Shane P.O.V
Saat aku membuka mataku. Aku terkejut dan sontak menegakkan tubuhku karena aku sadar ini bukan kamarku. Kamar ini bernuansa abu abu dan hitam. Sprei kasurnya berwarna putih. Aku mendadak takut saat mengingat kejadian sebelumnya. Apa 'mereka' yang membawaku ke sini ? Apa mereka yang—
Aku tergesa berdiri dengan perasaan takut. Dengan cepat aku meraih kenop pintu yang untungnya tidak terkunci.
Aku berlari ke sembarang arah. Yang penting bisa keluar dari tempat ini. Rumah ini begitu besar. Dalamnya penuh dengan perabotan mewah.
Saat aku berlari melewati ruangan yang sepertinya ruang tamu, aku mendadak berhenti saat melihat Rain. Ia menopang tubuhnya di dinding sambil menatapku bingung.
"Rain" panggilku lega lalu berlari memeluknya. Tubuhnya menegang. Ia tak membalas pelukanku. Tapi, aku tak peduli.
"Aku takut" bisikku di dadanya dengan mata terpejam. Tak mendapatkan jawaban membuatku mengernyit. Saat aku membuka mataku, aku malah menemukan seseorang yang sangat kukenal berdiri melotot di sampingku."Huh ?" hanya itu respon yang dapat aku berikan. Aku mengerjapkan mataku sampai orang itu menarikku dalam pelukannya.
"Getaway jerk !" desis orang itu. Aku menganga melihati kedua orang itu bergantian.
"Apa yang—" belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, dia menarikku pergi menuju ruang makan.
Kenapa ada dua Rain di sini ?
Mana yang Rain sebenarnya ?
Mana yang kekasihku ?
"Kau tidak bisa membedakan kekasihmu sendiri ?" tanya laki laki yang ada di depan. Aku mengerjapkan mataku.
"Tentu saja kekasihku adalah kau" kataku.
Tentu saja aku tahu. Tak ada yang bisa mengalahi dinginnya Rain.
Rain diam saja. Lalu tanpa kata kata ia berbalik menghadap counter dapur. Aku cemberut lalu mendudukan diri di kursi meja makan besar itu.
Aku melirik Rain palsu yang datang tertatih menduduki kursi di sebelahku. Ia lalu tersenyum.
"Dia kakakku" bisik Rain di telingaku. Ia meletakkan cokelat hangat di depanku.
"Yang ada di foto itu ya ?" tanyaku balas berbisik tanpa berhenti melirik kakaknya Rain.
Rain mengangguk lalu kembali ke conter."Halo manis. Bagaimana kalau kau jadi kekasihku saja ?" katanya. "Campakan saja Rain. Dia brengsek" bisiknya. Wajahku tiba tiba terasa panas.
Apa apaan senyuman itu ?
Kenapa tampan sekali ?
Aku terkejut saat mendengarkan suara teriakan kakak Rain baru saja dipukul Rain.
"Kau sama brengseknya !" seru Rain kesal. Ia menarikku pindah ke kursi di seberang kakaknya. Kakaknya mendengus.
"Aku Randy dan kau ?" tanya Randy tersenyum lagi.
"Jangan dijawab" kata Rain.
"Aha aku tahu ! Namamu Shane kan ?!" seru Randy. Aku mengernyit.
"Kenapa kau bisa tahu ?"
"Rain mengatakannya tadi saat diinterogasi Mom" katanya yang membuatku menegang.
"Mom ?" tanyaku pelan. Randy mengangguk. Jadi ibunya Rain sudah tahu. Lalu apa yang harus kulakukan nanti ? Tanpa sadar aku duduk gelisah di kursiku.
Rain merangkul bahuku. "Jangan khawatir. Ibuku tidak makan orang" bisiknya. Aku merengut mendengarnya. Dengan cemberut aku mengambil cangkir yang berisi cokelat itu lalu meminumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen Fiction"Aku mendengar sesuatu tadi, di sini" "Aku bisa saja membuat bel berbunyi sekarang atau bahkan sebelum kau datang" "Masih mengelak. Lalu kau mau mengganti dengan apa ? Menjual diri ? Bitch !" "AWAS !!!" "Aku takut darah" "Pengecut !" "Aku muak d...