Chapter 23 : Her Reason

106 5 0
                                    

Author's note: karakter Caroline di sini diperankan oleh Sophie Turner, aktris di Game of Thrones dan di X-Men: Apocalypse. 

Enjoy reading! 😇
--------------------------------------

Mersie's PoV:

"Oke, saya beri kalian waktu sekitar 2 minggu untuk melakukan tugas pengamatan kelompok ini. Hasil pengamatan ditulis dalam bentuk laporan. Saya memberi kalian kebebasan dalam memilih topik pengamatan. Jikalau ada yang terlambat dari tenggat waktu pengumpulan tugas, maka nilainya akan saya minus 5, mengerti? Oh ya, dilarang untuk mencuri karya pengamatan orang lain dari internet! Buatlah pengamatan yang orisinil versi kalian sendiri," ucap Ms Agnes.

"Baik, Miss," seluruh murid serempak menjawab.

"Kelas bubar," Ms Agnes langsung keluar kelas meninggalkan kami.

Kami semua segera membereskan alat tulis dan buku tulis untuk berpindah ke kelas berikutnya yaitu ke kelas bahasa Latin.

"Semoga berhasil ya, Mers," Zoey menempatkan tangannya di bahuku.

Aku hanya mengangguk dengan wajah setengah tidak penuh yakin. Kali ini, Ms Agnes menyatukanku dan Thomas dalam satu kelompok. Ini bukanlah akhir yang buruk, bukan? Maksudku, aku dapat berbicara muka ke muka dengan Thomas, tapi karena dia tiba-tiba bersikap sungguh beda padaku, jadi aku harus berani menampakkan diri di hadapannya.

Bagaimana jika dia ...

Ah, aku tidak boleh berpikiran negatif. Ia pasti bisa diajak bicara. Ia tidak akan menolak. Secepatnya, aku pun harus siap.

"Mersie," aku dihampiri oleh Caroline, si ketua kelas yang merupakan murid terpintar di kelasku dan kebetulan kami sekelompok.

"Ya?" tanggapku.

"Nanti sepulang sekolah, kita kumpul bareng sama yang lain untuk diskusiin apa yang mau kita amati, oke? Lu bisa, kan?" ia menanyakan kesediaanku.

"Oh, bisa kok. Gue selalu bisa kapanpun yang dikehendaki oleh tim kita, termasuk dari perintah lu juga," ia tersenyum mendengar jawabanku.

"Oke deh kalau gitu. Gue tinggal duluan ya, Mers dan Zoey," pamitnya.

"Yoi," aku dan Zoey menanggapinya dengan kompak.

"Kita gak kelamaan apa di sini? Nanti Mr Connor, guru bahasa Latin kita yang tercinta, nyari-nyari kita lho," Carave mengingatkan kami bahwa waktunya belum sama sekali istirahat, tetapi masih terhitung pergantian kelas.

"Kita nyusul aja deh," Zoey memberitahunya.

"Beneran nih gak mau bareng? Lu mau kita tinggalin aja?" tanya Carave setengah ragu.

"Iya, gak apa-apa kok," aku bantu menjawa.

"Oh, ya udah kalau gitu. Yuk, Emma dan Evanna," Carave mengajak mereka untuk pergi bersama-sama duluan.

Aku berdiri dari tempat duduk dan menyanggahkan tas di bahu. Kemudian, aku dan Zoey melangkah ke luar kelas.

"Gue harus menunggu lama sampai sepulang sekolah," aku memulai percakapan dengannya.

"Lu bisa ajak ngomong Thomas pas istirahat kok, Mers."

"Ih, enggak ah. Waktunya kurang tepat gitu kalau di jam istirahat. Lagipula, gue dan Thomas sekalian berkumpul juga untuk diskusi tugas kelompok biologi."

"Yang mana baiknya aja deh sesuai berdasarkan keputusan lu, Mers," ia memberikanku hak kebebasan untuk memilih.

Dengan mencurahkan isi hatiku pada sosok sahabat, setidaknya telah meringankan kegelisahan yang ada di hatiku. Sahabat-sahabatku begitu mengetahuiku dan aku sangat beruntung untuk memiliki mereka, yang selama ini selalu berada di sisiku.

Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang