Part Dua Puluh Empat

8.6K 810 40
                                    

Author P.O.V

Sedetik setelah Raka pergi, Shane berteriak memanggil pemuda itu. Ia hendak bangkit, tapi seolah tak mengizinkannya pergi, kedua lengan Rain melingkar manis di pinggangnya dengan erat. Bahkan pemuda itu tak berkutik saat Shane memukul mukul atau pun mencakar cakar tangannya sekuat tenaga.

"Lepaskan ! Lepaskan !! Ugh !" seru Shane diakhiri dengan sebuah pukulan di wajah Rain. Ia memukul Rain seperti seorang perempuan memukul dada kekasihnya ketika kesal. Girly sekali. Tentu saja itu tak berarti apa apa untuk Rain.

Rain menangkap kepalan tangan Shane ketika laki laki mungil itu kembali melayangkan pukulan kedua.

"Kenapa ? Kau ingin mengejar Raka ?" tanya Rain datar.

"Tentu saja. Aku tak ingin ia salah paham. Aku harus menjelaskan bahwa yang salah adalah kau" telunjuk Shane yang kurus dan ramping itu menunjuk tepat di depan wajah Rain sembari menekankan kata 'kau'.

"Kenapa begitu ? Kenapa ia tak boleh salah paham ? Ada sesuatu yang tidak aku tahu ?" rentetan pertanyaan terdengar begitu dingin. Matanya menatap mata Shane datar.

"Kau menyukai Raka ?"
.
.
.
.

Shane membeku. Suara Rain terdengar lirih kali ini. Mata
nya berubah sayu, pelukannya pun melonggar. Shane melihat semua. Melihat perubahan Rain dalam waktu singkat. Tiba tiba ia merasakan dadanya berdetak menyakitkan.

"Aku..." Shane kehilangan kata kata. Ia mendadak gelisah saat melihat pancaran kecewa di mata Rain.

"Aku tahu. Kau tak nyaman bersamaku. Kau ketakutan dan tertekan. Aku brengsek. Ya aku tahu. Aku iblis seperti yang biasa kau katakan" Mata Shane melebar. Ia tidak merasa pernah mengatakan kata 'iblis' secara langsung pada Rain.

"Aku kasar. Aku memukul sembarang orang. Aku suka membully. Aku-"

"Stop !" Rain berhenti saat kedua telapak tangan Shane membungkam mulutnya seperti anak kecil. Rain terdiam, tangannya beralih menggenggam kedua tangan mungil itu dan membawanya menjauh dari mulutnya.

"Tapi kau tak tahu aku melakukan semuanya untuk menarik perhatianmu"

Shane tak mampu lagi berkata.

"Dengan cara yang berbeda. Tapi sepertinya cara itu salah. Kau malah balik membenciku-"

"Aku tak membencimu !" seru Shane.

"Yes. You do"

"Tidak ! Aku tak membencimu. Aku..." Shane bergerak gelisah. Deru napasnya terdengar jelas.

"Kau tidak menyukaiku. Terlihat jelas Rae"

Shane melirih saat Rain menurunkan tubuhnya dan berlalu pergi meninggalkannya sendirian.

"Rain unnn~" lirihnya pelan terdengar seperti sedang menahan tangis. Napasnya berat menahan sesak di dadanya yang berdenyut menyakitkan.

"Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan..." Shane menutup wajah lalu berjongkok menyembunyikan isakannya.

***

Batu batu kecil nampak berserakan di jalan yang rindang itu. Si pelaku malah asik menendeng nendang kerikil tak bersalah itu. Moodnya tak baik sore ini. Ia mendudukan dirinya di pinggir jalan. Matanya menerawang...

Anak kecil itu menatap sedih syal kesayangannya yang tersangkut di pohon ek tua. Itu pemberian ibunya, malah di terbangkan angin kerena cuaca yang dingin. Ia tidak bisa memanjat meminta tolong pada orang lain pun ia tak berani. Ia anak yang pemalu.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang