Aku Dalam Kehidupan Sosialku

7 1 0
                                    



Tak ada manusia yang mampu melafalkan semua ayat Al-Quran ketika hanya dipergunakan untuk menghina dan mencela orang lain. Bagaimana satu ayat mampu menghancurkan sesamanya karena dianggap telah mengingkari ayat suci itu. Maha Suci Allah tidak ada manusia yang bisa menyatakan dirinya suci ketika di hatinya hanya diliputi kedengkian dan rasa iri.

Perlahan tapi pasti orang ini hanya akan terpekur dengan kesakit hatiannya terhadap orang yang dianggap lebih dari dirinya, haruskah manusia ini mati hanya karena hatinya diliputi kebencian.

Inilah yang dimaksud dengan kesia-siaan hidup. Allah telah memberikan masing-masing manusia keistimewaan yang tidak dimiliki oleh manusia lainnya. Mungkin Allah bertujuan agar masing-masing individu bisa bangga akan adanya dirinya dan kelebihannya. Kalau ternyata kelebihan orang lain lebih baik menurutnya, akhirnya kekecewaan itu dimunculkan untuk menghasut orang yang dianggapnya lebih.

Sungguh sebuah kedholiman hati tapi begitulah kenyataan hidup saat ini, apapun cara bisa dilakukan untuk melakukan kejahatan hati dan sepenggal ayat yang tidak ditafsirkan keseluruhan dijadikan senjata baginya untuk membenarkan perbuatannya.

Bukankah iblis juga sangat fasih melafalkan Al-Quran dan mampu menyeret manusia untuk melupakan hakikat hidupnya dan mengingkari adanya Allah serta memusuhi sesamanya yang juga mukmin.

Sahabatku, sekilas aku mengkaji mengapa tiba-tiba seseorang memprotes tulisanku tapi kemudian berbicara seolah tidak sengaja, tapi kemudian menyuruh orang lain untuk menyampaikan uneg-unegnya, tapi dihadapanku sendiri, kalaulah orang ini tidak ada sangkut paut dengan kehidupannya dan ada keterlibatan psikologis denganku jelas tidak akan terjadi hal semacam ini.

Allah Maha Tahu dari apa yang tidak kita ketahui, tapi seperti yang aku jelaskan berulang kali kisah dalam catatanku From The Invisible World ini murni dari aku sendiri, dan bukan menyadur dari apapun (copy paste) kecuali bila itu menyebutkan sebuah kalimat dalam Al-Quran dan Hadist.

Setiap penulisanku mengalir begitu saja dan tidak kubawa buku panduan atau apapun hanya aku masih sibuk berpikir, adakah tulisanku yang salah. Salah bagiku wajar dan wajar bagiku untuk menulis sebatas yang aku tahu, tanpa dibuat-dibuat, everything is original, karena akupun memiliki tanggung jawab atas pengaruh psikologis yang akan ditimbulkan bagi pembaca.

Selama yang aku tuliskan masih wajar dan hanya mengajak atau menyerukan kepada kebaikan, tentunya aku tidak akan memprovokasi sahabat-sahabatku untuk berpaling dari Allah. Aku sangat mencintai Allahku dan tak ada hal apapun yang membuatku takut selain kemurkaanNYA padaku. Menjadi seperti saat ini bukanlah hal yang mudah bagiku, akupun memiliki cara sendiri untuk mengaplikasikan ajaran-ajaran Allah dengan caraku.

Bagaimana semua lapisan bisa menerimaku tanpa berpikir tentang apa dan siapa diriku. Aku tak pandai urusan menjaga image, dengan berkostum yang menunjukkan aku orang alim, fanatik pada agamaku. Aku ingin kefanatikanku bisa diterima tanpa mereka yang bukan dari golongan orang-orang mampu, bisa memahami apa yang aku sampaikan.

Seperti yang sahabat-sahabatku baca, bagaimana kegiatanku, aku justru lebih sering bergaul dengan orang-orang yang dianggap marginal (terpinggirkan), yang mungkin bagi sahabat-sahabatku muslim yang lain berpantang untuk mendekati orang-orang semacam ini. Bagiku agama Islam bukan hanya milik orang-orang yang mampu, orang-orang yang sepanjang hidupnya selalu berkecukupan, bisa sekolah dan terdidik, tapi agama harus dimiliki oleh semua kalangan, meski dia preman sekalipun.

Agar mereka paham betapa pentingnya agama dalam kehidupan manusia, secara psikologis orang-orang yang senantiasa menjalani kehidupannya hanya karena Allah, meskipun tidak dianggap sebagai orang mukmin (karena pakaiannya tidak menunjukkan sebagai seorang muslim), tapi bila hatinya hanya tertuju kepada Allah dan dia selalu berusaha berbuat kebaikan, maka pastilah Allah akan memberi pengecualian.

Menjadi masyarakat marginal tak harus menjauhi Tuhannya, menjadi berbeda dari masyarakat umumnya tak harus anti kepada agama. Biar mereka memelihara tatto, biar mereka pelacur jalanan, biar mereka dianggap gila tapi mereka semua adalah manusia yang patut kita pedulikan, dan kita tuntun pada kebenaran tanpa dipaksakan.

Aku yakin dengan menampilkan diriku yang apa adanya, siapapun bisa menerima, jadi tak usahlah kamu pedulikan siapa yang berada di balik catatanku, karena yang pasti aku senantiasa dituntun (menyesuaikan dengan karakterku), bagaimana aku bisa menyampaikan ajaran-ajaran Allah tanpa aku harus menjadi seseorang yang sok suci. Aku tidak suci kawan (sudah gak perawan maksudnya), tapi aku bahagia bila bisa berbagi dengan semua sahabat-sahabatku meski kita tak pernah bertemu secara fisik.

Baiklah sahabatku, terima kasih banyak atas dukunganmu, aku bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa tanpamu. Salam kasihku buat kamu semua

Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2010 (September-Oktober) Jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang