Part 1

10.3K 320 0
                                    

Hari ini sungguh melelahkan. Bagaimana tidak, Keenan baru saja selesai syuting sinetron terbaru dan sekarang ia harus melaksanakan kewajibannya sebagai seorang pelajar. Sebenarnya ia ingin sekali istirahat, merebahkan dirinya dengan nyaman di kasurnya yang empuk itu, namun ia masih memiliki banyak pekerjaan yang harus ia selesaikan. Terlebih, karena waktunya ia habiskan di lokasi syuting membuat Keenan sering ketinggalan pelajaran meskipun tidak benar-benar ketinggalan karena Keenan selalu menyempatkan diri untuk belajar kalau memiliki waktu luang. Bukannya bermaksud menyombongkan diri, Keenan berada di kelas Unggulan. Disinilah peran dan kewajiban Keenan sebagai pelajar di uji. Ia harus bisa membagi waktunya agar nilainya tidak anjlok dan mencapai cita-citanya untuk kuliah di luar negeri sesuai impian yang telah ia idamkan sejak lama.

Keenan memang ditawarkan oleh orang tuanya untuk home schooling, namun ia menolak dengan alasan ia juga perlu bersosialisasi. Ia ingin memiliki teman, tidak hanya di kalangan artis saja. Ia ingin memiliki cerita masa SMA yang menyenangkan jika dikenang. Meskipun ia harus membagi tubuh dan otaknya, antara pekerjaan dan sekolah.


"Honey!! Wake up, baby! You must go to school!!NOW!!!" teriak Rani -mami Keenan- ke anak semata wayangnya yang masih terlelap di dunia mimpinya.

"Ehhmm." Keenan menggeliat karena merasa terganggu dengan teriakan maminya.

"Keenan, wake up! Ini sudah jam setengah tujuh sayang," ucap Rani. Keenan yang mendengarkan ucapan maminya, terbelalak kaget. Ia langsung berlari ke kamar mandi. Rani yang melihat putrinya hanya menggelengkan kepala dan segera turun ke meja makan dimana suaminya sedang duduk santai membaca koran sekaligus meminum kopinya.

"Keenan sudah bangun?"tanya suami Rani, Rendy.

"Sudah, anak itu susah sekali di bangunkan,"keluh Rani. Tangannya sibuk mengoles selai roti untuk dirinya.

"Wajar saja diakan baru pulang syuting. Mungkin dia kelelahan," bela Rendy.

"Tapi aku kasian dengannya Pi, padahal kita mampu membiayai hidup anak kita. Namun dia banting tulang cari uang. Seharusnya ia fokus belajar dan kejar mimpinya aja," kata Rani sendu. Ia sungguh kasian melihat anaknya itu. Rani adalah seorang dokter gigi dan Rendy juga seorang dokter penyakit dalam sekaligus pemilik rumah sakit. Bukankah dengan itu mereka bisa membiayai hidup anaknya? Tapi anaknya itu bersikeras mencari uang dengan menjadi seorang artis. Bahkan, keperluan pribadinya pun Keenan tidak memakai sepeser uang yang diberikan orang tuanya. Ia selalu menggunakan uang hasil jerih payahnya. Rani pernah bertanya ke Keenan

"Sayang, kamu tidak mau berhenti jadi artis? Maksud mami kamu fokus dengan cita-cita kamu,"tanya Rani lembut. Ia bicara hati-hati agar tidak menyinggung perasaan anaknya.

"No mam, Keenan melakukannya karena hobi Keenan mengisi waktu luang lagipula Keenan juga bisa menghasilkan uang dan meraih penghargaan,"balas Keenan tenang.

"Tapi sayang, mami dan papi kamu bisa membelikan apapun yang kamu mau. Mami tidak mau kamu kelelahan apalagi kamu masih sekolah."

"Tidak mam, Keenan bisa membagi waktu Keenan. Mami tidak perlu khawatir, Keenan bisa menjaga kesehatan Keena," kata Keenan menenangkan maminya.

Sungguh, kata-kata Keenan membuatnya bangga. Anaknya bisa berpikiran dewasa seperti itu. Memikirkan dirinya dan suaminya. Anaknya tidak ingin menyusahkan siapapun. Rani sangat bersyukur kepada Allah yang telah mengaruniainya seorang putri yang luar biasa.

"Mamiiiiii!!! Papiiiii!!! Keenan pergi dulu ya,"teriak Keenan membuyarkan lamunan Rani.

"Ya hati-hati," kata Rendy singkat.

"Keenan kamu tidak sarapan?"tanya Rani ketika melihat Keenan yang tergesa-gesa.

"Tidak sempat mi, Keenan pergi dulu ya. Assalamualaikum mi pi. Salam sayang Keenan,"ucap Keenan seraya pergi dari pekarangan rumah dengan mobilnya.

"Walaikumsalam. Astaga anak itu mirip siapa sih sifatnya," gerutu Rani heran.

***
Keenan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Di dalam mobilnya terasa sejuk dan homey. Mengalun lagu-lagu indah yang menenangkan hati. Kenyamanan Keenan terganggu saat deringan telepon berdering nyaring meminta diangkat segera.

"Halo Keenan,"sapa seseorang antusias di seberang telepon sana.

"Hmm,"kata Keenan berdecak malas saat tau Aurel teman mainnya menelpon.

"Ya elah lo kok gak senang gitu sih kalau gue nelpon. Marah nih gue,"kata Aurel merajuk.

"Alay banget elah, napa emang?"

"Sebulan lagi kitaaa ke ...."kata Aurel menggantungkan ucapannya sehingga membuat Keenan penasaran.

"Apa?"tanya Keenan mendesak.

"Ke luar negeri horeee akhirnya kita liburan di sana."

"Oh ya? astaga gue seneng banget dengernya. Kita syuting disana juga?"tanya Keenan tak kalah antusias.

"Iya, tadi mbak Vika ada rapat agency jadi nanti ada sebagian scenenya di luar negeri, Keen." Aurel dengan antusias menjelaskan.

"Okayy, udah ya," balas Keenan.

"Elah lo seneng pas gue kasih kabar gini. Tadi lo jutek banget sama gue, dasar tega!"kata Aurel mendramatisir.

"Jijik," geli Keenan dengan sikap Aurel yang mulai aneh. Keenan pun mematikan teleponnya setelah mengucapkan satu kata padat dan singkat sebelum Aurel tidak jelas meracau. Haha. Mungkin Aurel sedang mencak-mencak dan mengumpat Keenan karena mematikan teleponnya. Keenan tertawa senang dan mulai berkonsentrasi menyetir menuju sekolahnya.


Night Is Gone AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang