Epilog

13.5K 989 127
                                    

Author P.O.V

Pemuda itu menggosok matanya pelan. Mengerjap beberapa kali untuk meredakan perih di matanya.

Mengabaikan suasana kelasnya yang ribut, ia lebih memilih menopang dagunya menatap jendela kaca besar yang membiaskan sinar matahari pagi.

"Annyeong !" seorang perempuan cantik menghampirinya. "Pagi pagi sudah melamun. Apa yang kau pikirkan ?"

Pemuda itu tersenyum kecil, lalu menggeleng membuat gadis di depannya merengut.

"Aku bawa bekal. Nanti kita makan sama sama, ya ?" tawar si gadis.

"Kimchi ?" tanya si pemuda.

"Dan bulgogi~" seru si gadis riang membuat si pemuda tersenyum.

"Pai pai Shanie~" gadis itu beranjak pergi menuju kursinya saat dosen memasuki ruangan itu.

***

Shane merebahkan tubuhnya di kasurnya yang empuk. Memejamkan matanya lelah setelah menghabiskan setengah harinya untuk kegiatan kampusnya.

2 tahun setelah meninggalkan Indonesia, tak ada yang berubah darinya. Rupanya, sifatnya termasuk perasaannya.

Mungkin sikapnya yang agak pendiam sekarang.

***

Shane mengerang pelan, kembali tertidur saat merasakan lelah di tubuhnya. Tapi ponsel sialan itu tak mau berhenti berdering.

Ini masih dini hari. Demi Tuhan.

Dengan mata tertutup ia meraba nakasnya tempat ponsel itu terletak.

"Hmmh~ ?" suaranya mengantuk.

"..."

"Siapa ini ?" tanyanya serak dengan mata tertutup.

"..."

"Hei tsk !"

"..."

"Sialan—" gumamnya seiring tangannya yang melemah, terkulai di kasur sementara ponsel itu jatuh terletak di atas bantal tepat di bawah telinganya karena ia tidur miring.

Pemuda itu kembali ke alam mimpinya. Tak tahan oleh rasa kantuknya. Sementara sambungan ponsel belum terputus.

"..."

"..."

"Miss you..."

***

Kelas hening begitu dosen membawa seseorang bersamanya. Sepertinya mahasiswa baru.

Seorang laki laki dengan rambut seperti berandalan. Namun tampan. Wajahnya terlihat acuh.

***

Dagu Shane tergelincir saat Ann-Soo menyenggolnya. Ia yang sedang melamun itu melirik kesal pada teman sebelahnya itu.
"Berhenti melamun. Lihat ada mahasiswa baru." katanya.

Shane menoleh, melirik seorang laki laki yang berjalan santai melewatinya dengan tangan di kantong celananya.

Shane tak tahu. Yang pasti ia mematung entah karena apa. Laki laki itu lewat begitu saja.

Dia...

Sangat tampan.

***

Shane membuka pintu lokernya. Mengemasi barang untuk ia masukan ke dalam tasnya. Setelah menyampirkan tasnya di kedua bahunya, ia kembali mengunci lokernya dengan beberapa buku yang hendak ia kembalikan ke perpustakaan.

Sekilas merasakan sapuan angin halus di tengkuknya membuat ia merinding.

Hell. Tidak ada siapa pun di sini.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang