Kisah Kerinduanku Pada Putra Tercintaku

25 2 0
                                    



Malam yang tenang, meski hujan tapi tak membuatku merasa kesepian. Suara rintik hujan mampu menemaniku malam ini. Tak banyak yang ingin kuceritakan buatmu sahabatku, tapi semangatku untuk berbagi pengalaman (kadang baik dan kadang buruk menjadi inspirasi seseorang untuk berkaca pada diri, adakah dari pengalaman yang kita alami menjadi pelajaran bagi kita untuk terus lebih baik).

Terjaga dari tidurku karena kelelahan, aku ingat mimpi yang masih samar untuk ingat. Tapi mimpi itu cukup menggugahku, ketika dalam mimpiku aku bertemu dengan putra bungsuku yang biasa kupanggil Bram. Si kecil yang lucu, gesit dan cerdas ini selalu membuatku merindukannya, celotehnya yang polos terkadang membuatku tertawa.

Dalam mimpiku Bram menemuiku, dia mengajakku berjalan, menelusuri sebuah sungai yang lebar dan terlihat arusnya tenang tapi aku yakin sungai itu pasti sangat dalam, airnya keruh seperti penuh lumpur. Si kecil terlihat ingin menuruni sungai itu tapi aku langsung mengajaknya menjauh dari pinggiran sungai itu, kemudian dia berlari menyusuri sungai itu dan aku ikuti dari belakang.

Nampak kecemasan di wajahku, aku tak pernah melarang anak-anakku untuk melakukan apapun yang dimauinya, bagiku masa anak adalah masa ingin tahu dan setiap pertanyaan dibutuhkan baginya untuk merasakan apa yang dilihatnya. Tak jarang seringkali aku mencemaskan tingkah lakunya yang terkadang membahayakan, tapi aku percaya dengan demikian maka anakku akan terus menimba pengalaman di usia kecilnya.

Tiba-tiba, seperti yang aku duga, Bram mulai menuruni sungai itu, aku menjerit dan aku berusaha turun juga dengan secepatnya, kuraih tubuhnya yang mulai bergeser karena arus. Tubuhnya yang kecil seperti begitu saja terseret, kuraih tangannya sebisaku, karena sudah tak bisa kuraih aku putuskan untuk terjun dan mengejarnya.

Anak itu menjerit-jerit sambil timbul tenggelam, aku yang tak mahir berenang terus berusaha menggapainya. Hingga tubuhku juga terbawa arus, semakin lama aku semakin ke tengah, sementara anakku kulihat dari kejauhan berhasil menepi, dia memanggil-manggilku. Aku memintanya naik dan tak kupedulikan diriku yang terbawa pusaran air.

Masih sempat kulihat putraku sudah berdiri di pinggir sungai, aku tersenyum padanya karena dia berhasil selamat. Dan aku hanya bisa menelan air keruh itu dan terus berusaha mengambang, tapi tarikan arus di bawah sungai terus menarikku ke dalam. Dan akupun terjaga (syukurlah cuma mimpi).

Sahabatku, dari mimpiku di atas aku coba mengartikannya, dengan apa yang ku alami dalam kehidupan nyata. Putraku yang sangat aku cintai hingga selalu dirinya yang aku panggil ketika aku salah memanggil orang. Kemanjaan dan keluguannya yang selalu membuatku merindukannya.

Ketika dirinya tak lagi bersamaku, aku sadar terkadang aku sangat mencemaskan dirinya secara berlebihan, akankah dirinya terawat dengan baik, akankah dia akan menangisi ibunya yang tak juga datang menghampiri, akankah ibu tirinya bisa mencintai anakku dengan tulus dan bisa menerima kenakalannya.

Tangiskupun seringkali pecah karena aku menyayanginya melebihi dari apapun. Dari mimpiku aku sadar bahwa anak adalah karunia Allah, sesaat ketika dia terlahir dari rahimku, maka dirinya telah menjadi hamba Allah, dia akan mendapatkan perlindungan dan riski yang sama, dengan atau tanpa adanya diriku sebagai ibunya. Bagaimana anak-anak yang telah ditelantarkan atau anak-anak yang tak lagi memiliki orang tua tetap tegar bahkan sukses dalam kehidupannya kemudian.

Aku masih diberi kesempatan untuk bisa mendoakan putraku dan senantiasa memohon agar kelak diriku menjadi kebanggaan bagi putraku. Allah yang mengatur semua meski terkadang aku merasa ini tak adil bagiku dan putraku, Tapi aku percaya hanya Allahlah yang Maha Kuat dan Maha Kuasa atas segala yang terjadi padaku dan putraku. Maha Suci Allah atas segala petunjukNYA.

Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2010 (September-Oktober) Jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang