"Hai," ucap Jaemin.
Mari yang sedang memotong pizza mininya itu langsung mengangkat kepalanya saat mendengar suara cowok itu."Kamu.." geram Mari.
Bagaimana ia tidak kesal? Dari pulang sekolah dia ngikutin Mari mulu. Mari sampai memakai sweater panjangnya yang baru, syal dilehernya, topi hingga kacamata agar Jaemin tak melihatnya. Tapi kenapa Jaemin bisa sampai di Branly's cafe sih?
Jaemin menarik kursi yang ada di depan Mari dan duduk disitu.
"Kamu koq sendirian? Kan kamu tau, kalau aku ngeliat kamu selalu sendirian itu bisa nyakitin hati aku, kenapa bandel banget sih?" ucap Jaemin.
Apaan? Memangnya Jaemin siapanya Mari? Kenapa ngurus Mari? Kenapa ganggu Mari?
"Dan.. Kamu kan tau, kamu bukan siapa - siapa dihidup aku. Temen? Itu saja aku tidak yakin, karna aku.. Tidak pernah punya teman." ucap Mari melahap pizzanya.
Jaemin mengepalkan tangannya.
"Bukan siapa - siapa? Haah.." ucap Jaemin, dia memajukan wajahnya. "Yakin?" sambungnya.
Mari malu - malu kucing, pipinya merona, Mari pengen tampar Jaemin tapi Mari masih ingin melihat mata yang berbinar itu. Ugh, kenapa wajah Jaemin sedekat ini sih?
"Kamu apa - apaan sih! Sana jauh - jauh!" teriak Mari.
Sontak Jaemin memundurkan mukanya. Dia tersenyum, lihat kan? Rencananya untuk membuat Mari malu dengan mendekatkan wajahnya itu nggak pernah nggak berhasil.
"Ayo bilang aku teman kamu." ucap Jaemin.
"Nggak! Aku mau pulang!" teriak Mari.
Dia mengambil tasnya lalu berjalan pergi sebelum tangan Jaemin mencegahnya lagi. Tunggu, apa? Maksudnya.. Jaemin tak menahannya? Kenapa?
"Kamu ngapain berhenti? Gak mau keluar?" ucap Jaemin terkekeh.
Mari yang baru sadar bahwa dia diam berniat menunggu tangan Jaemin menghentikannyapun menghentakkan kakinya, berjalan keluar cafe dengan perasaan malu dan kesal. Bisa - bisanya dia bertingkah konyol seperti itu, kemana akal sehatnya? Dia benar - benar harus menjauhi Jaemin! Pokoknya harus!
"Hh.. Lucu sekali." gumam Jaemin.
Cowok itu bangkit dan membayar tagihan pizza yang Mari makan, sungguh, dia merasa kasihan dengan pelayan yang tadi Mari marahi karna menghalangi jalannya. Walau pelayan itu hanya mau menagih bayaran pizza nya. Jaemin berjalan keluar dan memperhatikan Mari yang sedang duduk diam di halte, dilihatnya Mari mengeluarkan smartphonenya. Mari tersenyum. Apa yang ada di smartphonenya? Hingga dia bisa tersenyum manis seperti itu? Jaemin berjalan dengan cepat mendekati halte, penasaran apa yang dilihat Mari.
"Siapa ini?" tanya Jaemin setelah merampas paksa smartphone Mari.
Mari menatap Jaemin sebal, dia mengambil kerikil kecil beruncing tajam yang ada didekat sepatunya, lalu melemparnya ke kepala Jaemin. Tepat sasaran.
"Aw! Apa sih?!" ringis Jaemin.
"Kamu tuh yang apa sih! Rasain! Balikin sini smartphone aku." ucap Mari menatap sinis Jaemin.
"Nggak sebelum kamu bilang ini siapa." ucap Jaemin bersikeras.
"Itu.. Itu.. Ya.. Manusialah! Sini ah, balikin." ucap Mari.
Dua - duanya nggak mau kalah dan dua - duanya keras kepala dan itu bikin susah mereka buat nyelesain satu perkara itu aja.
"Pacar baru kamu ya?" tanya Jaemin dengan muka datar.
"Nggak! Itu cuma temen aku." ucap Mari.
"Hm.. Seharian ini kamu nggak keliatan ternyata kamu kencan sama dia ya? Kamu sok - sokan jauhin kami tapi kamu jalan - jalan sama dia? Kamu dingin sama kami tapi kamu hangat sama dia." ucap Jaemin sinis.
Kalau boleh jujur, cowok itu cemburu. Dia nggak bisa mengatakannya, takut nanti Mari akan bilang bahwa dia bukan siapa - siapa dihidupnya. Kenapa cowok dekil ini yang ngeliat senyum Mari? Kenapa senyum Mari buat dia? Nggak adil. Mari kan suka sama Jaemin, kenapa cowok itu dapet senyum Mari?
"Kamu gak usah ikut campur dan balikin smartphone aku." ucap Mari tegas.
Jaemin menatap Mari lekat. Oh, gadis itu sudah benar - benar kesal rupanya.
"Nih, aku jijik liat muka cowok itu" ucap Jaemin lalu memasang wajah jijiknya.
"Nggak nyadar sama wajahnya sendiri. Aku lebih milih ngeliat muka dia ketimbang ngeliat muka kamu," ucap Mari lalu berjalan melewati Jaemin.
"Kamu mau kemana?" tanya Jaemin.
"Aku mau pulang," ucap Mari.
"Koq nggak duduk diem disini? Kamu nggak mau naik busway?" tanya Jaemin.
"Nggak, disitu ada kamu. Aku jalan kaki aja." ucap Mari lalu berjalan meninggalkan Jaemin.
Jaemin hanya menatap punggung Mari yang sudah jauh, duduk sendirian di halte menunggu busway. Namun sekarang sepertinya nggak sendirian.
"Kau kenal Mari?"
Suara berat cowok sedikit mengejutkan Jaemin, Jaemin menoleh dan mendapati seorang cowok dengan headset di lehernya. Persis dengan yang ada di smartphone Mari.
"Iya." ucap Jaemin singkat.
Jaemin memasang wajah cool nya. Mencoba terlihat keren didepan cowok tengil yang bisa kencan berdua sama Mari.
"Salam kenal, aku Eron." ucapnya dengan senyum manis, Eron menjulurkan tangannya berniat untuk bersalaman.
"Kau siapanya Mari?" tanya Jaemin tak memperdulikan juluran tangan Eron.
"Apa?" tanya Eron.
"Kau siapanya Mari? Sekali lagi membuat aku mengulangi pertanyaan yang sama kuhajar kau." ucap Jaemin.
"Oh, maaf. Aku temannya." ucap Eron.
"Oh, begitu. Aku pacarnya." ucap Jaemin.
"Tapi sepertinya Mari tidak punya pacar, dia tak pernah memberi tahuku." ucap Eron.
"Yah, kami baru jadian tadi. Mari lamgsung berlari pulang karna malu." ucap Jaemin tersenyum miring.
"Tapi, sedari tadi sebenarnya aku menguping pembicaraan kalian. Dan kau nggak ngomong apapun." ucap Eron dan kali ini dia tersenyum miring.
Tubuh Jaemin seakan jadi batu. Apa katanya? Dia menguping? Kurang ajar. Kenapa dia bisa kalah dari cowok tengil ini, tak masuk akal jika dia terkalahkan.
"Kurang ajar." geram Jaemin.
"Oh, tunggu dulu. Aku tau kau suka pada Mari. Dan sebenarnya aku kesini hanya mau bertemu Mari untuk terakhir kalinya karna aku akan kembali ke Brazil, aku ingin berpamitan dengannya." ucap Eron.
"Terus?" ucap Jaemin singkat.
Mood nya sudah sangat buruk, dia bisa saja menghajar Eron sekarang juga. Tak tahan dengan sikap sok keramahannya itu.
"Tolong beritaukan ini ke Mari ya? Usahakan agar dia mempercayainya. Karna dia sedang bersikap dingin pada kalian bukan?" ucap Eron lalu masuk ke dalam mobil yang ada di depannya.
Ah, Jaemin benar - benar kesal sekarang. Cowok itu meremehkannya, jika Eron bukan orang yang sudah menemani kesepian Mari dia pasti sudah menghajarnya. Tapi kenapa dia sangat kesal? Tepatnya dia tidak kesal, dia cuma cemburu yang sudah kelewat batas.
"Brengsek." geram Jaemin.
~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~*~
Vote dan comment nya :)
Makasi <3
KAMU SEDANG MEMBACA
Jaemin VS Mari
Teen FictionINSPIRED by Orange Marmalade. highest rank; #14 - webtoon.