Perjalanan Gaib Dalam Hikmah Masa Laluku

23 2 0
                                    



Pagi yang cerah, tanpa hujan dan mendung. Indahnya hari ini kurasakan ketika ku terjaga ternyata udah kesiangan..he.he..Malam dini hari tadi, rasanya aku sulit banget tidur, tapi bukan insomnia, biasalah kalau lagi banyak yang dikerjakan, urusan tidur jadi berkurang..(biasanya malah gak bangun-bangun).

Kembali aku melakukan perjalanan gaib bersama sahabatku, seperti biasa sahabatku mengangkat tubuh dan menggendongku, tak urung masih juga aku bertanya," Kok mesti gendong sich?"

Sahabatku berkata, " Akan lebih mudah bagiku dengan menggendongmu, jadi kamu tidak perlu menoleh kesana-kemari, biar kita lekas sampai secara bersamaan".

Akhirnya aku menurut aja, toh dia yang capek..he.he.. Dibawanya aku dalam suatu tempat yang sangat aku kenali, rumah mantan suamiku, aku menemui anak-anakku yang tinggal bersama ayahnya, satu persatu kupeluk anak-anak tercintaku, banyak alasan yang tak dapat kuungkapkan mengapa aku tak dapat tinggal bersama kedua putra tercintaku dan menyaksikan mereka tumbuh, Perceraian memang menyakitkan dan selalu ada yang menjadi korban. Kupandangi mereka lekat-lekat seolah aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan pertemuan ini sedetikpun.

Kupeluk erat anak bungsuku yang lebih mirip ayahnya. Kuciumi mereka seolah aku ingin mengatakan, bahwa aku sesali semua hal yang telah membuatku terpisah dengan mereka. Tak berapa jauh dari tempatku bersama anak-anak, aku melihat mantan suamiku. Dia tersenyum melihatku (aku gak tahu apa makna senyumnya).

Seakan aku tak pernah berarti baginya. Ya aku sadar, terkadang perceraian menimbulkan rasa sakit hati dan dendam, meskipun aku sendiri telah melupakan semua yang menjadi masa laluku karena bagiku masa lalu bukan untuk diratapi dan disesali tapi bagaimana aku melanjutkan kembali hidupku, tentunya lebih baik.Keadaan bisa saja berubah tapi perasaan hormatku padanya tetap aku hargai. Jarak antara aku dan mantan suamiku boleh menjadi jauh tapi tidak dengan anak-anakku. Meski terkadang aku kesulitan untuk berkomunikasi dengan anak-anakku.

Waktu terasa begitu cepat, tiba-tiba sahabatku sudah menggendongku kembali. Kali ini aku menemui mantan kekasihku, dia nampak sendiri, termenung dan berurai air mata. Aku sangat mengenalnya, sekian lama aku dekat dengannya dalam suka dan duka ternyata keadaan yang telah memutuskan dirinya untuk meninggalkanku.

Kutemui dia, kududuk di hadapannya dan ingin kuraih kedua tangannya seperti yang biasa aku lakukan ketika aku ingin menenangkannya, tapi tanganku tak dapat menyentuhnya (tanganku seperti menjadi transparan dan tak dapat menyentuh kulitnya). Aku paham bahwa aku gaib, akhirnya cukup kupandangi dirinya dan ku mencoba bicara tapi dia tak mendengarku.

Tak terasa aku menangis, masih kuingat dirinya yang begitu bersemangat, ceria dan sangat menyayangiku. Pria ini sebenarnya juga memiliki kemampuan yang hampir sama denganku tapi dia menolak gaibnya karena baginya sebuah kesalahan itu adalah tanggung jawab masing-masing, meski dia tahu kesalahan itu dia sendiri juga melakukannya. Kusadar Allah telah berkehendak lain, meski aku telah memohon kepada Allah agar cinta kasih kami dipersatukan tapi dirinya telah memilih penggantiku. Sahabatku mengingatkanku untuk kembali, karena percuma dia tak bisa melihatku.

Aku kembali melakukan perjalanan, kali ini aku menemui kekasihku yang beberapa bulan ini selalu mendampingiku. Dia dengan senyum khasnya melihatku dan langsung memelukku. Kami memang sudah sama-sama gaib, dia bertanya apa aku sedang sakit. Kujawab bahwa aku memang sedang sakit, sering terlambat makan dan kurang minum.

Kekasihku selalu mengerti keadaanku dan dengan sabar dia selalu berusaha untuk menuruti semua keinginanku. Tak pernah dia menyakitiku apalagi mengucapkan kata-kata keras dan kotor, dia selalu tersenyum dan memelukku bila aku sedang marah. Tapi mengapa aku selalu ragu akan ketulusannya padaku. Masih sering aku membayangkan bagaimana terlukanya aku disakiti oleh 2 orang yang seharusnya mengasihiku, karena apa yang sekarang didapatkan dalam bentuk kesuksesan paling tidak karena motivasi dan pengorbananku atas karir mereka.

Tapi setelah mereka sukses, jangankan untuk membantu, mereka malah menghina dan mengejekku. Masih terasa perih dan nyeri luka ini dan aku ikhlas, tapi pengalaman buruk ini justru membuatku kesulitan untuk menjalin hubungan lagi. Meski pria yang selalu mendampingiku ini baik tapi tetap saja aku merasa ketakutan. Ah sudahlah, toh aku juga tak akan pernah tahu apa yang dikehendakkan Allah padaku. Apa yang akan terjadi terjadilah, aku tak lagi membiarkan hatiku terpaku pada hal-hal yang memberatkanku, ketika aku ingin sendiri ya aku sendiri saja, ketika aku ingin dengan orang lain ya jalan aja.

Pupus perasaan cinta yang pernah kumiliki. Setidaknya kedua pria di masa laluku ini cukup sukses menghancur leburkan hatiku dan ku berharap mereka bahagia. Sahabatku, dari perjalanan gaibku kali ini, meskipun aku tak menyukainya setidaknya aku mengukur diriku dan menjadi introspeksi bahwa, untuk menjadikan diriku seperti sekarang justru harus dihadapkan pada hal-hal yang tidak menyenangkan di masa lalu. Penderitaan, air mata dan luka yang telah membangkitkanku untuk tegar dan memilih jalan hidupku sendiri.

Allah telah berlaku seadil-adilnya padaku, hikmah yang aku ambil adalah aku menjadi berpikir bijak tentang makna sebuah pernikahan dan arti sebuah kesetiaan. Bahwa sebuah pasangan itu tak semestinya hanya mementingkan diri sendiri, tak seharusnya menganggap diri paling berhak dan punya hak.

Kekasih itu adalah komitmen hati untuk mau menerima kelebihan dan kekurangan pasangannya tanpa tendensi apapun. Kekasih seperti belahan jiwa, dia akan datang ketika kita sakit, dia akan mendampingi ketika kita membutuhkan dan kekasih tak akan pernah meninggalkan kita sendiri dalam kegalauan dan kebimbangan.

Selama ini kedua pria yang selalu aku harapkan bisa memberikan balasan atas kasih sayang dan cintaku ternyata hanya menganggapku sebagai perempuan yang akan datang dan memberikan kasihnya tanpa menuntut apapun. Aku berharap semoga kali ini ujian yang aku berikan pada kekasihku yang baru bisa lolos karena bagaimanapun juga aku tetap membutuhkan pendamping yang sama denganku, memahami duniaku dan kehidupanku. Dan kalaulah memang dirinya adalah jodohku maka aku ingin segala urusan diberi kemudahan olehNYA.

Semoga kita semua mampu mengasihi kekasih hati kita dengan tulus dan bertanggung jawab agar kasih dan cinta kita abadi selamanya.

Petunjuk Kebenaran Tuhan Tahun 2010 (September-Oktober) Jilid 1Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang