#23

986 53 3
                                    

          Three weeks more than two days later..


"Um.. Mari. Sebaiknya kamu kembali ke apartemenmu.." ucap Ayah setelah meneguk segelas orange juice. Ayah memberi jeda.

Kembali? Are you kidding me?

"..Kak Richard, teman - temanmu dan pacarmu selalu menelfon dan mengirimi pesan pada Ayah. Ayah merasa seakan diteror oleh psikopat."
"Pacar?" tanya Mari.

Ayah mengangguk, lalu tersenyum jahil.

"Dia yang paling sering menelfon Ayah, dia yang paling mengkhawatirkanmu, dia yang paling sedih saat tau kau pergi, dia yang selalu memikirkanmu..." ucap Ayah mendeskripsikan tentang 'dia'.

"...dan dia.. Sangat sayang padamu." sambung Ayah.

Ayah tersenyum seakan berbicara 'kau memilih lelaki yang tepat.'.

"Siapa nama 'dia'?" tanya Mari dengan muka polosnya.

"Siapa yah? Biar Ayah ingat - ingat dulu. Um.. Ja.. Jae.. Apalagi ya.. Ohya, Jaemin."

"Tapi dia bukan pacarku," ucap Mari memberitaukan pada Ayah bahwa faktanya dia bukanlah pacar Mari.

Ayah menatap Mari sebentar. menyilangkan tangannya dan menaruhnya dibelakang lehernya lalu kepalanya bersandar disana.

"Dia bilang, dia telah menyatakan perasaannya padamu. Namun, dua bulan kau menggantungkannya. Lalu, sebelum kau berangkat untuk datang kesini, kau menjawab pernyataannya lewat ponsel. Jadi, apakah itu bukan sebuah ikatan special?" ucap Ayah menaik turunkan alisnya.

"Dia menceritakannya?" tanya Mari.

"Awalnya Ayah yang bertanya, hehe. Ayah tidak bermaksud apa - apa, Ayah hanya penasaran akan kisahmu." ucap Ayah diiringi kekehannya.

"Dia benar - benar menyayang—"

"Ayah! Sudah, jangan membahas itu lagi.." ucap Mari dengan rona merah di kedua pipinya.

O-ow. Kali ini Ibu yang tersenyum jahil, kenapa Ayah dan Ibu suka sekali menggoda anak bungsunya?

"Sudahlah, Ayah. Lihat, Ayah membuat Mari malu." ucap Ibu.

Mari kira Ibu akan membelanya. Nyatanya dia semakin memperdalam tentang hubungannya.

"Aku sudah selesai," ucap Mari.

"Kau mau kemana, Mari?" tanya Ibu.

"Kembali ke villa." ucap Mari lalu beranjak pergi.

Setelah sampai di villa, Maripun mengambil handphonenya lalu menelfon Jaemin.

"Hai!"

"Um.. Halo."

"Ada apa? Tumben sekali."

"Kenapa kamu menceritakannya?"

"Men.. Ceritakan?"

"Kenapa kamu bilang pada Ayah bahwa kamu pacarku? Kamu bukan pacarku!"

Jaemin VS MariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang