Chapter 31: You're Happy

136 7 0
                                    

Author's note: 

Kalian boleh banget untuk baca bab di bawah ini sambil dengerin pilihan musik dari gue di atas yang udah sesuaikan dengan atmosfer ceritanya. Itu gak bakal udah selesai duluan di pertengahan jalan kalian baca cerita, soalnya gue cari yang one-hour loop lol. Jadi gak bakal ganggu fokus kalian. Perhatian kan gue? ;) Ya udah kalau gitu, selamat membaca ya! 

---------------------------------------

Caroline's PoV:

Aku sedang mempersiapkan segala sesuatunya untuk olimpiade sains se-Britania Raya yang akan diselenggarakan sekitar dua minggu lagi. Diriku berkutat di depan buku soal latihan fisika sambil menyuapkan puding cokelat ke dalam mulutku di malam hari seperti ini untuk membuatku lebih relaks dalam menjalani sesi belajar di rumah.

LINE.

Aku hendak membuka lembar halaman selanjutnya ketika ada sebuah notifikasi pesan masuk dari LINE. Karena waktu penyelenggaraan olimpiade yang aku ikutsertakan ini tergolong sudah cukup dekat, maka aku tidak bermain-main dan harus fokus. Namun ternyata, smartphone-ku kembali membunyikan notifikasi pesan masuk dari LINE untuk kedua kalinya, bahkan hingga yang ketiga kalinya.

Akhirnya, langkah selanjutnya yang kupilih, yaitu mengambil smartphone tersebut dan segera membuka aplikasi LINE hanya untuk memeriksa pesan masuk dari siapakah yang telah terkirim.


>>Thomas Brodie-Sangster


Hey! Halo, Caroline[19.08]


Lu lagi belajar ya? Gue ganggu gak nih? [19.10]


Keluar dari kamar sekarang dan lihat ke bawah dong! [19.12]


Aku sedikit mengernyitkan dahiku seketika membaca teks darinya tersebut.

Apa sih maunya cowok ini?

Kulakukan hal yang sesuai dengan permintaan anak cowok tersebut. Ketika aku tepat berdiri di atas balkon, betapa terkejutnya diriku bahwa Thomas benar-benar berada di bawah sana dan memperlihatkan sebuket bunga mawar merah sambil memamerkan senyumannya.

B-bunga mawar? Pertanyaan terpentingnya adalah 'untuk siapa'?

"Kenapa lu datang ke rumah gue?" tanyaku setengah berteriak.

"Iya nih, mau datang aja. Emangnya gak boleh berkunjung ya buat lihat wajah lu paling enggak sebentar aja?" ia mengutarakan sebuah pernyataan jujur dengan diiringi senyuman kecil.

'Mengapa hari ini dia tersenyum banyak sih?'  aku bertanya-tanya tentang dirinya dalam hatiku.

"Boleh kok. Enggak ada yang larang lu juga," ujarku.

"Turun ke bawah dong buat temuin gue sekarang," rayunya.

"Dari tadi, permintaan lu kedengarannya begitu melulu. Oke, yang sabar ya," balasku.

Ia menggangguk cepat. Untung saja, pada jam segini, kedua orang tuaku belum sampai di rumah dan paling tidak masih terjebak dalam arus perjalanan macet arah pulang dari kantor mereka, sehingga aku bisa bebas menemui Thomas yang menyempatkan diri untuk singgah sebentar ke sini dan telah menunggu bertepatan di area luar rumah, walau ia mendadak sekali datang kepadaku.

Seketika aku sudah turun dari lantai atas, lantas aku pun segera menghampirinya.

"Ada apa, Thom? Wah, kok lu bawa bunga segala sih?" tanyaku penasaran. Anehnya, ia tidak menjawabku. Ia hanya diam dan memerhatikan bunga yang dipegangnya. "Jangan bilang ke gue kalau lu berencana untuk mengungkapkan perasaan lu ke orang spesial di malam ini, ya?" bicaraku yang mengusahakan diriku agar tetap terdengar santai sebisa mungkin di hadapannya.

Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang