanku, seakan-akan aku peduli," kata Tam.

"Apa mereka semenyulitkan itu?" tanyaku.

"Ya. Apapun kamu menyebutnya, mereka lebih dari itu. Lagipula, selain baik untukku, itu akan baik juga untuk Justin kalau orang-orang tidak tau dia sepupuku," kata Tam.

"Kenapa?"

"Orang-orang kemungkinan tidak akan percaya. Justin itu populer, sementara aku tidak berinteraksi dengan orang yang tidak kubutuhkan. Kalau dikampus ini ada klub Freak, aku pasti akan ada disitu," kata Tam lalu aku tertawa geli. "Hey! Jangan tertawa! Kamu tau rahasia kecilku, bagaimana denganmu, Nona Pemurung?" tanya Tam lalu berkedip nakal melalui bulu mata lentiknya.

Lost StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang