Author P.O.V
Rain meringis begitu air yang dingin menyentuh wajahnya. Wajahnya yang mempunyai luka lebam di sudut bibirnya terasa perih. Pukulan orang tua itu tidak main main.
Ia mengeringkan wajahnya dan keluar. Kembali menemani kakasihnya yang masih tertidur di sana.
Ia menemukan Irene yang tersenyum prihatin padanya. Sedangkan Yoono menatapnya dengan mata berkilat marah. Di samping pria tua itu ada ayahnya Thomas, pria itu menatapnya tersenyum. Nampak senang dengan penderitaannya.
Rain mendengus sinis. Sementara Yoono bangkit bersama Thomas. "Aku harus kembali." kata Yoono pada Irene. Wanita itu menggangguk sementara Yoono mengecup kepalanya. Ia melirik Rain tajam sebelum meninggalkan kamar itu. Thomas terkekeh kecil sambil menepuk bahunya meremehkan membuat Rain menahan kesal.
"Maafkan aku atas apa yang telah terjadi." kata Rain saat tinggal ia dengan Irene di sana. Wanita itu menatapnya, tidak mempunyai pilihan lain selain tersenyum mengatakan bahwa semua baik baik saja walau pun wajahnya menggambarkan kesedihan yang jelas.
Rain menghela napas, melangkahkan kakinya menuju rangjang Shane yang masih setia menutup matanya. Ia menarik kursi untuk kemudian ia duduki. Menjatuhkan kepalanya di punggung tangan Shane yang dingin.
Bodoh.
***
Saat itu, entah bagaimana Rain dapat menemukan Shane yang terapung di kolam. Ia hanya menemukan Alfian yang sedang mengunci pintu kolam indoor. Bahkan laki laki itu mencegahnya masuk ke dalam saat curiga memenuhinya. Tanpa pikir panjang, Rain merebut kuncinya untuk masuk ke dalam dan menemukan seseorang terapung di permukaan.
Bersyukur tidak terlambat. Namun ia pastikan, Alfian akan mendapatkan yang lebih parah.
Rain mengangkat kepalanya begitu mendengar rintihan Shane. Ia bangkit begitu Shane mengerjapkan matanya. Melirik Irene yanh segera bangkit, wanita itu langsung menciumi wajah putranya.
Rain tersenyum kecil begitu Shane meliriknya. Senyumnya melebar begitu Shane sepenuhnya menoleh padanya.
"Kau siapa ?"
.
.
.
.
.
.
Seolah ada suara jangkrik, suasana mendadak sepi. Irene menganga menatapi Rain dan putranya bergantian.Sudut bibir Rain berkedut, "Kau hanya tenggelam, bukan cedera di kepala hingga amnesia." seiring berubahnya senyum Rain menjadi seringaian.
Shane mengerjapkan matanya. Sedetik kemudian meledak dalam tangis yang keras. "JAHAT ! KAU JAHAT DASAR BRENGSEK HIKS—" Rain kewalahan begitu Shane memukulinya. Kaki anak itu bahkan menendang nendangnya dengan tangisan seperti bayi.
Irene menutup mulutnya tersenyum kecil saat melihat putranya menolak pelukan Rain dengan brutal.
Rain berteriak begitu Shane menjambak rambutnya, meringis begitu Shane mencakar tangannya. Terjengkang begitu Shane menendang selangkangannya.
Ugh...
***
Rain tersenyum sambil menopang dagunya menatapi Shane yang memakan apelnya setelah menolak untuk di suapi.
Menoleh begitu mendengar pintu yang terbuka. Alisnya berkerutnya begitu menemukan kakaknya yang gila sedang tersenyum konyol dan Clara dengan wajah masam di belakangnya.
Sialan.
***
Randy begitu banyak mengambil waktunya bersama Shane. Sementara Clara dengan wajah tak enak duduk di sofa sesekali meliriknya. Tapi ia tak peduli.
Dengan kejam, ia mengusir Randy keluar dengan menendang nendang kakinya sesekali meleset saat Randy menghindar.
Akhirnya Rain dapat bernapas lega saat ia hanya tinggal berdua dengan kekasihnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen Fiction"Aku mendengar sesuatu tadi, di sini" "Aku bisa saja membuat bel berbunyi sekarang atau bahkan sebelum kau datang" "Masih mengelak. Lalu kau mau mengganti dengan apa ? Menjual diri ? Bitch !" "AWAS !!!" "Aku takut darah" "Pengecut !" "Aku muak d...