Part Dua Puluh Tujuh

8.9K 752 9
                                    

Shane P.O.V

"Aigoo. Senang sekali kelihatannya. Oemma melewatkan sesuatu ?" aku tersenyum menatap Oemma yang sedang menyendokkan nasi untukku. Aku senyum lebar di bibirku. Oemma mengernyit.

"Rae sedang jatuh cinta Chagi" aku melotot saat Appa mengucapkan kalimat sakti itu.
Secepat itu aku berekspresi, secepat itu pula aku mengubahnya.

"Appa tau saja~" kataku tersenyum lebar tak mengacuhkan kernyitan bingung di dahi Appa dan Oemma melihat tingkah anehku.

"Dengan siapa ? Perempuan...atau laki laki ?" mendadak aku tersedak mendengar pertanyaan Oemma. Apa maksudnya dengan pertanyaan 'dengan perempuan...atau laki laki' ?

"Memangnya Oemma tak apa kalau aku dengan laki laki ? Boleh ?" tanya dengan penuh harap. Oemma tersenyum lebar. Lebar sekali...

"Siapa bilang boleh ?!!" aku berjengit saat Oemma balik melotot padaku. Ia berubah begitu cepat.

"Tapi- tadi—"

"Lupakan ! Cepat makan !"

"Oemma~ tadi Oemma bertanya. Artinya bolehkan ?" tanyaku dengan merengek.

"Boleh apa ?"

"Dengan laki laki~"

"Memangnya Rae suka dengan laki laki ?" tanya Appa membuatku melotot. Tidak mau mengiyakan tidak juga menolak. Aku cemberut, dengan kesal aku menyendok nasi dan menyuapnya sampai mulutku penuh.

"Astaga !" Oemma menutup mulutnya dengan raut tak percaya. "Kau benar benar suka laki laki ?"

Aku mengangkat wajahku dan menelan makananku dengan cepat.

"Uhh itu—" aku kehilangan kata kata. Melihat ekspresi Appa dan Oemma membuatku takut mereka tak suka. Apa yang harus aku lakukan ? Apa yang harus aku katakan ?

Oemma menarik napasnya dalam dalam lalu bersedekap dada. Suasana yang hening membuatku merasa gila.

"Siapa ?" tanyanya. "Siapa orangnya ?"

Aku memilin jemariku. Appa pun tak membantu sama sekali. Tatapannya begitu menuntut.

"Itu— dengan mmh— dengan..."

"Rae"

"Uhh—itu...Rain~" suaraku terdengar pelan sekali.

Brakk

Aku melonjak saat Appa menggrebrak meja kuat. Ia membuatku takut.

"Rain anak Thomas ??!!" tanyanya berseru. Perutku mendadak sakit. Terasa dikocok kocok membuatku mual. Sedangkan Oemma menatapku menganga. Aku membuat ekspresi sedih. Berharap mereka luluh. Appa memijit kepalanya.

"Kenapa harus dengan laki laki ? Appa tak pernah merasa punya saudara atau orang tua atau nenek moyang Appa punya kelainan sepertimu" aku melotot mendengarnya.

"APPA MENGATAIKU KELAINAN !!!" seruku berdiri. Bibir bawahku kukupas keluar dengan mata berkaca kaca.

Ayahku baru saja mengatakan aku mempunyai kelainan.

"B-bukan begitu maksud Appa Chagi—" tak mau mendengar apa pun lagi. Aku berlari menuju kamarku di lantai dua. Aku melemparkan tubuhku di atas kasur dan mengubur wajahku dalam dalam di bantal.

"Hikss...hikss—"

"Chagiya~" aku semakin menekan kepalaku saat ketukan di pintu mengusikku.

Mereka jahat.

***

Author P.O.V

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang