Tentang Bencana

28 2 0
                                    



Malam terus bergulir, kesibukan hari ini sangat menyenangkan, sahabat-sahabat di tempatku menuntut ilmu seperti keluarga yang saling membantu dan peduli satu sama lain. Aku berharap sahabat-sahabatku di FB juga demikian, dimanapun kita berada, baik di rumah, tempat kerja atau dimanapun kita berada buatlah semua seperti penuh keakraban karena waktu akan terus bergulir merubah keadaan, ciptakan selalu kebersamaan seolah tidak akan ada lagi waktu untuk saling berbagi kasih dengan sesama.

Sahabatku terkasih, berat rasanya bila aku bercerita tentang pengalaman gaibku kali ini, tapi semua kembali kepada kesadaran diri kita masing-masing untuk bisa introspeksi, bahwa ada hal yang tak bisa kita indahkan dari kehidupan kita, bahwa Allah lah yang memiliki kuasa atas kehidupan kita, yang tidak akan pernah tergantikan oleh apapun dan siapapun.

Meski mungkin ada yang sudah mengamalkan ajaran-ajaranNYA tapi tidak mengajak kepada suatu kebaikan (malah mengadu domba, saling menghujat dan mencari pembenaran atas sebuah keyakinan yang keliru), mengajak pada pengalihan terhadap Kuasa Allah, dengan menanamkan ajaran-ajaran yang seolah benar sesuai fakta dan kenyataan (mengulas tentang kitab suci dan kejadian-kejadian yang terjadi, seolah Allah lah yang bersalah atas kejadian atau peristiwa yang terjadi).

Perjalanan gaibku kali ini, saat kemarin malam aku diminta untuk meninggalkan semua aktivitasku, sahabat-sahabat gaibku memintaku untuk bersuci, kemudian berpakaian sepantasnya dan akupun berbaring, kemudian seluruh sahabat gaibku mengajakku ke puncak gunung merapi yang masih mengalir lahar panas, "Hai, ini lahar panas nich!" jeritku, karena aku merasa menginjak lahar yang mengalir dari kawah gunung Merapi itu.

" Tenang kamu kan sedang gaib" kata sahabatku cepat.

Kami berjalan beriring mengelilingi gunung yang sudah terlihat tandus dan penuh debu-debu putih di sekitar puncak (padahal secara nyata aku belum pernah mengunjungi gunung merapi).

Kami berdiri berpencar, seluruh sahabat gaibku menatapku, "Ada apa sich, kok aku dibawa ke tempat ini?" tanyaku penasaran.

Sahabat terbaikku yang selalu mengajakku melakukan perjalanan gaib menjelaskan, "Kami harus menjelaskan padamu tentang semua bencana ini, bahwa ini adalah peringatan dari Allah".

Aku terkesiap,"Kemarin kamu bilang kalau bencana ini murni karena proses alam dan Allah tidak pernah marah, gimana sich?".

Aku terduduk lesu, hatiku mulai menangis, kusebut nama Allah berulang-ulang berharap apa yang aku dengar tidaklah nyata.

Sahabatku memelukku,"Maafkan aku, semata karena aku juga tidak ingin membuat dirimu dan sahabat-sahabat di negerimu mencemaskannya, tapi perlu kamu tahu bencana di negerimu yang sudah kami beritahukan padamu beberapa bulan lalu yang tidak ingin kamu tuliskan dalam catatanmu, toh pada akhirnya tak mengubah apa yang sudah menjadi kehendak Allah".

Aku mulai menangis, aku ingat beberapa bulan lalu aku diperlihatkan bagaimana air laut naik ke daratan dan menyapu seluruh makhluk yang ada di dekatnya tanpa kecuali, aku tak sanggup menuliskannya karena aku tak ingin terjadi apapun di negeriku yang sangat aku cintai. Meskipun demikian aku tak menginginkan apa yang aku sampaikan akan menjadi sahabat-sahabatku menganggapku berpikiran negatif atau mengada-ada.

"Tapi apa masalahnya, hingga harus ada peringatan seperti ini, bukankah negeriku semua penduduknya beragama dan mereka sangat pintar sekali tentang semua ajaran-ajaranNYA?" tanyaku sedih.

"Rakyat di negerimu telah melakukan kesalahan-kesalahan yang sangat prinsip, pertama mereka sangat tahu bahwa ada agama dalam kehidupannya dan ada kitab suci yang sudah mereka hafal sejak kecil tapi dalam keseharian mereka tidak pernah menanamkan makna agama dalam kehidupannya. Satu dan lain agama saling menghasut dengan menunjukkan kekurangan dan memfitnah satu golongan dengan golongan yang lain hingga timbul perpecahan. Mereka menanamkan perilaku individual dan mengabaikan kepedulian pada sesama. Menyatakan diri sebagai pengikut sebuah ajaran tapi tidak memberikan contoh kebaikan kepada sesama. Pada akhirnya banyak di negerimu ini sama sekali tidak lagi mempercayai adanya Tuhan (Atheis), malah mengajarkan untuk memusuhi sesamanya yang berbeda keyakinan."

Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2010 (September-Oktober) Jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang