Mersie's PoV:
Ketika aku terlantar di jalanan dalam kepatahan hati, aku hanya teringat pada Zoey yang menjadi satu-satunya orang yang dapat kutuju saat itu. Dalam perjalananku ke rumahnya, hujan berhasil mengguyuri kota London dan aku. Tidak ada waktu dan tempat bagiku untuk berteduh. Aku tetap terus berjalan sambil membiarkan air mata mengaliri ke pipiku tanpa perlu mengeluarkan tangisan keras. Aku berterima kasih pada hujan yang turun tepat di saat aku sedang menangis, karena air mataku pun dapat sepenuhnya tersamarkan. Banyak orang yang berlalu-lalang di jalan dengan payung dan terkejut melihatku yang memilih lanjut berjalan dengan tangan kosong.
Aku telah menangis sepuas-puasnya. Dan akhirnya, hatiku pun lega dari kesesakan. Kini, aku keluar dari kamar mandi milik Zoey. Aku benar-benar berterima kasih padanya yang sungguh perhatian terhadapku. Dia adalah sahabat sejati.
"Zoey, lu di mana?" aku memanggilnya.
"Sini Mers ke dapur!" teriaknya memberitahuku keberadaannya.
Kupercepatkan langkahku menuju dapurnya. Ternyata, ia memang benar ada di sana.
"Lu lagi masak?" tanyaku yang memerhatikannya sedang mengaduk-aduk sebuah masakan entah apa di dalam panci kecil.
"Enggak, Mers. Gue lagi bikin ramuan Liquid Luck. Emangnya cuman Profesor Slughorn doang yang jago bikin ramuan? Gue juga bisa buktiin ke lu kalau gue juga berbakat," candaannya membuatku tertawa.
"Oh ya? Dapat resepnya dari mana?" aku meladeni leluconnya.
"Dari buku 'Advanced Potion Making' milik Pangeran Berdarah Campuran, Profesor Snape," ia menyengir.
Zoey sudah terlampaui membaca lengkap delapan seri cerita fantasi karya J.K. Rowling berjudulkan Harry Potter. Ia sungguh cinta akan cerita fantasi tersebut hingga ia seperti ingin hidup di dalamnya.
"Kalau gitu, gue mau lihat dong seperti apa hasil ramuannya," senyumku melebar dan aku melangkah mendekat ke kompor untuk melihat apa yang sedang dimasaknya, "Liquid luck of soup?" aku mengangkat sebelah alisku.
Ia menganggukkan kepalanya, tetapi sempat membenarkan perkataanku juga, "More likely to be liquid luck of a chicken soup."
Hidungku mencium aroma sup buatan Zoey tersebut dan aku pun berkata, "Wah, kalau aromanya begini, berarti rasa supnya benar-benar lezat nih. Gue mau dong! Kebetulan perut gue keroncongan. Boleh dong kan numpang makan di rumah sahabat?" godaku.
"Ya tentu, bolehlah! Mana mungkin kagak. Peralatan makannya juga udah gue atur di meja makan, jadi lu tinggal duduk aja ya, Mers."
Aku menuruti perkataannya, maka aku segera berjalan menuju ke meja makan. Kulihat bahwa ia sungguh telah menyiapkan satu teko penuh dengan air putih, segelas susu segar, dan secangkir teh manis di atas meja. Aku menarik kursi dan duduk seperti yang dia perintahkan. Yang dapat kulakukan adalah memerhatikannya dari sini dimulai dari hal mematikan kompor, menuangkan sup ke sebuah mangkok berukuran sedang, hingga ia memindahkannya ke meja makan. Aku sudah tidak sabar untuk menyantap makanan, sehingga aku pun mulai menyendokkan sup ke piring. Zoey duduk di sampingku untuk bergabung makan denganku.
"Jangan lupa ini harus dihabisin ya, Mers," ia berpesan dengan menunjuk pada secangkir teh manis yang ternyata sudah disiapkannya untukku.
"Makasih ya, Zoey," aku memuji kebaikan gadis itu.
Maka, aku bergerak mengambil cangkir tersebut dan menyesap teh hangat bikinannya. Lalu, kami berdua makan bersama. Pada akhirnya, aku menceritakan ke Zoey apa yang terjadi dalam pertemuanku dengan kelompok biologi setelah kami usai menyantap makanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]
FanficOld Title: '(Senior) High School Season of This Age (SHSSOTA)' Yes, this is a rewrite and a come-back! Mengisahkan cerita seorang gadis remaja yang duduk di bangku SMA di UK tentang keanehan mimpinya. Apakah itu merupakan sebuah petunjuk atau bukan...