(REPOST)-Part Tiga Puluh Dua

8.6K 704 67
                                    

Author P.O.V

Rain mengumpat sambil berlari di lorong kelas yang mulai sepi. Jantungnya berdetak kencang. Beberapa siswa yang masih di luar menatapnya tapi ia tak peduli. Ia harus menemui kekasihnya. Ia harus memastikan—

Rain berhenti saat menemukan yang ia cari berdiri termangu sambil memegangi ponselnya. Ia berdiri di tengah lorong lengkap dengan tas yang masih tergantung di punggungnya. Ia baru datang.

Rain mendekat memegang bahu Shane. "Jangan percaya pada apa yang kau lihat !" Rain menatap ke dalam mata hitam Shane yang menyiratkan keraguan. Anak itu nampak sedih.

"Jangan percaya. Percayalah padaku Rae."

Sejujurnya sulit untuk percaya dengan adanya bukti ini. Apa yang harus ia lakukan ? Ia mencintai Rain. Begitu menyayanginya. Tapi di sisi lain, tak ada yang membuatnya bisa percaya. Oke—

"O-oke. Aku percaya." kata Shane penuh keraguan dan kesedihan.

Ia hanya mencoba untuk percaya.

Shane memejamkan matanya saat Rain menariknya untuk memberikan sebuah pelukan. Ia menarik napas panjang untuk meredakan sesak di dadanya.

"Aku mencintaimu." dia tak menjawab saat Rain mengucap cinta padanya.

***

Shane gagal fokus. Anak itu hampir menangis saat tak bisa melupakan pesan itu. Ia memperhatikan papan tulis di depannya dengan perhatian penuh, tapi ia selalu tertarik untuk menoleh pada Alfian di sebelah kirinya.

Ia tak percaya.

Entah apa maksudnya. Seseorang dengan nomor tak di kenal mengiriminya pesan gambar.

Ia bahkan langsung mematung begitu melihat isinya. Kenapa Rain dan Alfian bisa berpelukan di sana ?

Apa yang telah terjadi ?

Shane menoleh saat seseorang menyentuh bahunya. "Ayo ke UKS. Kau terlihat sakit." ia pasrah saat Raka menariknya bangkit karena ia memang merasakan tubuhnya tidak nyaman.

Ia berbaring nyaman di ranjang UKS. Langsung menutup matanya yang terasa berat begitu kepalanya menyentuh bantal.

Raka memperbaiki tidurnya. Menyelimutinya dan menyibak poni anak itu yang basah karena keringat. Deru napasnya terdengar berat menandakan anak itu memang sakit. Ia menatap prihatin.

"Aku akan selalu mendukungmu."

Shane mendengarnya.

***

Alfian mengusap pipinya yang basah sambil bersembunyi di bilik toilet. Sudut bibirnya yang membiru terasa ngilu saat bibir itu bergerak.

Tadi Rain mengamuk padanya. Laki laki itu memukulnya. Rain menyangka kalau ia yang menyebarkan foto itu.

Tapi bukan dia yang melakukannya.

Rain sudah terikat dendam padanya. Begitu membencinya. Ia hanya ingin berada di sisi laki laki itu.

Alfian menutup wajahnya. Ia terisak tertahan sambil menekan pipinya.

Menyakitkan.

***

Shane membuka matanya yang terasa berair. Ia memejamkan matanya lagi merasakan pegal di punggungnya. Ia menoleh menemukan Rain di sisinya.

"Kenapa tak bilang kalau sakit ?" tanya laki laki itu sendu. Ia membawa jemari ramping Shane untuk dikecup buku buku jarinya.

"Aku baik baik saja." Rain tak percaya dengan suara serak yang bahkan memperkuat pikirannya bahwa kekasihnya itu sedang sakit.

"Maafkan aku." kata Rain menyesal.

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang