Chapter 38: A Little Bit Complicated

92 5 5
                                    

Mersie's PoV:

Akhirnya, aku pun tiba di rumah dan tak sadarkan diri telah membanting pintu rumah. Rupanya, diriku masih terbawa emosi atas kedatangan Kissy di sekolahku tadi yang seenaknya mencium bibir Thomas, dan lagi-lagi mataku menyaksikan sesi makeout  Thomas dan Caroline di ruang kelas.

Diriku bertanya-tanya mengapakah aku cenderung saja memergoki Thomas berciuman terus dengan cewek-cewek?

Sebenarnya, wajar-wajar saja sih jikalau Thomas dan kekasihnya, Caroline, melakukan hal tersebut, karena mereka berdua memang resmi berpacaran, tetapi aku tidak dapat menyangkal diri akan betapa cemburunya aku. Hatiku jelas-jelas sakit setiap kali melihat mereka berdua terlihat begitu bahagia dan romantis sebagai sepasang kekasih.

"Mom?!"  aku mencari-carinya.

Ia sedang memasukkan pakaian-pakaian kotor agar langsung digiling mesin cuci.

"Apakah benar mamalah yang menyarankan Tante Clairine supaya anaknya, Kissy, bersekolah di tempat yang sama denganku saja?!" seruku penuh tanya dan rasa sungguh penasaran sambil melipatsilangkan kedua tanganku di depan dada.

Mama menjawab sesederhana dan sebangga mungkin, "Yap."

"Ugh, why?... Mom, please stop literally helping people out! That's frustrating me enough!"

"Mersie, they are not just a random people... They are special people, my dear,"  balasnya, "Tentu saja, mama rela melakukannya sebagai sosok teman yang baik bagi Tante Clairine. Lagipula, memangnya kamu tidak suka dengan keberadaan Kissy di sekolahmu itu, huh?" pertanyaan mama sekejap membuatku membisu.

Aku mendehamkan tenggorokan dan mengangkat suara, "Ah, sudahlah... Aku malas membicarakannya!" pilihku untuk tidak menjawab pertanyaan.

Mama melirikku dengan penuh heran. Aku mulai mengurung diri dalam kamar hingga tertidur pulas dengan sendirinya. Entahlah, masa bodoh dengan kampanye lusa. 

***


KEESOKAN HARINYA.

Thomas' PoV:

Entah bagaimana bisa Kissy muncul kembali dalam kehidupanku kemarin...

Aku benar-benar ingin mengusirnya saat itu sama seperti ketika dirinya pernah mencampakkan diriku! Seharusnya, memang perlu kuusir saja dirinya. Betapa diriku menyesal.

'Gimana dia bisa tahu kalau gue bersekolah di IIS? Apa jangan-jangan dia sempat bertanya langsung kepada orang tua gue? Tapi, bagaimana jika ternyata dia masih sayang sama gue sampai-sampai dia mencari gue ke sini? Oh, tidak...'

Aku tidak bisa mencintainya lagi. Aku sudah mempunyai Caroline dan aku tidak mau curang terhadapnya. Namun, setelah kuingat-ingat lagi, mencium Kissy kemarin hari sudah terhitung perbuatan curang. Selain itu, aku belum menceritakan hal tersebut kepada Dylan, Will, dan Samuel.

Also, I don't even know about how I really feel for Mersie. I'm so fucked up.

"Bro!" sapa Dylan yang menepuk pundakku, "Menurut lu, siapa yang pantas untuk jadi ketua OSIS baru kita untuk ke depannya? Apakah Mersie dan Jacob, si bocah junior, atau—"

"Lah, memangnya kampanye diadakan besok?" selaku yang menanyakan hal seputar itu kepada Dylan, tetapi aku segera sadar sendiri dan malah menjawab pertanyaanku sendiri, "Oh iya, gue lupa kalau besok ada pelaksanaan kampanye! Itu juga berarti sekalian dengan pemungutan suara untuk kandidat Ketos dan Waketos terpilih dong?" aku benar-benar bertanya kali ini untuk memastikan. Dylan langsung memberikan anggukan padaku. "Kalau begitu, gue milih Mersie," ungkapku yang berani mengaku akan apa yang menjadi pilihan kau.

Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang