Part 24

2.4K 133 2
                                    

Aku memasuki klub yang berdasarkan informasi dari Aldi bahwa mereka ada disini. Pemadangan awal yang kulihat dimana orang-orang ini asyik berdansa, merokok, mabuk-mabukkan bahkan ada yang lagi make out. Menjijikan. Kemana harga diri mereka ini?

Ku edarkan pandanganku mencari dimana tempat Gavin dan di sana. Gavin yang mabuk mencoba meminum tapi dilarang oleh Azka dan Aldi tapi Gavin tak peduli ia masih saja memaksa untuk minum.

"Hai cantik, sendiri?"ucap seorang pria dewasa yang menatapku dalam. Brengsek!

Aku memakai wajah dingin datarku dan mencoba tak peduli. Namun ia tetap mengekoriku dan tangannya mulai mengelus pipiku dengan tatapan menggodanya.

"Lepasin tangan lo dari gue! Gue udah bersuami"ucapku agar pria ini segera pergi meninggalkanku. Kulihat pria menatapku seolah aku ini berbohong. Aku memutar bola mata malas menanggapi pria kesepian kurang belaian yang butuh teman 'malam' ini.

"Kau lihat disana ada 3 pria dan salah satunya suami gue."kutunjuk dimana meja Gavin berada. Pria ini mengikuti arah pandanganku dan segera pergi meninggalkanku.

Kulangkahkan kakiku ke meja mereka yang masih berusaha menahan Gavin yang sudah over.

"Keenan?"ucap Aldi bingung melihatku. Memang aku tidak memberitahunya bahwa aku akan kesini. Ketika aku tahu kalau mereka ada disini aku langsung matikan sambungan dan pergi kesini. Wajar saja jika ia terkejut melihatku apalagi ini di klub.

"Gavin kenapa?"

"Dia banyakan minum. Lihat dia sudah menghabiskan 2 botol"

"Kenapa kalian masih disini? Belum pulang?"

"Gavin gak bisa di ajak pulang"ucap Azka.

"Ya udah gue aja yang bawa"

"Lo yakin?"

"Iya, bantuin gue bopong Gavin"

Gavin masih saja meracau-racau tak jelas. Ia tidak tahu kalau Keenan ada di sampingnya.

"Ayra... aku kangen sama kamu."ucap  Gavin. Aku terdiam menahan rasa sesak di dadaku. Aldi dan Azka menatapku prihatin. Kutatap tajam mereka karena aku tidak suka di kasihani.

"Ya udah gue dan gavin pulang dulu ya."

"Hati-hati"

Kulajukan mobilku menuju rumah Gavin yang terletak jauh dari klub tadi. Menembus jalanan dengan hawa dingin yang menusuk tulang. Apalagi dengan racauan Gavin seakan menusuk hatiku. Sedari tadi aku hanya menahan rasa sesak di dadaku. Aku ingin menangis tapi tidak bisa. Aku ingin berteriak tapi tak sanggup. Aku memilih diam dan mendengarkan racauan Gavin yang menyayat hati.

Huek...

Gavin muntah. Keenan pun memberhentikan mobilnya di depan minimarket untuk membeli obat dan baju untuk Gavin karena sangat tidak mungkin jika Gavin masih memakai baju yang sudah ternoda muntahan isi perutnya dalam waktu lebih dari 45 menit lagi. Keenan juga tak tahan jika harus berdekatan dengan orang yang muntah pasti ia akan ikutan muntah juga nanti.

"Ayra... kita ke pantai lagi ya.. kita makan es krim.. "

"Ayra... aku cinta sama kamuu.. kenapa kamu ninggalin aku?"

"Ayra... kenapa kamu gak bilang ..
.sa..ma aku.. kalau kamu.. sakit sayang?"

"Ai, aku cinta sama kamu..
Jangan tinggalin aku"

Pertahanan yang Keenan tahan pun roboh. Ia tidak sanggup lagi menahan sakit di dadanya. Keenan menangis dalam diam.

'Ayra aku masih cinta sama kamu' kata-kata itu terngiang di otakku. Bukankah Gavin mengatakan ia cinta sama gue?
Aku langsung melajukan mobilku dengan kecepatan tinggi setelah membersihkan baju Gavin tadi.

Night Is Gone AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang