Perjalanan Gaibku Dengan Isa Tentang Memelihara Air Dan Sumber Makanan

7 2 0
                                    



Sambil beristirahat, sahabat gaibku mengajakku jalan-jalan. Kali ini dia tidak menggendongku, keberatan kali he.he.. Sahabatku yang tinggi ini nampak makin tinggi kalau kami berdiri berjejer, aku jadi kelihatan mungil dan kecil banget, jubah putih selalu menjadi ciri khasnya, matanya teduh dan penuh senyum.

Dibawanya aku ke tepi sebuah tebing yang tinggi sekali, tiba-tiba ujung tebing yang aku pijak runtuh, aku jatuh tapi sahabatku dengan cekatan langsung menggapaiku dan aku kembali berdiri di pinggir tebing, (heran kok tebing mudah rapuh, padahal kelihatannya kokoh).

Sahabatku menunjukkan asap hitam yang menggumpal besar sekali di kejauhan, sepertinya ada sesuatu disana, sahabatku menarik tanganku dan kami menuju arah asap tebal itu, kami terbang tapi sahabatku tetap dalam posisi berdiri dan aku kayak superman.. wah terbangnya terlalu kencang kali sampai tubuhku gak bisa berdiri kayak sahabatku, sampailah kami di sumber asap hitam itu, ternyata berasal dari sebuah canyon/ngarai.

Kami menuruninya melihat langsung asap hitam itu, ada lubang besar yang menjadi sumber dari asap itu, aku bergumam.. kok ada asap di jurang ya.. harusnya kan dari gunung merapi dan tempatnya tinggi. La ini kok di bawah ya..? tak lama sahabatku mengajakku meninggalkan tempat itu, kami melintasi lautan luas, anehnya lautan yang kami lewati kok menjadi hitam berawal dari sumber asap yang kami datangi tadi, perlahan-lahan warna biru lautan itu menghitam hingga seluruhnya.

Aku bertanya pada sahabatku," Kok jadi hitam lautnya?"

Sahabatku hanya menjawab, "Nanti aku jelaskan".

Kami melanjutkan perjalanan lagi kali ini melintasi perkebunan dan persawahan juga tambak, semua tampak kering, tanahnya hitam, retak dan pohon-pohonnya juga kering, aku menyentuh salah satu pohon langsung hancur dan remuk. Aku tanya sahabatku tapi dia tetap tak mau menjelaskan.

Kami menelusuri lagi perjalanan memasuki sebuah pemukiman, aku melihat banyak manusia berteriak-teriak, "Air..air..".

Ada seseorang mungkin berhasil mendapatkan air dengan menyerapnya pada kain lusuh, dia memeras dan meminumnya, ada yang lain melihat mereka langsung berebut.

"Masya Allah ini ada apa sich?" tanyaku bingung.

Belum sempat sahabatku menjawab, aku dikejutkan seorang anak kecil menggoyang-goyangkan kakiku, "Bu, air bu.. haus.."

Ntah sahabatku dapat dari mana tahu-tahu dia menyodorkan semangkuk air untuk aku serahkan pada anak itu, kemudian datang lagi seorang ibu menggendong bayinya, kotor sekali meminta air juga, sahabatku menyorongkan seember air padaku (perasaan aku tadi gak bawa air dech, kok sahabatku bisa bawa air ya..).

Ibu itu masih gemetar mengangkat ember itu, aku menangkupkan tanganku seperti gayung mencoba meminumkan bayi itu dengan air di tanganku, bayi itu bergerak, hampir aku menangis melihat bayi itu, kuangkat dia dari gendongan ibunya agar si ibu bisa mengambil air di ember itu. Saat ibu itu melangkah sudah berdatangan keluarganya, berebut meminum air yang dibawa si ibu, ibu itu kembali dan mengambil bayinya.

Aku menoleh ke belakangku maksudnya aku mau bicara pada sahabatku, tapi aku melihat ember air sudah berjejer memanjang rapi banyak sekali di belakangku.

Akhirnya semua mendapatkan air minum," Dihemat ya, biar cukup buat semua" kataku.

Mereka pun berebut. Sahabatku mengajakku meninggalkan pemukiman itu, dalam perjalanan aku bicara pada sahabatku, "Air itu sumber kehidupan bagi manusia dan semua makhluk hidup, bagaimana manusia hidup tanpa air? Lautnya tadi sudah jadi hitam terus ikannya kan pada mati, semua ternak dan kebun musnah, kekeringan, terus bagaimana manusia bisa bertahan hidup?"

"Nanti aku jelaskan" kata sahabatku lagi.

Aku dibawanya ke sebuah pantai, wah kali ini lautnya biru, ada pohon kelapa sejuk dan segar, aku langsung bersandar di pohon kelapa yang rindang. Tiba-tiba sahabatku memberiku sepiring buah, tapi kok berulat semua.

" Waduh kira-kira dong kalo mau ngasih, sudah tahu buah berulat kok dikasihkan ke aku" omelku.

" Hanya ini yang ada, kamu pilih saja sisi yang tidak berulat" kata sahabatku.

"Gak mungkin ah kalau adanya cuma begini, satu pohon itu pasti ada yang berulat tapi ada juga yang nggak, kalau ada yang matang pasti ada yang mentah, gak semuanya berulat kan?" kataku penasaran.

Aku beranjak dari tempatku dan menarik sahabatku untuk menunjukkan dimana tadi dia mendapatkan buah berulat itu. Ternyata tempat itu memang kebun buah, tapi semuanya berulat dan ulatnya lebih besar dari buahnya, bahkan ulat yang aku temui tadi.. hiii.. kok ulatnya gede banget..

Aku menjadi takut "Gak jadi deh.. kita pulang aja yuk" aku mulai merengek minta pulang.

Tiba-tiba ada makhluk mengagetkan aku, dia menghunuskan pedang tombak di leherku hingga aku jatuh terjengkang.

"Kamu ya yang sudah mengambil ulat-ulatku? aku memelihara ulat itu hingga mereka besar" katanya sambil membentak.

"Oh dia peternak ulat rupanya, kok bentuknya kayak ulat juga jangan-jangan dia mbahnya ulat" pikirku.

"Maaf aku gak mengambil apapun kok, apalagi ulat-ulat itu, kami hanya melihat-lihat kami kira gak ada pemiliknya" kataku pada makhluk itu.

Makhluk itu manggut-manggut dan dia menarik tombaknya kembali, akupun bangkit dan meninggalkan makhluk itu.. uh.. capek rasanya perjalananku kali ini.. pake ditodong dan dituduh mencuri lagi.. sedihnya..

Akhirnya sahabatku menjelaskan semua arti dari perjalanan gaibku, Dia bercerita, pusat dari asap tadi termasuk hitamnya laut, kekeringan dan habisnya sumber mata air, itulah yang akan terjadi pada Bumi kita bila kita tidak menjaga keseimbangan, antara hutan dan makhluk hidup lain yang berkaitan.

Kemusnahan makhluk hidup karena disebabkan oleh ulah manusia sendiri. Pencemaran tanah yang tidak teratasi, mengeringkan sumber mata air, panasnya bumi, polusi dan hal-hal yang menyebabkan kerusakan itu harus dihindari. Sebaiknya mulailah kita ramah pada lingkungan, sekiranya akan mencemarkan upayakan bagaimana mencegahnya. Kita cegah kerusakan hutan akibat kebakaran dan ketika melakukan eksplorasi minyak pastikan tidak tumpah dan mencemari laut, air dan tanah.

Karena semua tidak bisa hilang dengan sendirinya, butuh waktu sekian generasi untuk memperbaiki kerusakan alam. Cobalah kita menghargai alam agar kita masih bisa menikmati hasilnya. Kalau tadi aku ketemu mbahnya ulat, ternyata mbahnya ulat itu saking sentimennya pada manusia yang suka meracuni tanah, jadi dia buat aja semua tanaman, buah-buahan jadi berulat dan gak bisa dimakan..Wah ulat kok bisa protes ya... xixixixi

Baiklah sahabatku, perjalanan gaibku kali ini ternyata ingin menunjukkan padaku ada hal yang lebih penting yang harus kita pedulikan, jangan cuma ngurusi presiden aja. Mari kita sama-sama menjaga dan melestarikan alam kita, kalau gak bisa menanam pohon, minimal kamu gak buang sampah sembarangan deh.. kalau gak bisa buang sampah pada tempatnya, telan aja lagi.. xixiixi.. (becanda)..

Maha besar Allah, semoga kita manusia yang memiliki keistimewaan akal dan akhlak, juga bisa adil dan bijaksana terhadap penggunaan sumber alam. Semua saling membutuhkan, jadi kita harus adil. Kamu merusak, butuh seorang yang benar-benar kurang kerjaan buat mengganti kerusakanmu (jangan salahkan pemerintah lagi lo). Semua harus punya tanggung jawab untuk menjaga (bukan menjaga maling kayu biar gak ketahuan polisi hutan). Pastikan setiap pohon yang kamu tanam mendatangkan manfaat.

Buat sahabatku yang gemar demonstrasi.. sekali-kali demonya menanami hutan yang gundul, kebaikan yang mendatangkan manfaat kan??..Kalau yang begini, ajakin aku ya...

Salam damai untukmu sahabatku, kasihku untukmu semua

Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2010 (September-Oktober) Jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang