Chapter 1: A Weird Dream As Usual

1.4K 48 3
                                    

Author's note: 

Gambar cewek di atas adalah sosok karakter utama dalam cerita ini. Anggap aja itu sebagai diri kalian alias (Y/N).

Sekian. Selamat berimajinasi, semua! 

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

2016

Namaku adalah Mersie Salenda (Mərsi: Sɑlɛndɑ). Aku adalah orang asli Inggris, karena aku pun lahir di negara ini, lebih tepatnya di Bedfordshire dan akhirnya dibesarkan di kota London.

 Aku adalah orang asli Inggris, karena aku pun lahir di negara ini, lebih tepatnya di Bedfordshire dan akhirnya dibesarkan di kota London

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku seseorang berdarah-campur banyak ras

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku seseorang berdarah-campur banyak ras. Mama berketurunan darah orang Yahudi dan Perancis, sedangkan papa asli orang Inggris, tapi ia berketurunan Belanda. Ciri khas wajah orang Eropa telah bersatu lengkap dalam DNA orang tuaku. Wajah kedua orang tuaku tak kalah menawan bagaikan para pewaris mahkota kerajaan. Dapatkah kalian bisa membayangkan seperti apakah rupa wajahku ini?

Orang-orang yang sangat dekat padaku terbiasa memanggilku Mers, tetapi bagi yang kurang akrab hanya akan tetap memanggilku Mersie. Aku agak menyesal ketika mama memutuskan untuk menamaiku 'Mersie', karena sebutanku sebagai 'Mers' itu ternyata sama dengan virus MERS yang ramai dibicarakan pada tahun 2015 lalu. Mamaku juga tidak menyangka bahwa sebuah kata 'Mers' juga dapat terpakai dalam dunia biologi sebagai istilah penyakit 🙃. Aku pun harus menerima takdir dari namaku ini. Semoga saja virus itu tidak akan sama sekali merenggut aku seperti halnya sebuah virus khayalan bernama 'Flare' dalam novel The Maze Runner 🤓 Oke, aku sudah terlalu berimajinasi tinggi. Maaf.

Mama papa menganggapku seorang gadis yang aneh, karena setiap kali kubangun tidur, aku akan kayang. Aku tahu bahwa sebagian dari kalian mungkin akan menganggapku aneh. Walaupun begitu, aku ini tetap berperilaku sebagai manusia biasa di sekolah. Jadi, tidak ada yang terlalu aneh dalam diriku, hanya kebiasaan bangun pagiku saja yang terlihat kurang lazim bagi kalian.

"Good morning, mom and dad!"  sapaku sambil melambaikan tangan kepada kedua orangtuaku yang sedang mengoles lembaran roti tawar dengan selai kacang di meja makan.

"Gimana dengan tidurmu? Kamu mimpi aneh apa kali ini?" tanya papa.

Aku menarik pintu kulkas dan memerhatikan isi kulkas. "Ada deh," jawabku dengan singkat dan yang memicu rasa penasaran sambil menampilkan senyuman iseng. 

"Kenapa tidak memberitahu kami, huh?" tanya mama.

"Kalian kepo sekali! Baiklah. Karena kalian penasaran seperti ini, maka akan kuceritakan," selagi diriku sibuk mengambil sekotak yogurt dan es krim dari kulkas ke meja makan serta menyiapkan sendok. Lalu, aku siap menceritakan mereka berdua sambil menyendok es krim, "Hmm, gini... dalam mimpi Mersie, aku dipertemukan dengan seorang cowok berwajah tampan dengan rambut berwarna cokelat terang. Dia berjalan menghampiriku yang sedang duduk sendirian di kursi taman dengan membawa sebuah kotak kecil berbentuk hati. Cowok ini berpakaian sangat rapi layaknya ingin menghadiri sebuah pesta dengan memakai kemeja berwarna merah marun dilapisi jas hitam dan celana bahan panjang yang berwarna sepadan dengan jas tersebut. Tak hanya jas dan celana, sepatunya hitam mengkilat. Aku terpaku diam melihatnya yang semakin mendekatiku sambil berusaha untuk tidak terlihat gugup saat itu. Lalu, ia menyampaikan sebuah permintaan khusus untuk Mersie, yaitu melakukan kayang selama yang aku bisa dengan rambut dikuncir tinggi. Bahkan, ia memberikan dua karet rambut kepada Mersie sebelum aku langsung kayang. Maka, aku langsung melakukan apa yang sesuai dengan permintaannya. Setelah itu...," aku membuat jeda sebentar untuk membuka yogurt.

"Kemudian?" papa terdengar menantikan kelanjutan cerita mimpiku.

"Mmm," aku spontan bereaksi saat mencicipi rasa buah persik dari yogurt itu. 

"Udah deh, bentar lagi dia lupa karena keasikan nyantap makanan," ujar papa.  

"Oh iya, maaf, pa. Oke nih, Mersie lanjutin," aku mendehamkan tenggorokan, "Lalu, dia berkata kepadaku, 'tetap diam di sini.' Ternyata, dia memetik sekuntum bunga yang ada di taman dan memberikannya kepadaku." 

"Awww," mama dan papa memberikan reaksi serentak.

"Kemudian, dia menyentuh lembut kedua lengan Mersie. Aku tidak dapat berkata-kata karena aku merasa gugup, ditambah tiba-tiba dia mencium pipi kananku. Begitu kami kembali bertatapan, senyumannya manis sekali," aku tanpa sadar turut tersenyum seketika membayangkan mimpi tersebut. 

"Sembarangan saja dia menciummu begitu," ungkap papa agak kesal. 

"Ingatlah, sayang, kamu tidak berada dalam mimpinya," mama menanggapi papa dengan kalem. 

"Iya, papa tahu," respon singkat papa terhadap mama. "Makanya, selamat, Mersie, kamu beruntung."  

"Memang betul, papa. Tak hanya itu, ia bahkan mengelus sebelah pipi yang telah dia cium. Dia menggodaku dengan berkata, 'Look, you're blushing'.  Aku tertawa kecil bercampur malu di hadapannya, tidak sadar menutupi wajahku sendiri dengan tangan kananku. Kemudian, dia memperlihatkan sebuah kalung lumba-lumba di dalam kotak hati tadi dan memasangkannya ke leherku. 'Itu untuk kamu! Simpan kalung ini baik-baik. Jangan sampai kamu menghilangkannya, karena itu adalah tanda bahwa aku menunggumu untuk datang.' Demikianlah pesannya kepadaku. Sayangnya, ia tiba-tiba langsung menghilang dariku seusai aku mengamati kalung itu sejenak. Kotak hadiah tersebut tergeletak di kursi taman. Aku mengambilnya dan merasa tergerak membukanya walau kutahu di dalamnya hanyalah kosong. Namun sebaliknya, aku terkejut ketika menemukan secarik kertas bertuliskan: 'I'm so glad we meet again, pretty. Don't you ever forget about me! To me, you're a sweet memory. Love, TBS.' Begitulah akhir cerita dari mimpiku."

"Sebuah mimpi yang berakhir dengan keromantisan misteri," ujar papa menyimpulkan.

"Itu bisa saja adalah suatu petunjuk untukmu, Mersie," ucap mama.

"Ah, memangnya petunjuk seperti apa, Ma? Mimpi itu sih tampak nyata, tapi itu kan hanya mimpi belaka. Aku tidak mau berkhayal tinggi di pagi hari. Peluangnya tentu sedikit untuk memberikan bayangan kenyataan di masa depan. Lebih baik, Mersie segera mempersiapkan diri untuk ke sekolah," ucapku dalam mengakhiri percakapan dengan langsung menuju ke kamar mandi.

---------------------------------------------------------

Author's note:

Bagaimana menurut kalian untuk bab pertama cerita ini? Komen pendapat kalian ya di bawah!

Apa yang akan terjadi selanjutnya pada Mersie, ya? Baca terus bab selanjutnya!

Gue mau ucapin terima kasih kepada para pembaca yang udah meluangkan waktunya untuk membaca cerita fanfic ini. Pesan gue ke kalian adalah jangan berhenti baca sampai di sini aja ya! Gas terus. Bye! 

Love,

Nelly P.

Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang