Author's note: Bab ini terdapat banyak kata-kata kasar nih. Kalau kalian kurang nyaman sama kata-kata semacam kayak gitu, bab ini sepertinya dapat di-skip, tapi ya kali diskip sih 😂😂 Sayang banget, adegan-adegan ceritanya banyak yang bagus. Yowes silakan dibaca aja ya, teman 🤗
----------------------------------------------------Caroline's PoV:
"This is Caroline Lerina speaking," aku menunggu tanggapan dari penelepon.
"Hello. This is Thomas speaking," penelepon ini menjawab dengan nada menyeramkan seperti seorang peneror.
Hell no! Panggilan ini harus dimatikan!
Aku telah berkompromi dengan diriku sebelumnya bahwa aku tidak mau berhubungan lagi dengan lelaki ini atas hal apapun, baik yang berkaitan dengan segala pembahasan rencana niat buruknya lebih lanjut dalam melibatkan Mersie agar menjadi semakin tersakiti oleh itu.
NIT. NIT. NIT.
Aku mengakhiri panggilannya secepat mungkin.
'Dari mana coba dia dapat nomor gue?!' ujarku dalam protes terhadap diri sendiri.
TING.
Unknown number (+4420 77442 1287):
Percuma aja lu matiin telepon tadi. Luck came to me. Therefore, I can have your number before you know it firsthand! Akhirnya, gue bisa tambah leluasa mengatur-atur hidup lu sesuka gue sekarang hahaha. Sampai ketemuan besok di sekolah, Carol. (Sent at 18.48)
Pesan masuk yang terkirim ke smartphone-ku ini bernomorkan sama dengan yang meneleponku tadi. Pesan ini pasti tidak salah lagi dari Thomas!
Sialan dia! Dia pikir dia bisa ngatur-ngatur gue, huh?! Gue ini bukanlah wanita bernyali kecil seperti yang dia kira. Lihat aja, sebaliknya, gue yang akan atur-atur dia!
***
Carave's PoV:
Jam sudah menunjukkan pukul tengah malam dan smartphone-ku tiba-tiba berdering, menandakan bahwa ada seseorang yang sedang berusaha menghubungiku. Rupanya, panggilan masuk itu berasal dari salah seorang sahabatku. Meskipun diriku sudah merasa lelah, aku bersedia menahan rasa kantuk yang cukup kuat ini demi mengangkat panggilan yang masih berdering.
"Ada apa, Zoey? Kenapa di tengah malam kayak gini lu sempat-sempatnya menelepon gue? Ada apa yang perlu diomongin? Harus banget sekarang?" bicaraku yang setelah itu disertai dengan menguap lebar.
"Gue mau cerita ke lu. Ini tuh penting!"
"Emang gak bisa besok aja gitu curhat di sekolah biar sekalian yang lain juga bisa sama-sama tahu?" aku berusaha menawarkan kesempatan di lain waktu padanya.
"Car, gue enggak akan melakukan hal kayak gini jikalau bukan ada sangkut pautnya sama sahabat tercinta kita, si Mersie!"
"Mersie?" mataku sesaat tak lagi mengantuk dan kini mampu menyimak percakapan yang sedang berlangsung ini, "Emang ada apa yang sebenarnya terjadi sama dia? Cepetan kasih tahu gue sekarang juga!" kini giliran akulah yang malah memaksanya untuk segera membicarakan hal urgensi ini.
"Jadi gini, gue ingin menyusun sebuah rencana buat besok. Nah, lu mau ikut terlibat enggak sama gue dan yang lainnya dalam rencana ini? Evanna dan Emma udah oke nih. Sekarang tinggal lu doang."
"Rencana apaan dulu nih?" tanyaku penasaran.
"Yang pasti, yang besok akan kita lakukan itu sebagai tindakan untuk membela teman kita, Mersie," ungkapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]
FanfictionOld Title: '(Senior) High School Season of This Age (SHSSOTA)' Yes, this is a rewrite and a come-back! Mengisahkan cerita seorang gadis remaja yang duduk di bangku SMA di UK tentang keanehan mimpinya. Apakah itu merupakan sebuah petunjuk atau bukan...