Part Sepuluh

12.3K 1.1K 29
                                    

Part 8 dan 9 unpub ya guys. Ada revisi 😊

***

"Haahh...lelah" menghela nafas, ku baringkan tubuhku yang hampir mati rasa. Setelah insiden rain,aku direpotkan oleh keberadaan hyera apalagi rengekannya. Uhh benar benar menguji kewarasan. Hyera baru diam setelah menghabiskan 2 jam dengan permintaan maaf dan janji jalan jalan ke dufan akhir pekan nanti. Kenapa hyera harus tinggal di sini ? Menghela napas lagi, aku bangkit dan bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhku yang terasa lengket.

Di kamar mandi, aku kembali teringat insiden hari ini. Mulai dari kejadian dikejar bian, lalu ke kantin mencari trey tapi malah bertemu rain, lalu hyera yang minta jemput tiba tiba, setelah itu pingsan dan sadarkan diri di apatemen rain. Kemudian insiden foto dan perlakuan brengsek Rain sehingga lupa untuk menjemput hyera di bandara. Benar benar brengsek.

Selesai mandi, aku segera membaringkan tubuhku di kasur. Kenapa Eomma mengizin hyera tinggal di sini ? Eomma kan tahu kalau hyera itu merepotkan. Aku sangat kesal mengingat perkataan Eomma kemarin.
  
"Paman Lee yang meminta appa dan oemma, sayang. Kau tau kan hyera itu perempuan ?"

"Sudah tahu perempuan, masih nekad datang sendiri ke Indonesia. Bodoh !" umpatku sambil membalikkan badan menelungkup dan memutuskan untuk melupakan hari ini menuju alam mimpi yang indah...
       
"........"
       
"HAAH...hah..ha.."aku terjaga dari tidurku. "Apa aku baru saja memimpikan rain ?!" Tanyaku histeris pada diriku sendiri. Padahal aku mendoakan mimpi yang indah, tapi kenapa kebalikannya yang aku dapat ? Rasanya baru satu menit aku tertidur tapi sekarang jam sudah menunjukan pukul 07.10...
        
"......."
        
"UUAPAAA ??!! EOMMMAA AKU TERLAMBAT !!" dengan berlari aku segera menuju kamar mandi, tapi keluar lagi karna lupa bawa handuk.

"Shane aku ikut ke—"
       
"No ! Kau tak boleh ikut ke sekolah ku !" potongku sebelum hyera menyelesaikan kalimatnya.
        
"Kenapa ?" hyera nampak kecewa. "Karna kau akan menyusahkanku" batin ku.
       
"Maaf Hyera, tapi aku sudah terlambat" ujarku dan berlari keluar sambil melambai pada Eomma dan appa. Aku segera masuk mobil yang di bukakan paman lee karena aku memutuskan untuk diantar agar sampai sekolah tepat waktu.

***

Aku mendengus kesal. Rasanya ingin sekali menangis. Aku terlambat. Walaupun diantar, tapi tetap saja. Sialan. Ini semua gara gara si iblis. Ia membuat ku memikirkannya terus. Kenapa juga aku harus memimpikannya ?? Arrggh, sialan.
       
"Bu Septi. Aku ingin bicara sebentar" suara seseorang mengejutkanku. Aku kenal suaranya. Suaranya yang dingin dan datar. Aku tahu betul itu milik siapa. Aku memandanginya tajam. Ia pun membalas tatapanku datar. Bu septi, guru yang mengurus siswa yang terlambat pun menyetujuinya. Tidak lama kemudian, Rain dan bu Septi kembali.
        
"Ikut aku !!" rain menarik tanganku pergi.
        
"Hei hei jangan seenaknya !!" protesku berusaha lepas dari cengkramannya.
        
"Aku berhak berbuat seenaknya di sini !" jawab rain di depan wajahku lalu kembali menarikku pergi.
        
"Tapi tidak untukku. Aku harus kembali. Lepas !"
        
"Kau sudah ku bebaskan dari hukuman. Tapi sebagai gantinya, kau harus mengikuti semua keinginanku !" ujar rain. Mataku membesar.
        
"Heol ! Lebih baik aku dihukum dari pada menuruti keinginanmu !!" seruku.
        
"Sayangnya pertolonganku tak bisa dibatalkan" jawabnya menyeringai licik yang membuatku bergidik.

***

"Jawab saja Rae !" aku menciut merasakan tatapan tajam dari rain yang membatasi ruang gerakku di dinding. Ia membawaku ke markas kelompoknya dan mengusir teman temannya. Lalu mengintrogasiku dengan pertanyaan tentang hyera. Awalnya aku melawan, tapi karna matanya menunjukan keseriusan, aku menciut. Seperti inilah jadinya.

"Rae"
        
"D-dia Hyera. Temanku di korea. Ibunya orang indonesia" jawabku.
        
"Jawab yang jujur !"
        
"Aku jujur !!" seruku cemberut. Mengangkat kepalaku dan menatap matanya. Tapi menunduk lagi ketika melihat tatapannya tidak berubah.
        
"Tapi perempuan itu mengatakan ia pacarmu" ujar rain dengan suara beratnya. Aku terbelalak. Hyera ? Pacarku ? Bukankah seharusnya aku sudah mati karna depresi jika itu terjadi.
        
"Itu bohong !!" seruku. "Hyera bukan pacarku ! Siapa yang mau berpacaran dengan perempuan cerewet sepertinya ?!"
        
"Tapi itu yang di katakannya dan aku yakin telingaku masih berfungsi dengan sangat baik"
       
"Sudah kubilang Hyera bukan pacarku. Aku tidak pernah berpacaran !" seruku kesal menatap matanya. Rautnya mulai berubah ketika aku menyelesaikan kalimatku.
         
"Kau tidak pernah berpacaran ?" tanya rain. Aku mengedip beberapa kali.
        
"U-uh kenapa ?" tanyaku gugup.
        
"Berarti kau membohongiku selama ini ?" ujarnya tajam dengan mata yang sayu.
        
"Bo-bohong soal apa ?" aku menjerit tertahan sambil menahan dada rain ketika ia semakin menekan tubuhku ke dinding. Jantung berdegup sangat cepat.
        
"Soal kau yang sudah punya pacar" suara berat rain di telingaku membuatku merinding.
        
"K-kau terlalu dekat !" cicitku berusaha mendorong tubuh besarnya. Jantungku berdetak semakin cepat. Hingga rasanya menyesakkan. Eomma.
        
"Jawab Rae !"

"U-uhh. Oke. Aku bohong kau puas ? Puas ?" jeritku memukul dadanya sekuat tenaga.

"Kenapa kau berbohong" tanyanya.
        
"Aku kan hanya becanda waktu itu" seruku keras dengan wajah cemberut menatap wajahnya.
        
"Tapi candaanmu berdampak besar padaku Rae" ujarnya mengusap air mata di pipi kiri dan kananku. Lalu menyingkirkan poni yang sedikit menutupi mataku atasku. Aku menatap matanya yang hitam pekat yang memandangiku sayu. Kedua tangannya sudah melingkari pinggangku dengan manisnya. Sedangkan kedua tangan kecilku mencengkram lengan atasnya ketika gugup dan jantung ku yang memacu keras kembali datang.
        
"Jangan membuatku kacau lagi"
        
"Huh ?"

***

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang