Part Dua

18.1K 1.4K 10
                                    


***

Suara derap kaki terdengar menggema si koridor, bukan hanya satu tapi lebih dari satu. Kemudian kelasku pun seketika penuh oleh murid murid yang datang tergesa gesa. Aku hanya menggedikkan bahu ku tak peduli. Kulanjutkan membaca novelku yang sempat tertunda karena hal tak penting tadi. Sudah dapat ditebakkan siapa yang menyebabkan murid murid seperti itu ? Tentu saja, siapa lagi kalau bukan PARA IBLIS yang sialnya tampan tampan itu. Bukannya aku suka tapi memang itu kenyataannya. Walaupun brengsek, tapi harus kuakui bahwa mereka punya rupa di atas rata rata. Hampir semua wanita di sini yang menggilai mereka, kecuali tentu saja orang orang yang berlarian tadi. Maksudku gadis gadis nerd, kutu buku, miskin dan sejenisnya walaupun ada beberapa yang menyukai mereka.

Brakk

Suara pintu yang dibanting cukup keras membuat semua murid yang ada di kelas terkejut. Suasana menjadi hening seiring masuknya PARA IBLIS tampan itu. Mereka berempat ? Bukankah berenam ? Oke, itu bukan urusanku.

     
Dia menyuruh seseorang mengerjakannya, bodohnya orang itu mau saja tanpa membantah.

"Ta-tapi—"
         
"Kerjakan dalam waktu 10 menit !" ujarnya memaksa.
         
"Baiklah." jawab si orang itu lesu.
         
"Rain, aku juga ya !?" pinta seorang teman laki lakinya sambil menyodorkan buku pr nya.
         
"Hm"
         
"I love you Rain !" ujarnya si laki laki girang.
         
Si ketua, Rain mengernyitkan alisnya jijik tapi tidak mengatakan apa pun.

"Ini sangat banyak !"
         
"Aku tak mau tau !!" tajam rain.
         
Aku mendengus tanpa mengalihkan pandangan ku dari novelku. Entah perasaan ku saja atau apa, tiba tiba kelas menjadi senyap dan mencekam.
         
'Aku yakin tak mendengar bel istirahat sebelumnya' batinku. Dan ketika ku mendongak, si provokator sudah bersidekap dada di depan mejaku dengan angkuhnya. Entah kenapa rasanya aku ingin sekali aku menonjok muka temboknya itu.
         
"Aku mendengar sesuatu tadi, disini ?" katanya datar dan dingin dengan mata elangnya itu. Sial, aku gugup.

Apa aku mendengus terlalu keras.

"Mendengar apa ? Aku tak dengar apa apa !"

"Hmm benarkah itu Kim...Rae Shane ?" selidiknya melirik name tag seragam ku.
         
"Ya, tentu saja !" jawabku acuh dan kembali melanjutkan membaca novelku.
         
"Hm novel yang bagus !" katanya entah memuji atau sebaliknya.
         
"Ya." jawabku cuek.

Entah jawaban ku yang membuatnya kesal atau apa, tiba tiba saja ia merebut novel ku kasar. Awas saja kalau robek. Aku tak bergeming.
         
"Kembalikan !" ujarku tenang.
         
"Kalau kau mengginginkan buku mu kembali, kau harus mengambilnya sendiri di gudang pulang sekolah nanti, kalau tidak...ya sudah, aku bakar !" ujarnya sambil berlalu dan mengambil buku pr nya yang sudah di kerjakan oleh si nerd.

"Oh...hei !!" panggilku yang masih duduk di kursiku. Ia berbalik."tidak usah dikembalikan, untuk mu saja, aku bisa membeli yang baru !" ujarku sambil menyeringai seolah olah mengatakan 'aku masih punya cukup uang untuk membeli yang baru' atau mengatakan seolah olah ia adalah siswa miskin yang tak punya uang hanya untuk membeli sebuah buku. Seringaian ku makin lebar ketika melihat si ketua iblis itu menggertakam giginya dan berlalu bersama gerombolannya.

***

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang