Perjalanan Gaibku Ke Makam Raden Wijaya Dengan Isa

17 1 0
                                    



Malam ini sahabat gaibku mengajakku berjalan-jalan, jalan raya beraspal yang ada garis-garis putih di tengahnya, kanan-kiri hanya padang rumput liar, kami terus berjalan tanpa henti sampai aku bilang, "Wah kalau jalanan kayak gini, gak ada warung atau depot buat minum atau penginapan buat menginap pasti perjalanannya gak asyik dong ya?".

Tiba-tiba di sebelah kiri jalanku ada warung tapi yang dijual dan si penjualnya aneh.."Gak jadi minum deh!" kataku.

Kami terus melanjutkan perjalanan tiba-tiba ada bangunan tua yang berhalaman sempit dengan pagar tumbuhan, " Ini tempat apa?" tanyaku, sahabatku menarik tanganku masuk ke dalam rumah itu.

Setelah melewati pintu masuk terdapat meja tinggi yang bertuliskan receptionist, orang yang bertugas dengan ramah menyapa kami.

"Silahkan meninggalkan kartu pengenal pak, sekalian ongkosnya dibayar di muka harga kamarnya 5 juta", kata petugas tadi.

"Huuuwiiikkk..mahal amat!" jeritku.

Sahabatku memberikan kartu pengenalnya dengan segepok uang 5 juta.

"La wong penginapan jelek gini kok mahal amat sich?" omelku.

"Silahkan kamarnya nomer 51" kata petugas itu lagi sambil menunjuk ke belakang rumah itu.

"Wah emang banyak kamarnya ya, padahal kelihatannya gak luas, tidak terlihat ada tingkat atau apalah yang menunjukkan rumah ini punya kamar lima puluhan" aku tetap tak habis pikir, sahabatku menggandeng tanganku ke samping bangunan itu, ada berderet-deret makam tua ternyata dan di nisannya terdapat angka dan sahabatku menemukan angka 51 yang ternyata salah satu kuburan itu.

Tercekat aku memandang kuburan itu, "Gila emang kita mau tidur di kuburan.. yang bener aja pren?"..

Tanpa banyak bicara sahabatku membuka kuburan itu seperti membuka pintu menuju bawah tanah, kuikuti sahabatku menuruninya.. gelap.. tapi kemudian aku memasuki sebuah kamar sempit tapi terawat lengkap ada tempat tidurnya.. aku mulai merengek minta pulang, "Pulang yuk, biar aku tidur di rumah aja"..

Tiba-tiba ruangan kamar yang sempit itu menjadi sangat besar dan mewah, kuperhatikan semua perabotannya antik, serba kayu jati seperti rumah-rumah zaman kerajaan. Aku yang tetap takut meskipun kamarnya sudah berubah mewah ditambah lagi sahabatku yang tiba-tiba menghilang.

Aku duduk di tepi ranjang, terkaget ternyata ada pocong tidur di situ.. alamak.. kakiku terasa berat, lidahku langsung kelu ketakutan, tapi si pocong itu bisa ngomong ternyata," Jangan takut" katanya.. tiba-tiba dia berubah wujud menjadi seorang pria yang nampak kharismatik dan wibawa, berpakaian seperti raja lengkap dengan mahkotanya.. dia duduk di sebelahku.. tak lama seorang pelayan dengan pakaian ala dayang membawa baki yang berisi seteko kopi lengkap dengan cangkirnya dan kue, "Mari, silahkan dimakan" kata raja itu.

" Tidak terima kasih, aku masih kenyang" jawabku masih dengan perasaan takut.

Raja itu mengambil kue dan memakannya sambil bicara, "Aku sudah mati lama sekali, dibunuh oleh orang yang membenciku, aku seorang raja dan beginilah istanaku dulunya".

Kuenya habis dia ngambil minum dengan menuangkan kopi di teko ke cangkirnya. Raja itu nampak sangat menikmati sekali.

"Ayo kita keluar, aku akan mengajakmu keliling" katanya.

Ada rasa enggan tapi aku menurut juga.

"Gak papa deh dari pada sendirian" pikirku.

Kamipun keluar melewati pintu belakang yang besar sekali, terdapat kebun disana, "Aku mengajarkan rakyatku berkebun, menanam ketela, singkong, kacang, kentang, dan sayuran agar rakyatku bisa memanfaatkan hasilnya untuk dimakan tanpa perlu mencari di hutan" jelasnya.

Kami kemudian duduk di sebuah bangku, "Kamu raja dari kerajaan mana, siapa namamu?" tanyaku.

"Aku dari kerajaan Majapahit, namaku Raden Wijaya, aku memiliki seorang putri yang bernama Mayang, dia sangat manja dan penurut, tapi aku tak bisa menemaninya hingga lama karena aku telah mati, aku merindukannya" cerita raja itu.

Oh.. dia raja zaman dulu rupanya. Belum sempat aku mengorek keterangan lebih jauh tentang raja itu, sahabatku tiba-tiba muncul dan mengajakku pergi, kamipun berpamitan (pantesan harga penginapannya mahal.. la wong istana yang aku sewa.. xixixii)

Kembali sahabatku mengajakku melihat sebuah katedral, bangunan ibadah umat kristiani, aku melihat banyak sekali jemaatnya, tapi aku gak bisa mendengar apa yang dibicarakan pastornya (kayak aku gak tahu bahasanya mungkin), perjalananku dilanjutkan ke sebuah Pura, aku juga melihat orang-orang Hindu sembahyang, tampak mereka sangat tenang dan damai, dilanjutkan lagi ke sebuah Vihara, ada banyak biksu disana dengan pakaian yang hanya seperti kain yang dililitkan melintang, lengkap dengan kepalanya yang gundul, ada patung Budha disana, semua begitu tenang sekali, kemudian aku menuju ke sebuah klenteng serba merah dan penuh gambar, lilin-lilin besar-besar dan hio yang dibakar. Sayangnya aku tidak mengerti doa yang mereka ucapkan.

Kemudian sahabatku menjelaskan seluruh rangkaian perjalanan gaibku sambil kami berjalan menyusuri jembatan yang kelihatannya panjang banget, dia menjelaskan dari awal, ketika kami melakukan perjalanan diibaratkan begitulah perjalanan kita, ada kalanya kita butuh istirahat sejenak dan tidur, tapi yang aku temui tadi itu warung penjual minuman keras yang ditunggui Iblis, aku bisa memilih meminumnya atau tidak terserah bagaimana keinginanku, kalau aku tadi di hotel kuburan itu, semata sahabatku ingin menunjukkan bahwa kuburanlah tempat istirahat kita terakhir dari perjalanan hidup kita. Siapapun orangnya pasti akan mati. Yah kalo yang beginian sich aku sudah tahulah (padahal aku tadi sampai ketakutan banget.. xixxixixi).

Lalu mengapa sahabatku mengajakku mengunjungi beberapa tempat ibadah, semata agar aku tahu bahwa semua agama itu hanya tertuju kepada satu Tuhan yaitu Tuhan yang Maha Esa, kalau dalam Islam disebut Allah, semua agama mengajarkan kebaikan dan kedamaian, ada sekali waktu umatnya diminta untuk berkumpul agar terjalin silaturahmi yang baik di antara sesama penganutnya.

Meskipun cara berdoa atau sembahyang mereka beragam tapi tetap Tuhan yang mereka sembah dan masing-masing dari agama itu memiliki kitab suci yang dijadikan sebagai pedoman. Tentunya juga dari bahasa yang sedikit asing tapi kemudian ditafsirkan agar mudah dipahami maknanya.

Sahabat gaibku bilang, "Saling menghormati dalam berkeyakinan, sama dengan kita telah melakukan kebaikan".

Agama memang mengalami proses juga, mulai dari yang model seperti upacara pemujaan hingga disempurnakan dengan cara sholat (versi Islam), tapi apapun keyakinannya yang penting orang itu benar-benar menjalankan perintah Tuhannya dan menjauhi segala hal yang dilarang.

Baiklah sahabatku, beragamnya perbedaan keyakinan atau agama di negeri kita, tak harus bagi kita untuk saling mencela apalagi menghina keyakinan orang lain, semua menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa dan kalau kamu menghina agama lain karena ada kekurangannya itu sama halnya kamu menghina ajaran Allah kita. Allah mengajarkan melalui utusan-utusannya (Nabi dan Rasul) untuk hanya menyembah kepadaNYA. Karena Allahlah yang telah menghadirkan diri kita hingga kita kembali nanti (mati).

Kalau kamu dibenci seseorang lantas kamu bisa mencari teman lain yang tidak membencimu itu mudah, tapi kalau Allah membencimu, maka kamu tak akan menemukan tempat lain karena semua alam semesta ini adalah ciptaanNYA (hayooww,, mau lari kemana kamu..).

Mari kita hindari perbuatan-perbuatan yang dibenci Allah, mengadu domba antar agama, menghasut suatu agama dan memecah belah di antara sahabat-sahabat kita. Percayalah sahabatku tiada Tuhan selain Allah, maka kita jaga kedamaian dalam kehidupan kita dengan rasa cinta dan damai kepada sesama kita meskipun berbeda. Salam damai sahabatku, tetap semangat, tetap berpikir positif dan tetap beribadah

Kasihku untukmu semua

Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2010 (September-Oktober) Jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang