Part Dua Puluh Dua

9K 785 14
                                    

Shane P.O.V

Apa yang harus ku lakukan sekarang ?

Kenapa ini bisa terjadi ?

Apa yang harus aku lakukan ketika bertemu Rain nanti ? Apa yang harus aku katakan ?

Apa aku harus menyatakan perasaanku ?

Tunggu. Pasangan Gay itukan masih tabu di sini.

Itu memalukan.

Tapi apa yang— arrrrggh menyebalkan. Kenapa begitu rumit.

"Aduh!"

Seseorang menabrak ku. Bukan. Lebih tepatnya aku yang menabrak orang itu. Tapi kenapa tubuhku yang terasa sakit ?

"Hei. Kau baik baik saja ?"

"A-ah..maaf maafkan aku" ujarku membungkuk berkali kali kebiasaanku ketika di Korea.

"Sudah sudah. Tak apa" ujarnya. Aku mendongak menatap orang itu yang ternyata—

"Raka ?"

"Halo Shane" sapanya. Aku tersenyum membalas sapaannya. Pantas tubuhku terasa sakit walaupun aku yang menabrak. Sedangkan orang yang ku tabrak adalah seorang yang kekar, badannya tinggi dan tampan.

Tunggu. Aku barusan bilang apa ? Lupakan.

"Segeralah masuk. Bel akan segera berbunyi" katanya. "Kau tidak masuk ?" tanyaku. Ia tersenyum "akan ada latihan basket hari ini. Aku sebagai team inti harus berlatih"

Mulutku membulat sambil menganggukkan kepalaku ku.
"Bagitu. Ya sudah aku duluan ya" ujarku berlalu dari sana.

"Sampai jumpa di kelas" seru Raka.

Well. Teman baru. Tak buruk juga. Raka laki laki yang baik. Ia ramah. Dan murah senyum.

Aku mematung saat berada belokan menuju tangga. Ini buruk.

Bagaimana caraku melewati gerombolan iblis itu tanpa ketahuan sedangkan mereka bercakap di samping tangga itu sendiri.

Aku tidak mau bertemu Rain.

Aku tak mau ia melihatku.

Dengan mengendap aku melangkahkan kakiku mendekati tangga. Berusaha sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara.

Tangga pertama. Aku menggigit bibirku dengan pundak yang naik. Mereka masih berbincang bincang tanpa mengetahui keberadaanku. Kecuali—

Aerby

Shit. Aku meletakkan telunjukku di bibir dengan pandangan memohon. Ia tak berkutik.

Tangga kedua.

"Hai guys. Aku senang hari ini. Rain. Kau melakukannya dengan luar biasa. Lihatlah wajah pelacurnya. Begitu menyedihkan ahaha" orang ribut itu. Siapa lagi kalau bukan Bian. Gila.

Aku menahan napasku saat itu. Suaranya keras melengking. Membuatku hampir saja menjerit karena kaget.

Tangga ketiga. Aku melipat bibirku ke dalam, menjinjit untuk menghindari suara sedi—

"Oh halo Shane. Kau baru datang ? Kenapa kau berjalan seperti itu ? Ayo bergabung di sini. Aku bla bla bla.."

Aku memejamkan kedua mataku kesal.

Bodoh. Bian bodoh. Aku tak berani menoleh. Sialan.

"Shane. Mika bilang kau ke taman bermain kemarin ya ? Kompak sekali meninggalkanku dan Aerby. Kau kan—"

"Arrhgh BIAN PABBO PABBO PABBOOOO" jeritku memilih berlari menaiki tangga dengan cepat sambil terus mengumpat pada Bian yang bodoh.

Aku tak akan—

BoysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang