#18

976 49 0
                                    

           "Mari, kamu mau ikut kita, nggak?"


Terdengar suara Natra menggema. Suaranya yang terdengar sedikit stres layaknya orang yang butuh refreshing
Mampu membuat Mari terbangun. Ah, ya ampun leher belakangnya sakit sekali. Efek samping tidur di sofa. Menguap lalu mengucek mata.

"Ke?" ucap Mari masih dengan mata sayu.

"Taman apartemen." ucap Reckly.

Taman? Ide bagus, sepertinya.

"Boleh," ucap Mari mengangguk.

"Mandi gih! Bau," ucap Reckly tanpa perasaan.

Mari mencium bajunga, lalu menatap Reckly masam. Dia hanya terkikik.

"Malem - malem gini? Ogah. Aku cuci muka sama sikat gigi aja, yah?" ucap Mari lalu beranjak pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamar tidurnya.

Setelah beberapa menit, mungkin tidak bisa dibilang 'beberapa' karna sudah lebih dari 43 menit. Menguncir kuda rambutnya tak lupa juga menjepitkan poninya dengan jepitan ungu kesayangannya. Hanya memakai baju lengan panjang ungu polos dan hotpants. Mendengarkan umpatan Reckly dulu karna Mari kelewat lama lalu turun menuju taman indah dilengkapi ayunan berjumlah 3 yang masing - masingnya dua.

Mari kira hanya mereka bertiga saja, Tapi ternyata dugaannya salah. Kenapa selalu harus ada mereka? Membuat Mari kesal dan dibumbui lagi oleh muka datar Jaemin yang menurutnya sangat menyeramkan. Bisakah Mari tidak bertemu dengannya sehariii saja? Akan Mari lakukan apapun jika Jaemin masih dengan muka datarnya. Jujur, Mari kangen banget.

Jaemin, masih sama dengan muka datarnya, headphone dikepalanya, buku komik ditangannya. Mari yakin dia terpaksa atau mungkin dipaksa kesini.

Mungkinkah Jaemin membuat ruangannya kedap suara? Karna Mari menduga apartemen disamping kamarnya adalah sebuah ruangan yang sama sekali tidak ada tanda - tanda kehidupan. Baiklah jika itu maunya, Mari tidak akan menatap Jaemin dan mengobrol dengannya lagi. Bolehkah jika itu dimulai mulai besok? Hehe.

"Mulutnya kepanjangan, dek. Nggak bakal bisa dibilang manyun," ucap Kak Richard sambil menjepit bibir Mari diantara jari tengah dan jari telunjuknya.

Mari menepis kasar tangan Kak Richard lalu memasang muka masam khas Mari, Kak Richard menatap Mari sengit.

"Tau nih, Kak! Dari di apartemen nyampe sekarang kayak begitu mulu," ucap Reckly.

Ini anak bisanya ngefitnah orang mulu yah? Dari pulang sekolah kan Mari tidur terus, gimana bisa manyun - manyun?

Kak Richard hanya menggeleng - geleng menatap Mari tambah sengit.

"Udah deh, Richard!" ucap Natra.

Mari pernah bertanya pada Natra, kenapa Natra tidak memanggil Kak Richard dengan kata 'Kak'? Katanya ; aku kan pacarnya!

Mari memutar bola mata jika mengingat Natra menjawab seperti itu. Mari yang notabenenya sebagai adiknya saja dijitak jika tidak memanggilnya dengan kata 'Kak'.

"Mari, aku mau ngomong,"

Suara itu, punya Jaemin. Ah, Mari merindukan suara itu. Seseorang tampar Mari, Mari mohon.

Jaemin VS MariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang