#25

967 50 3
                                    

          "LoveJae~"


Ugh.. Suara cewek itu lagi. Mari kesal, kenapa cewek itu selalu datang kekelasnya di saat sebelum masuk, istirahat sampai pulangpun dia datang kekelas Mari. Oh, tentu saja bertemu Jaemin, untuk apa lagi?

"Hey, Rari." ucap Jaemin.

Rarity mengerucutkan bibirnya. Sudah berapa kali cewek itu bilang kalau Jaemin harus memanggilnya dengan Rity atau Ity, biar terkesan imut.

"Kamu lupa ya?" ucap Rarity.

Jaemin tak mendengarnya, sebab dia sedang memakai headset.

"Hmph." gerutu Rarity lalu berjalan mendekati Jaemin.

Jaemin yang merasa seseorang berjalan kearahnyapun mendongak. Dia menatap Rarity bingung, kenapa Rarity memasang muka cemberut seperti itu? Jika itu Mari, Jaemin akan tertawa. Tapi jika Rarity yang cemberut seperti itu, Jaemin ingin memuntahkan isi perutnya. Kenapa membayangkan Mari, Jaemin?!

"What's wrong, Rity?" ucap Jaemin.

Dia baru sadar bahwa dia melakukan kesalahan yang sangat kecil dan akan menjadi sangat besar jika itu berhubungan dengan Rarity.

Rarity tersenyum. Ternyata kekasihnya itu tak melupakan satu hal itu.

"Aw, LoveJae. Itu sangat cute." ucap Rarity tersenyum manja.

Krriieett!!

Bunyi meja besi yang bergesekan dengan lantai. Seketika itu Jaemin dan Rarity menoleh ke asal suara, meja Mari.

"Tolonglah, jangan bermesraan disini. Ini adalah kelas, untuk belajar. Bukan untuk kalian sepasang kekasih yang dapat membut isi perut seseorang keluar, menyebalkan sekali." ucap Mari lalu berjalan keluar kelas, berniat pergi ke perpustakaan.

Menyebalkan sekali. Kenapa mereka harus pacaran disitu sih?! Apakah mereka tidak punya perasaan tidak enakan pada seorang perempuan yang sedang menahan kecemburuannya? Haah.. Oke, Mari akui dia masih sangat menyayangi Jaemin. Bahkan dia sempat berfikir untuk menuliskan surat cinta dan menaruhnya di loker Jaemin. Tapi itu.. Terlihat sangat.. Mari tidak akan melakukannya.

"Heh, gadis cengeng yang ditampar kakaknya sendiri!" teriak Rarity sesaat sebelum Mari melangkah keluar pintu.

Merasa terpanggil-walau dengan panggilan seperti itu, Mari menghentikan langkahnya, tanpa berniat sedikitpun untuk menoleh. Menunggu apa yang akan dikatakan oleh 'nenek kutilan' itu.

"Kalau kamu cemburu, silahkan teriak. 'Hey, Jaemin. Aku cemburu, jangan bermesraan dengan Rarity! Aku tau, Rarity lebih cantik daripada aku, tapi maukah kamu menganggap diriku ada?' begitu lebih baik." ucap Rarity.

"Ity.." ucap Jaemin lembut sambil menggelengkan kepalanya.

"Biarkan saja," ucap Rarity.

Haruskah seperti itu? Jika Mari tidak punya rasa malu, dia sudah mengatakannya sedari tadi. Mengatakan bahwa hatinya seakan terbakar melihat dua sejoli itu, mengatakan bahwa dia merindukan Jaemin yang selalu mengganggunya dan juga merindukan teman - temannya, tapi Mari tau diri. Memangnya dia siapa? Teman? Sudah bukan. Adik Richard? Mari tidak yakin. Kekasih Jaemin? Itu hanya angan - angan saja.

Jaemin VS MariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang