Chapter 6: The Narrow World

331 18 0
                                    

Thomas PoV:

Lagi-lagi, aku bertemu dengan salah satu gadis tergalak di kelasku yakni Mersie di sebuah kedai kopi yang letaknya tidak lumayan jauh dari tempat tinggalku. Niatku datang ke tempat ini hanya karena diriku sangat menginginkan Libbylou,  salah satu minuman kopi kesukaanku. Seharusnya, aku menikmati pemandangan di sekitar daerah ini sambil berduduk-duduk santai dari dalam ruangan, tetapi entahlah suasana hatiku sedang tidak dalam keadaan baik, sehingga aku hanya berencana memesannya untuk langsung dibawa pulang saja

Namun ketika kuarahkan pandanganku ke sekeliling ruangan, kulihat wajah seorang cewek yang familiar dari sekolah baruku. Gadis ini masih belum mengganti pakaian seragam kami. Aku pun segera mengurungkan keinginanku sebelumnya dengan ikut bergabung dengannya yang duduk sendirian di sudut ruangan.

Pikiranku sepintas mengingatkan diriku akan perbuatan isengku terhadapnya tadi.  Aku bertekad untuk menebus kesalahanku dengan mentraktir dirinya sebuah minuman. Namun karena tak tahu harus membelikannya apa, aku bertanya pendapat dengan Dylan dari kiriman obrolan kami dan balasannya adalah untuk menyajikan minuman yang hangat dengan harapan mampu menghangatkan kembali suasana hati si cewek agar sudi berbaikan denganku.

Kuterima baik sarannya. Pilihan terbaik yang terlintas di benakku saat itu hanyalah air hangat selagi aku tak mempunyai wawasan akan minuman kopi yang kira-kira disukainya. Logikaku bermain bahwa setiap orang meminum kopi, terkadang menyebabkan tenggorokan kita menjadi jauh lebih kering dan pengecapan lidah akan terasa lebih masam sehingga air hangat akan lebih membantu. Jadi, daripada membuatnya marah lagi denganku karena memesan minuman yang kurang sesuai dengan seleranya, maka sebaiknya aku menyajikan sesuatu yang mengamankan posisiku agar tidak dibenci lagi olehnya. 

Namun tampaknya, aku membuatnya terkejut kesekian kalinya karena tak sengaja mengarahkan gelas tersebut ke sikunya. Ia pasti turut merasakan daya hantar panasnya walau hanya sesaat. Yang mampu kuucapkan dari mulutku hanyalah 'Free for you, Little Miss.'  Ia mengusap-usap sikunya, lalu memasang ekspresi wajah terkejut bercampur bingung saat menemukan segelas kaca penuh dengan air hangat di sampingnya. Sayang sekali, aku tak mampu membaca apa yang ada di pikirannya. Betapa diriku sangat berharap akan hal tersebut, karena kurasa itu dapat membantuku untuk mengetahui pemikiran para gadis setiap kali aku berada di dekat mereka. 

Mungkin saja, ia sedang menebak-nebak siapakah cowok yang baru saja bersuara padanya. Aku juga kepikiran, adakah dia mengenali suaraku? Walau terlihat sedikit ragu-ragu untuk menolehkan wajahnya ke belakang, tapi akhirnya ia melakukan hal tersebut.

"Thomas?? You're working here?"  sepasang matanya menatapku dalam-dalam saat mendapati kehadiranku di tempat ini.

"No, I'm not. I'm a full-time student. I don't do a part-time job,"  tanggapku menjelaskan.

"Kok kenapa bisa lu di sini? Lu ngikutin gue ya sedari sepulang sekolah, kan?"

"Ya ampun, Mers. I swear I didn't stalk you!  Gue aja baru pertama kali ke tempat ini karena berada lumayan dekat dari lokasi rumah gue, ditambah dengan tujuan jelas untuk pesan minuman kopi. Nih, gak liat apa ada secangkir kopi di tangan gue juga."

"OH," hanya itulah jawaban singkat darinya. Ia sama sekali tidak mengajakku untuk duduk bersama-sama dengannya dan kembali menyesap kopinya dengan kesan cuek.

"Eh, gimana sih, masa gue gak disuruh duduk?"

"Ya udah, tinggal duduk aja. Tarik sendiri kursinya, bisa kan? Soalnya, gue bukan pelayan di sini buat manjain lu," tanggapnya sungguh sinis.

Aku menarik napas dalam-dalam untuk berusaha memaklumi perkataan pedasnya. Sedangkan ketika aku hendak duduk, ia melarangku tiba-tiba, "Eh, gak boleh! Gak boleh!"

Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang