Chapter 22 : Will I Always Be Lonely

125 8 0
                                    

Author's note:

Now in this chapter, we're back to have Thomas' PoV 🤗 Pls enjoy this fanfic.

---------------------------------------

Thomas' PoV:

Waktu menunjukkan pukul 10 malam. Aku hanya merenung di bawah sinar lampu kamar tidurku dengan badan yang rebahan di atas empuknya ranjang tidur gue ini. Mataku menatap lurus pada langit-langit. Aku tahu bahwa aku sedang memikirkan kabar seseorang.

Aku berargumen dengan diriku sendiri. Aku sangat ingin menentang kebenaran informasi dari Dylan mengenai Mersie. Namun, wajah Mersie bersama Alex sungguh terlihat jelas dalam beberapa hasil foto yang Dylan kirim! Ia pun menceritakan padaku bagaimana ia bisa memerhatikan mereka berdua berada di sebuah restoran yang sama dengannya secara kebetulan. Selain itu, ia juga melaporkan apa saja yang mereka berdua lakukan di sana tanpa sepengetahuanku.

Kemesraan Alex dan Mersie yang berlangsung diam-diam di belakangku, sungguh memanasi telinga, hati, dan pikiran, alias membuatku jadi gila. Aku tidak tahu reaksi apa yang akan harus kuberikan besok saat bertemu dengan salah satu dari mereka, terlebih-lebih dengan Mersie. Apakah harus kutunjukkan langsung segala petunjuk foto-foto itu kepadanya?

Aku benar-benar tak dapat menahan rasa amarah dan kecewaku sekarang! Keduanya telah berkumpul menjadi satu dan semakin menggebu-gebu dalam hatiku. Wajahku pasti tampak sungguh terlihat kasihan sekarang. Betapa diriku menginginkan segera penjelasan dari Mersie, tetapi apakah ia akan berdusta padaku jika aku menanyainya? Tetapi di sisi lain, aku merasa takut untuk menerima kenyataan pahit di depanku apabila ia berkata jujur dan menyatakan padaku adanya hubungan lebih dan bahkan paling buruk didengar, resmi di antara mereka berdua setelah kencan mereka semalam.

Kumpulan berkas foto itu telah tersimpan juga di memori smartphone-ku. Aku akan menjadikannya sebagai bukti terkuat untuk menguak tindakan ketidakjujuran dan pengkhianatan Mersie.

Ha! Berkhianat!

Aku memang tidak memacarinya, sehingga aku juga tidak bisa berbuat apa-apa. Namun, ia tidak sepantasnya mengkhianati perasaanku. Itu sama saja menyakiti hatiku. Aku tidak layak diperlakukan seperti itu karena perasaan yang kupunya ini padanya benar-benar tulus!

Kenapa dia gak bilang ke gue mengenai jalinan hubungannya dengan Alex? Dan, kenapa harus selalu gue yang ujung-ujungnya tersakiti oleh permainan cinta? Adakah dia tahu betapa hancurnya perasaan gue jikalau ditusuk dari belakang seperti ini?! Kondisi hati gue sekarang diibaratkan seperti sebuah mobil yang ditabrak truk kontainer dengan kecepatan sangat tinggi. Penyok parah. Gak ada yang bisa mengembalikan kondisi mobil itu seperti semula. Begitu juga dengan hati gue ini.

Ada satu hal yang mulai kupahami sekarang.

'Kalau gue boleh nanya, apa lu mau diajakin pacaran sama gue?'

Kalimat pertanyaanku pada Mersie saat jam istirahat tadi, tampak begitu mengejutkannya. Kini, yang telah berhasil menyadarkan pikiranku adalah balasannya. Balasannya yang berupa pengutaraan penolakan secara tidak langsung kepadaku.

'Ya kali Thom gue mau jadi pacar lu, sedangkan kita aja baru kenalan beberapa hari yang lalu.'

Baru aku paham! Ia menjawabku seperti itu karena alasan yang sebenarnya adalah ia lebih memilih Alex dibandingkan aku! Bukankah begitu?

Tak kuduga, kebersamaan kami berdua mungkin dianggapnya bagaikan uap yang kentara hanya dalam beberapa saat saja dan selebihnya tak terlihat lagi.

Unknowingly Beloved Unbeloveds / UBU (TBS fanfic) [REWRITE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang