Aku Dan Suka Dukaku

7 1 0
                                    



Memberi pendapat terkadang bukannya dihargai malah dianggap memaksakan kehendak. Manusia pada umumnya senang berdiskusi tentang masalah hidup dan kehidupan, begitu pula dengan profesiku, pastinya yang datang padaku orang-orang yang memiliki masalah dalam kejiwaannya. Biasanya sih sudah parah sekali, sudah muncul halusinasi, keinginan bunuh diri yang tinggi, hingga sudah tidak dapat lagi membedakan apapun (mana kotor-mana bersih, mana sampah-mana makanan). Semua klienku tidak mampu lagi menyesuaikan diri dengan kehidupannya dan melakukan kegiatan sehari-hari seperti orang normal lainnya.

Namun hal ini masih belum seberapa dibandingkan dengan klien yang masih normal tapi tidak tahu harus berbuat apa ketika menghadapi masalahnya. Tidak berhak bagiku untuk memberi nasehat, pastinya setiap manusia sudah memiliki pengalaman dikasih nasehat dimanapun, baik oleh orang tua, guru, ustadz dsb. Karena profesiku bukan seperti mereka jelas semua pasti berbeda. Aku hanya boleh memberikan alternatif solusi kepada klien atas masalahnya tapi kadang repotnya, ketika manusia ini dikasih tahu alternatif solusinya kok malah marah, katanya kok aku maksa, padahal ada urusan apa aku maksa-maksa orang, (loe mau begini atau begitu kan loe juga yang mengalami dan merasakan).

Solusi itu diberikan yang disesuaikan dengan kemampuan klien, kalau klien bukan orang mampu ya jangan dipaksakan (ibarat pungguk merindukan bulan nantinya). Setiap masalah pasti ada penyelesaiannya asalkan orang ini mau berusaha untuk merubah pikirannya. Kalau seorang konselor mesti terlibat ya itu pasti, agar klien merasa dipercaya dan aman. Seorang konselor pastinya akan mengutamakan kepentingan klien tapi tetap harus obyektif, bukan klien salah terus dibenerin atau dia merasa mendapatkan perlakuan tidak adil terus kita biarkan. Empati adalah bagian utama dalam setiap konseling.

Sahabatku, adakalanya setiap manusia membutuhkan teman bicara, yang bisa berpihak kepadanya, memahami diri dan kemauannya. Kadang ngomong dengan orang tua sungkan takut ngrepotin, mau ngomong dengan pasangan hidup gak enak, karena masalahnya sangat pribadi sekali (katanya), mau bicara pada teman tapi teman juga gak segitu amat pedulinya (soalnya teman datang cuma pas lagi butuh utang atau numpang makan atau nginep doang).

Itulah fungsi konselor, menjadi sahabat bagi setiap klien yang datang (tentunya si konselor ini sudah didesain sebagai makhluk paling baik sedunia xixixixi). Tapi perlu dicatat, konselor jelas tidak memiliki tendensi untuk sentimen atau memandang klien sebagai makhluk asing, tapi benar-benar sebagai sahabat. Jadi kalau dibilang "Ih konselornya ilfeel (sentimen maksudnya) tuh sama aku". Padahal profesi itu ya sebatas profesi, ngapain bawa-bawa perasaan.. he.he. Apapun masukan dari konselor yang menjadi penentu utama tetaplah si klien itu sendiri.

Bagiku menjadi konselor adalah hal yang banyak tantangannya, bagaimana beragamnya kepribadian manusia setiap individu, bagaimana beragamnya pula masalah yang dihadapi setiap orang, ada yang memiliki masalah sangat besar menurutku tapi orangnya sangat santai dan sabar, tapi ada juga yang punya masalah kecemasan karena sering lupa naruh kunci aja sudah menjadi masalah hebat, seolah dunia mau kiamat (hati-hati untuk menempatkan masalah pada porsinya, kalau masalah kecil hilangkan saja, kalau masalah besar kecilkan).

Karena seiring bertambahnya usia manusia maka permasalahan yang muncul akan semakin kompleks. Jangan biarkan sekecil apapun masalah yang kamu alami menghambat aktivitasmu, tetap lakukan kegiatan seperti biasa dan berpikirlah sambil berjalan, pasti akan ada jalan terbaik, yang penting tidak berputus asa.

Sahabatku, begitulah serba-serbi dunia konseling yang aku geluti, berhubung aku juga gaib, tak jarang aku mendengar suara hati klienku tentang aku, kalau sekiranya biasa-biasa aja aku abaikan, tapi kalau sudah tidak ada kepercayaan maka aku langsung menyudahi saja, karena percuma, apapun yang aku katakan cuma dianggap angin.

Apalagi orang ini malah berpikiran yang bukan-bukan (parno maksudnya), gak lagi-lagi dech... he.he. Merupakan hak prerogatif bagi konselor apakah dirinya bisa menerima klien yang datang padanya atau tidak. Semoga pengalaman ini bisa bermanfaat bagi sahabat-sahabatku semua

Salam damai untukmu sahabat-sahabatku...

Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2010 (September-Oktober) Jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang