Lingkungan sekolahku menjadi pemandangan biasa bagiku. Papa mengendarai mobil untukku, karena kebetulan hari ini ia sedang libur kerja, sehingga ia mengantarkanku ke sekolah.
"Good luck, dear!" itulah ketiga kata yang diucapkan papa sesudah kendaraan kami berhenti di area halaman depan sekolah.
Kuputuskan untuk tidak langsung keluar dari mobil, tetapi terlebih dahulu memantau keadaan luar dari dalam kaca jendela mobil bahwa gedung sekolahku sudah mulai ramai. Aku pun mengangguk kecil dan segera keluar dari mobil. Saat kedua kakiku mulai menginjak tanah, papa memanggilku.
"What, dad?" tanggapku sambil menolehkan pandangan ke belakang.
"Mersie, lihat! Sepertinya itu cowok yang terbayang dalam mimpimu deh!" papa menunjuk lurus ke suatu arah lain.
Pandanganku mengikuti arahan papa. Ternyata..., aku dikelabui! Aku tidak menemukan sosok cowok yang lebih menonjolkan ciri khas sang cowok dalam mimpiku. Entahlah, aku tampak berharap untuk dapat melihat cowok itu di kenyataan, sementara kerumunan siswa semakin bertambah banyak di depan gedung sekolah.
"Dad! Bercandaanmu itu sangatlah tidak lucu!" keluhku cukup emosi dengan mengerlingkan kedua mata.
"Maafkan dad," ucapnya yang tidak dapat terhindar dari reaksi tawa kecil. "Oh ya, kamu melupakan sesuatu. Umm, ini," ia mengulurkan tangannya yang terkepal, sehingga aku mengulurkan tangan kiri kepadanya untuk menerima sesuatu darinya. Namun ternyata, ia malah mengetuk dahiku, "Gotcha!"
"Dad!" teriakku kesal, "Seriously, I hate you."
"No, I know you're not serious."
"Seharusnya, aku langsung cabut saja tadi," ucapku sedikit murung.
"You're gonna be dehydrated, my daughter."
"How so? Dad, you're the only one who's dehydrated of my attention," balasku sambil berhasil menutup pintu mobil.
Kemudian, kaca mobilnya perlahan menurun, yang memperlihatkan papa tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Kemudian, tangan kanannya terulur memegang botol minumku.
"Tuh, kan! Hampir saja kelupaan!" aku mendekatkan diri ke jendela mobil dan menggapai botol minumku itu dari papa. "Thank you dad, you're the best dad," pujiku.
"Oh, really?" ia mempertanyakan penyampaian pujian tersebut.
"Yeah, what I mean is the best dad for today!" aku menjulurkan lidahku kepadanya dan menyengir.
"Kamu ini! Menyebalkan sekali!"
"You heard me enough, dad."
"For your information, Mersie, I'll always be your best dad for...ever!"
"Whatevah!" aku menunjukkan gaya masa bodoh dalam mengejeknya. Ia hanya menyengir, "Don't worry about it, dad! See you at home later, okay. I gotta get in! Thanks for the ride," aku melambaikan tanganku terhadapnya dan mulai berjalan menuju gedung sekolah meninggalkannya di sana.
"Of course, dear! Dad loves you!" papa berteriak cukup keras dari dalam ruangan mobil.
"I know...," sahutku tanpa menoleh ke belakang lagi dan hanya memandang lurus ke depan.
Oh ya, apakah kalian sadar bahwa sedari awal aku berkesempatan berbicara dalam bahasa Indonesia dengan kedua orang tuaku? Aku asli orang Inggris, tapi jangan salah bahwa aku turut fasih berbahasa Indonesia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]
FanfictionOld Title: '(Senior) High School Season of This Age (SHSSOTA)' Yes, this is a rewrite and a come-back! Mengisahkan cerita seorang gadis remaja yang duduk di bangku SMA di UK tentang keanehan mimpinya. Apakah itu merupakan sebuah petunjuk atau bukan...