***Hal pertama yang kulihat adalah langit langit ruangan yang berwarna putih gading dengan lampu gantung di atasku. Kukerjapkan mataku berulang kali untuk memperjelas penglihatanku yang semula buram.
"Hei, kau sudah sadar ?" panggil seseorang. Kualihkan pandangan ku kesamping kanan ku dan menemukan seorang laki laki asing. Oh, tunggu sepertinya aku pernah mengenalnya. Ah ya, aku ingat dia adalah si trey yang baru tadi pagi berkenalan denganku.
"Ung. Un" gumamku kembali memejamkan mataku.
"Apa yang terjadi ?"
"Vania,dia mengamuk karn-"
"Siapa itu Vania ?" potongku tak bergeming. Trey menghela nafas, mungkin kesal karena aku memotong ucapannya.
"Vania itu perempuan yang jadi korban Rain tadi di kantin. Sudah ? Jangan memotong ucapan ku lagi" ujarnya.
"Unn" gumamku dengan mata terpejam.
"Dia mengamuk karna tak terima dihina dan di permalukan oleh Rain. Rain tadi juga membawa bawa nama ayahnya" jelas trey. Aku ingat sekarang. Kantin, Rain yang marah, si gadis yang menyerang, darah, kepala sekolah datang dan aku pingsan. Dengan mata terpejam aku memijit pelipis ku pelan.
"Shane"
"Hm ?"
"Apa kau pobia darah ?" tanya rain. Aku terdiam. Darah. Aku benci darah. Ku turunkan tangan ku dan menatap Trey.
"Aku takut darah"
"Hm, baiklah, mungkin kau butuh istirahat dan menenangkan diri. Aku pergi dulu"
"Ya terima kasih telah membawaku kesini Trey" ucapku. Trey mengernyitkan dahinya dan terdiam beberapa saat seperti sedang berpikir. Kemudian tersenyum simpul.
"Maaf, yang membawamu kesini bukan aku, Rain yang melakukannya" ujarnya. Aku mengernyit. Rain ? Si iblis itu menolongku ?
"Kau beruntung, kau orang pertama yang ditolong Rain seperti itu. Ia tadi nampak sangat panik tadi" ujar Trey lagi. Aku hanya terdiam, dan entah kenapa rasanya perut ku bergejolak. Dadaku berdebar. Yang benar saja ?
"Sudah ya. Sampai jumpa" lalu Trey berlalu meninggalkan ku sendirian di uks. Oh tuhan kenapa rasanya senang sekali ? Ada apa dengan diriku ? Demi tuhan rain itu juga laki laki.Ceklekk
Suara pintu yang dibuka membuyarkan lamunanku.
"Oi bocah" panggil orang itu. Aku menoleh. Sial, ternyata itu Rain. Bahkan di saat seperti ini pun bicaranya masih kasar.
"Ada apa?" tanya ku sambil bangkit dan duduk di bankar Uks.
"Tidak ada" ia mengangkat kedua bahunya.
"Kalau tidak ada untuk apa kau kemari ?" tanya ku dengan geram. Oh, ayolah kepalaku sudah cukup sakit saat ini, jangan di tambah lagi, bisa bisa kepala ku akan meledak karnanya.
"Bertanggung jawab, karna kau pasti mengira bahwa ini salah ku. Iya kan ?" ujarnya.
Memang ini salahmu."Lalu kau mau apa ?" tanya ku menyerah. Ia menyodorkan sebuah kantong plastik hitam padaku.
"Kau pasti belum makan dari tadi" ujarnya. Aku mengernyit, entah kenapa aku merasa ia peduli padaku. Jantungku kembali berdebar kencang.
"Oke !" jawabku menerima pemberiannya itu. Ia mengangkat alisnya.
"Itu saja ?"
"Lalu apa ?"
"Kenapa kau tidak tahu terimakasih ?!"
"Oke, terimakasih !!"
"Dasar bocah tengil !!" dan ia keburu kabur sebelum aku sempat melempar kepalanya dengan vas bunga yang ada di nakas. Ah, aku lupa berterimakasih padanya karena membawa ku kesini. Mungkin nanti aku akan mengatakannya. Yang penting aku harus mengisi perut ku dulu.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen Fiction"Aku mendengar sesuatu tadi, di sini" "Aku bisa saja membuat bel berbunyi sekarang atau bahkan sebelum kau datang" "Masih mengelak. Lalu kau mau mengganti dengan apa ? Menjual diri ? Bitch !" "AWAS !!!" "Aku takut darah" "Pengecut !" "Aku muak d...