Author P.O.V
Langkah kaki Rain bergerak santai seiring dengan ocehan lembut oleh pemuda mungil itu di telinga. Rain hanya tersenyum tipis. Sesekali menanggapinya seperti "oh ya ?","benarkah ?" "tidak" atau "ya"
"Kau tahukan kalau aku tak suka makan mentimun, tapi ibu kantin itu memberiku timun sangat banyak dalam nasi gorengku. Aku tak dapat makan saat itu. Jadilah aku kelaparan saat belajar. Tapi di rumah Oemma membuatkanku nasi goreng kimchi yang enak. Aku makan banyak sampai Appa tidak kebagian. Lalu Appa marah padaku. Ia merajuk seperti anak kecil. Appa tak mau bicara padaku sampai aku menangis. Setelah itu bla~ bla~ bla~..."
Rain mendengus setelah beberapa menit kemudian. Suasana mendadak sepi diiringi dengkuran halus di telinganya. Ia menghentakkan tubuh Shane sedikit untuk memperbaiki posisi anak itu di punggung.
Ia memutuskan untuk pulang.
Udara mulai dingin. Kakinya yang telanjang pun mulai terasa kebas diterpa ombak malam. Sedangkan yang lebih kecil malah asyik tertidur setelah belasan menit menyusuri pantai hanya dengan bertengger di punggung lebar Rain. Tak peduli si empunya kesulitan menahan bobot tubuhnya begitu lama.Rain membawa Shane ke mobilnya yang terparkir di depan rumah pantai berjalan setapak indah itu. Rain memutari mobilnya dan mengambil alih kemudi setelah menidurkan Shane di sampingnya.
Ia tertidur begitu nyenyak melupakan sang kekasih yang kerepotan mengurusnya.
Rain harus belajar mulai sekarang.
***
"Randy sudah sadar" mata Rain terbuka nyalang saat mendengar pernyataan itu. Matanya yang semula bertautan itu terbuka selebar lebarnya. Tergesa ia membawa tubuhnya untuk duduk.
"A-apa ?" tanyanya tak percaya.
"Ah maaf. Aku harus segera pergi. Dokter memanggilku. Aku akan menghubungimu lagi nanti okay ? Aku mencintaimu"
"Tung-tunggu dulu Mom ! Mom !" Rain mendengus saat tak ada lagi jawaban.
Ibunya menelpon selarut ini hanya untuk mengatakan hal tak penting itu ?
Pukul 2 malam ?
Go to hell.
Rain terdiam lagi. Randy sudah sadar. Ia sembuh. Masih jelas diingatan Rain tentang makhluk menyebalkan yang pernah ia temui. Yang selalu mengganggunya. Selalu mengusilinya. Selalu mengklaim apa yang menjadi miliknya.
Randy itu Brother Complex menyebalkan.
***
"Kita akan kemana ?" tanya Shane. Kepalanya menggangguk lembut seiring lantunan musik dalam mobil mewah itu. Rambutnya yang dicat coklat keemasan itu bergoyang pelan membuatnya nampak cantik. Rain harus berhenti memuji betapa memesonanya ia.
"Bandara" jawab Rain singkat. Shane menoleh dengan kerutan lucu di dahinya.
"Untuk apa ?"
"Kita akan menjemput ibuku" Shane menganga. "A-apa ?"
"Ibuku baru pulang dari Amerika. Ia memintaku menjemputnya" kata Rain memutar roda kemudi ke kanan memasuki kawasan bandara.
"Tapi kenapa harus membawaku ?!" seru anak itu panik.
Rain mengernyit. "Kenapa memangnya ? Kau tak mau bertemu ibuku ? Aku hanya ingin mengenalkan kalian"
"T-tapi...bagaimana kalau ia tak menyukaiku ? Bagaimana kalau ia homophobic ? Bagaimana kalau ia tak setuju ? Bagaimana kalau ia akan pergi membawamu kembali ke Amerika karena aku ?" rentetan pertanyaan ambigu Shane membuat Rain mengulas senyum tipis terutama kalimat terakhir yang membuat dadanya mengambang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boys
Teen Fiction"Aku mendengar sesuatu tadi, di sini" "Aku bisa saja membuat bel berbunyi sekarang atau bahkan sebelum kau datang" "Masih mengelak. Lalu kau mau mengganti dengan apa ? Menjual diri ? Bitch !" "AWAS !!!" "Aku takut darah" "Pengecut !" "Aku muak d...