Aku Dan Statusku

15 1 0
                                    



Lajang atau masih berstatus lajang kadangkala memang sedikit gak menyenangkan, sementara mereka yang sudah memiliki status menjalin hubungan pacaran, tunangan, ataupun menikah pastinya akan berbeda. Kalau aku sih ditulis lajang soalnya gak ada pilihan lain padahal status asliku janda, mungkin FB gak nyiapin status semacam itu karena kurang keren, identik dengan penilaian negatif, genit, suka gila-gilaan, tukang ganggu suami orang, suka nyari daun muda, selalu jadi bahan gunjingan dan sorotan (kayak selebritis gitu).

Beda dengan status duda, katanya sich, kalau ada yang berstatus duda pasti udah banyak yang ngantri, bahkan duda ini bisa tinggal memilih perempuan mana yang dimauinya, asalkan cocok, gak jarang duda ini juga menjadi arogan (kalau perempuan yang dipilihnya gak perfect gak mau.. ciiyeee.. xixixi). Pertanyaannya apa Allah membuat diskriminasi terhadap janda ya? Menurutku nggak juga, menjadi janda itu jelas bukan pilihan, menikah itu kan kayak orang pacaran, kalau jadian ya diresmikan juga (pake acara traktiran), kalau ternyata di tengah jalan ternyata gak cocok ya putus, begitu pula dengan orang menikah, maunya sich bisa langgeng seumur hidup tapi berhubung gak cocok ya putus juga (cerai istilahnya).

Terus bedanya dimana status mantan pacar dengan status mantan suami, yang pasti sama-sama mantan lah. Hanya saja ikatan pernikahan yang disahkan atau legalitas jauh lebih mengikat karena sudah ada komitmen untuk hidup bersama, menanggung hidup bersama dalam suka dan duka, punya anak dsb. Beda dengan pacaran, kalau lagi berantem ya pulanglah ke rumah masing-masing, masalah diselesaikan tanpa percekcokan yang berarti karena tidak tinggal serumah dan tidak ada komitmen apapun, hanya konsisten aja.

Lalu bagaimana dengan mereka yang menikah tanpa surat nikah, malah setelah sudah beranak cucu baru menikah resmi itupun karena ada nikah massal yang gratis. Tak jarang orang menggunakan agama sebagai sandaran (atau lebih tepatnya pembenaran), menikah kalau pas lagi mupeng berat, perempuannya dikasih mahar, selesai bercinta langsung cerai.. wah.. ini melacur model terbaru, hanya karena takut dosa dan ingin agar bercintanya itu halal, padahal niatnya aja cuma mau menyalurkan hasrat, ngapain repot-repot pake nikah Mut'ah, la wong tidak jauh dari istri yang jaraknya masih bisa ditempuh (kalo jaman dulu, "terpaksa" pria menikah Mut'ah karena jauh banget untuk pulang, perjalanan naik kuda cukup membuang waktu dan melelahkan padahal hasrat gak bisa kenal waktu), tidak sedang berperang atau dalam ikatan dinas, ternyata banyak macam menikah ya.. yang trend saat ini menikah Sirri (kebanyakan sih, niatnya cuma untuk menghalalkan hubungan saat bercinta aja).

Padahal seharusnya menikah Sirri itu sama dengan menikah versi hukum di Indonesia. Pasangan yang menikah Sirri harusnya juga memiliki komitmen untuk hidup bersama, punya anak dan menjalankan kehidupan bersama dengan segala konsekuensinya. Tapi berhubung nikah Sirri banyaknya disalah gunakan dan tidak membuat keadilan bagi si perempuan, kalau cerai gak bisa nuntut karena tidak ada landasan hukumnya yang sudah disahkan pemerintah (karena di Indonesia tidak berlaku hukum Islam), jadinya siapapun yang diketahui melakukan pernikahan Sirri akan tetap dianggap ilegal (kumpul kebo), secara norma sosial pasangan ini gak bisa diterima apapun alasannya.

Ada-ada saja cara manusia untuk menghalalkan dan memudahkan suatu urusan, aturan agama dan negara dimodifikasi sebagai pembenaran yang sebenarnya malah gak benar sama sekali. Hukum agama kalau dijalankan dengan benar ya benar, begitu pula hukum negara. Meskipun hukum negara lebih mengikat pasangan tapi kalau gak cocok akhirnya terjadi perselingkuhan atau menikah bawah tangan atau Mut'ah. Hukum agama cuma memudahkan hal-hal yang tidak berurusan dengan hukum negara.

Sahabatku, dari catatanku kali ini, aku ingin mengajak sahabat ikut berpikir bijaksana dalam menilai sebuah status, tidak ada status yang buruk, karena kenyataannya kitalah yang telah membuat penilaian negatif itu dan bukan ajaran Allah. Status janda bukan berarti menjadi seburuk-buruknya manusia, perempuan single parent ini (kalau punya anak), pastinya akan selalu menjaga kehormatannya (citra diri) tanpa menjadi munafik, dia akan terus berkarya, bekerja untuk menghidupi dirinya, kembali menata hidupnya, dan mencari pendamping lagi untuk menemani hidupnya hingga akhir hayatnya.

Kalau kamu tidak pernah merasa ikut menanggung atau menafkahi janda ini, usahlah kamu menilainya negatif, menggunjingkannya, dan memperlakukannya sebagai perempuan yang memiliki status hina. Dia juga manusia biasa, perlakukan dirinya dengan baik seperti makhluk Allah lainnya.

Maha Suci Allah, orang-orang yang kamu aniaya hatinya (janda) pastinya juga akan mendapatkan balasan yang setimpal dan Allah akan membalaskannya langsung dalam kehidupanmu sendiri, entah terjadi pada keluargamu atau orang terdekat dalam kehidupanmu ataupun anak cucumu. Tak ada perbuatan yang tak terbalaskan, meski sekecil biji Zarrah.

Salam damai untukmu sahabatku, semoga kita semua senantiasa mengasihi sesama untuk mendapatkan kasih Allah.

Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2010 (September-Oktober) Jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang