Keenan menengadahkan kepalanya. Mencoba menghentikan air mata yang terus mengalir dari pelupuk matanya. Ayra gadis cantik dan polos itu menghembuskan nafas terakhirnya kemarin dan sekarang sedang di makamkan. Seluruh kerabatnya, teman sekelasnya dan guru sekolah pun berdatangan. Keenan hanya mampu melihat Gavin, kekasih barunya kemarin memeluk nisan bertuliskan Ayra Fanya.
Suara isak tangis bagaikan lantunan nada yang bergaung di sekitar pemakaman. Keenan mengusap bahu Gavin berusaha memberinya kekuatan.
"Gavin, ayo kita pulang"kata Keen lembut. Gavin menggeleng. Ia terus menangis memeluk nisan Ayra.
"Ay, kenapa kamu ninggalin aku? Kamu gak sayang sama aku? Nanti malam kita ke pantai ya, kita beli ice cream kesukaan kamu. Terserah kamu deh mau beli berapa, aku bayarin kok" kata Gavin meracau tak jelas.
"Ayo, sudah mau hujan"seru Karin menarik lengan Gavin.
Mereka pun pulang ke rumah masing-masing, namun Keenan tidak. Ia mengikuti Karin dan Gavin ke rumahnya. Karena ia tahu keadaan Gavin sedang tidak stabil, ia takut ada sesuatu yang terjadi.
"Vin, makan yuk"
"Gue gak laper!"ucap Gavin ketus. Ia masih sibuk memandang ke arah luar jendela. Melihat langit yang meneteskan air yang deras dan mencium aroma petrichor yang bisa membuat hatinya sedikit tenang selepas kepergian Ayra.
***
Keenan POV
Aku hanya bisa diam memandang seseorang yang mengisi hatiku. Wajahnya pucat dan badannya tak segemuk dulu saat aku pertama kali melihatnya. Dulu sebelum kematian Ayra. Hatiku sakit mengingat Gavin yang menangis pilu bagaikan anak yang ditinggal oleh ibunya ke dunia berbeda. Ia terus saja memeluk gundukan tanah Ayra. Hatiku sakit melihat Gavin yang tak berselera makan karena kepergian Ayra. Hatiku sakit ketika Gavin yang seperti menolak kehadiran ku di hidupnya seakan aku hanyalah virus mematikan dan makhluk hina di dunia ini. Sungguh seharusnya aku terbiasa dengan rasa sakit ini. Tapi kenapa rasanya semakin hari semakin sakit?
Bukankah jika ada teman kita yang bercanda berulang kali yang hanya itu itu saja, kita merasa garing dan tidak lucu? Lalu mengapa aku yang sudah merasakan sakit hati berulang kali dengan masalah yang sama tidak kunjung berhenti dan malah merasakan sakit yang mendalam?
Tuhan, apa salahku? Cintaku bertepuk sebelah tangan dan sekarang saat dia milikku ia seperti menolakku.
Seharusnya aku bahagia sekarang karena Gavin adalah pacarku. TAPI tetap saja aku tidak bisa bahagia karena
Hatinya
Jiwanya
Pikirannya
Hanya untuk Ayra Fanya seorang. Huhhh.
"Vin, mau kemana?"tanyaku ketika melihat Gavin melangkahkan kaki ke luar kamar. Namun lagi dan lagi Gavin diam. Seolah ucapanku hanya angin lalu yang berhembus. Tak tinggal diam aku pun mengikuti Gavin yang melaju pergi dengan mobilnya.
"Rin, gue pergi dulu ya! mau nyusul Gavin, kalau dia duluan di rumah telpon gue"ucapku ke Karin sebelum menyusul Gavin .
***
"HAlo"
"Keenan kamu dimana? Ayo cepat kamu harus syuting"
"Loh, mbak Vika? entar mbak bisa gak kalau di cancel dulu"pintaku memohon.
"Gak bisa, cepat kamu sudah keseringan cancel. Jangan terlambat. Hati-hati" ucap Mbak Vika final tak terbantahkan. Aku hanya menghembuskan nafas berat dan memutar balik ke lokasi syuting.
***
Gavin mendekat ke arah teman-temanya yang sudah menunggunya sedari tadi. Saat ini mereka nongkrong di sebuah club mewah ala golongan kelas atas.
"Eh vin, lo lama banget. sudah ikhlasin aja semoga ia tenang disana"ucap Azka
"jangan dipikirin, ayo kita seneng seneng dulu. Ayra gak suka liat lo kaya gini vin, ayo"ucap Aldi menarik Gavin agar ia mengikuti dirinya. Gavin hanya menghembuskan nafas berat dan mengikuti Aldi.
"lo mau apa? wine? atau cewek?"canda Aldi. Gavin hanya menatapnya datar.
"wine"
Pukul 1 malam Gavin belum pulang. Ia masih melepas kesedihannya di sebuah club bersama Aldi dan Azka. Tak peduli seorang gadis yang berstatus pacarnya khawatir akan keadaannya.
***
Keenan memarkirkan mobilnya dan segera turun menuju kelasnya menemui Tasya yang akhir-akhir ini jarang bertemu karena ia sering izin dan sibuk syuting sekaligus mengurus Gavin yang masih tak kunjung habis kesedihannya.
Saat memasuki kelasnya Keenan melihat Tasya yang duduk anteng dengan novel dan earphonenya. Enak banget ni anak, batin Keen.
Keen menepuk pundak Tasya keras membuat Tasya terlonjak kaget. Bahkan novelnya terjatuh kursinya juga. Keenan tertawa terbahak-bahak melihat kebodohan temannya. Tasya hanya merengut sebal.
"Shit!"umpat Tasya.
"sorry sya gak sengaja"
"pala lo. lo kemana aja?"
"syuting dan ngurus Gavin"
"lo beneran pacaran sama Gavin ya?" tanya Tasya histeris. Ia tak tahu kalau teman dan sahabatnya ini dekat dengan Gavin. Ia cuma denger sih dari fans nya Keenan kalau Gavin Keenan pacaran. Tapi Tasya gak percaya. Kabar burung, pikir Tasya.
Jadi ia menunggu Keenan dan mengkonfirmasi langsung kepada orang yang bersangkutan. Telitilah kebenaran sebuah berita sebelum mempecayai berita tersebut.
"bisa jadi"ucap Keenan mengedikkan bahunya malas.
"loh kenapa bisa jadi?"
"ya gitu, males gue cerita. panjang lain kali aja"
"ckckck tai emang"
Keenan tak menghiraukan umpatan Tasya. Ia memang malas membahas masalah hubungannya dengan Gavin yang tak jelas. Satu orang yang mencintai dan berjuang dan satu orang yang hanya mencintai gadis lain.
****
"lo cape?"tanya Rendra mengusap keringat Keenan.
"iya dan gue ngantuk banget"kata Keenan merengek.
"baring sini aja. Scene lo masih lama" ucap Rendra menunjuk pahanya. Keenan menurutinya karena yang ia pikirkan hanya tidur dan tidur.
Keenan pun terlelap dan Rendra hanya mengamati wajah damai gadis cantik yang entah kapan sudah mengisi hatinya.
"gue cinta sama lo Keen" bisik Rendra dan memfoto Keenan yang terlelap. Ia bermaksud meng-upload nya ke instagram dan mentag Keenan. Pasti gadis ini akan mengamuk melihat foto jelek nya tersebar. Rendra tertawa jahat.
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Night Is Gone Again
Teen Fiction[TAMAT] Keenandra Latifa Putri. Dia seorang artis muda berbakat berusia 18 tahun yang yang sudah lama terjun ke dunia entertaint. Memiliki paras yang cantik dan senyum menawan. Keenan menyukai cowok dingin sekolahnya. Ia berusaha meluluhkan hati c...