***Shane P.O.V
Aku mengeratkan selimutku ketika aku merasakan udara semakin dingin menusuk hingga ketulang.
"Uhh" lenguhku merasakan kepalaku begitu pusing dan berdenyut menyakitkan. Mualpun aku rasakan.
"Oemmaaa..." panggilku serak. Tapi oemma tak kunjung datang membuatku mengerang gelisah. Rasanya sangat tidak enak.
Author P.O.V
Tak lagi terdengar suara familiar yang biasanya akan mengucapkan selamat pagi itu membuat kernyitan heran tercetak di dahi Irene. Wanita cantik berdarah Canada-Indonesia itu mendadak panik melihat putra kecilnya bergelung lemah di balik selimut yang bergambar pemandangan angkasa itu.
Badannya panas. Wajahnya memerah. Mata kecil yang biasanya berbinar itu kini terhalangi kelopaknya yang indah. Baby Rae-nya sakit.
***
"Ia hanya demam biasa. Kau tak perlu memanggilku kemari. Bahkan aku juga harus meningalkan istriku yang sedang hamil tua di rumah. Dasar" gerutu dokter muda yang merupakan dokter pribadi keluarga Kim itu.
"Aku panik bodoh" balas Yoono kesal.
"Tapi tak perlu berlebihan begitu seolah olah anakmu sedang sekarat"
"Maafkan kami, Dave. Kami panik tadi. Kau taukan Shane itu baby kesayanganku" ujar irene lembut. Dave mendengus.
"Mm...bukankah yang tadi itu putrinya Lee ?" tanya Dave setelah menyesap kopi yang dihidangkan Irene.
"Benar. Hyera menginap di sini. Liburan katanya" jawab Yoono.
"Sejak kapan ?"
"Hampir memasuki seminggu ini"
"Lalu orang tuanya di korea ?" tanya Dave yang di balas anggukan Yoono. Dave manggut manggut.
"Ya sudah. Aku harus segera kembali. Istriku sudah menungguku" ujarnya seraya bangkit dari duduknya dan mengemasi barangnya. Yoono dan Irene mengantarnya ke depan.
"Terimakasih Dave. Maaf merepotkanmu. Berhati hatilah" ujar Irene yang di balas anggukan Dave. Pria itupun langsung menaiki mobilnya dan melesat meninggalkan rumah itu.
"Aku jadi kasihan padanya" gumam Irene. "Kau sih !" gerutunya pada Yoono di sebelahnya.
"Kau menyalahkanku ? Kurasa kaulah yang mendesakku menghubungi Dave" balas Yoono.
"Kau saja yang melebihkannya. Aku hanya khawatir pada anakku. Sedangkan kau malah bersikap biasa"
"Demam itu hal yang lumrah untuk remaja seperti Rae. Apalagi kau tahu Rae sedikit berbeda. Daya tahan tubuhnya lebih lemah dari remaja seusianya" ujar Yoono lembut.
"Aku tahu" lirih Irene.
"Jangan menyalahkan dirimu sendiri, chagi. Ia tak akan menjadi kuat kalau kau terus mengekangnya. Walaupun aku juga terlalu sering melakukan ity, tapi mulai sekarang ia harus bisa mandiri dan pandai menjaga diri sendiri, tapi bukan berarti kita harus mengurangi kasih sayang kita padanya. Kau mengerti maksudku, kan ?" Yoono berujar lembut sambil memegangi bahu istri cantiknya yang hanya menunduk itu.
"Aku hanya tak ingin ia menganggapku ibu yang buruk...aku sangat menyayanginya..." katanya lirih dengan dengan nada yang sedih. Yoono memeluknya mengatakan kalimat kalimat penenang untuk istrinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen Fiction"Aku mendengar sesuatu tadi, di sini" "Aku bisa saja membuat bel berbunyi sekarang atau bahkan sebelum kau datang" "Masih mengelak. Lalu kau mau mengganti dengan apa ? Menjual diri ? Bitch !" "AWAS !!!" "Aku takut darah" "Pengecut !" "Aku muak d...